Hati-hati Pilih Kayu Bajakah, Ada yang Mengandung Racun

Senin, 19 Agustus 2019 16:33 WIB

Penjual akar bajakah dadakan di bilangan Jalan RTA Milono Km 6, Kota Palangka Raya mulai bermunculan, Kamis (15/8/19). (Foto Antara/Istimewa).

TEMPO.CO, Palangka Raya - Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah meminta masyarakat untuk berhati-hati hati dan bijak dalam menggunakan kayu bajakah sebagai pengobatan.

Hal ini mengingat spesies kayu itu jumlahnya mencapai 200 jenis. Selain itu penelitian yang dilakukan para siswa SMAN 2 Palangka Raya itu baru pada tahap penelitian awal sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan.

Penegasan itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul, Senin, 19 Agustus 2019, di Palangka Raya. Menurut dia, apa yang dilakukan para siswa adalah merupakan penelitian yang sangat awal sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan untuk bisa mengatakan sebagai obat kanker.

"Tahapannya sangat panjang. Saya berharap masyakarat bijak menghadapi masalah bajakah ini," ujar Suyuti.

Dua orang siswa asal SMAN 2 Palangkaraya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani, berhasil menemukan obat kanker dari tumbuhan kayu bajakah tunggal asal Kalimantan Tengah. Kredit: Tempo/Karana WW

Advertising
Advertising

Suyuti mengatakan kayu bajakah masuk dalam keluarga (famili) akar-akaran dan memiliki spesies 200 lebih. Jenis bajakah yang bisa digunakan untuk obat kanker juga belum diketahui.

Selain itu, dari hasil penelitian ada juga yang kandungannya untuk tuba (racun). "Jadi perlu kehati-hatian," ujar mantan kepala RSUD Imanuddin, Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat itu.

"Kecuali kita sudah tahu tahu mana jenisnya dan berapa takaran yang dibutuhkan supaya bisa digunakan untuk tubuh dan berapa takaran yang tidak membahayakan kesehatan, ya silakan," katanya.

Menyinggung rencana Pemerintah Kalimantan Tengah untuk mematenkan akar bajakah ini, Suyuti mengatakan dalam waktu satu dua hari ini pihaknya akan membentuk tim yang melibatkan instansi terkait. "Prosesnya (paten) itu masih panjang dan butuh waktu 1-2 tahun baru keluar," kata dia.

Panjangnya proses paten ini karena antara lain harus bisa membuktikan bahwa metode penilaian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain. Kemudian, bila kayunya yang akan dipatenkan, harus bisa dibuktikan bahwa kayu itu tidak ada di tempat lain.

Kalaupun yang mau dipatenkan adalah cara penemuannya, maka butuh upaya khusus untuk itu. "Kalau hasil produk itu mau dipatenkan kita harus minta persetujuan dari yang punya," ujarnya.

Dinas Kesehatan juga akan melakukan penelitian untuk pengembangan kayu bajakah itu. "Karena untuk menjadi obat butuh waktu lama, jadi yang paling dekat adalah sampai dengan obat tradisional. Jadi kita hanya baru bisa dalam bentuk bahan baku obat," pungkasnya.

KARANA WW

Berita terkait

4 Ikan Beracun yang Berbahaya jika Dikonsumsi

53 hari lalu

4 Ikan Beracun yang Berbahaya jika Dikonsumsi

Tak semua ikan bisa dimakan lantaran ada berbagai ikan yang mengandung racun dan mengakibatkan fatal bagi siapa pun yang mengonsumsinya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tetrodotoxin, Racun Berbahaya pada Ikan Buntal

54 hari lalu

Mengenal Tetrodotoxin, Racun Berbahaya pada Ikan Buntal

Tidak hanya pada ikan buntal, tetrodotoxin juga ada pada katak, guritam, dan amfibi.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Ikan Paling Beracun di Dunia

55 hari lalu

Inilah 4 Ikan Paling Beracun di Dunia

Ikan stonefish, lionfish, pufferfish (buntal), dan surgeonfish dikenal karena racunnya mematikan.

Baca Selengkapnya

Ibu dan 2 Anak di Saparua Maluku Tewas Usai Konsumsi Ikan Buntal, Kenali Bahaya Racun Ikan Fugu Ini

56 hari lalu

Ibu dan 2 Anak di Saparua Maluku Tewas Usai Konsumsi Ikan Buntal, Kenali Bahaya Racun Ikan Fugu Ini

Racun yang terdapat dalam ikan buntal bernama racun tetrodotoxin, yang dinilai ribuan kali lebih berbahaya dibandingkan sianida.

Baca Selengkapnya

Rusia: Sedikitnya 1.000 Diplomat Diusir oleh Negara NATO

57 hari lalu

Rusia: Sedikitnya 1.000 Diplomat Diusir oleh Negara NATO

Jumlah diplomat Rusia yang diusir dari negara-negara anggota NATO melampaui seribu orang

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Balita Pakai Racun di Tulungagung Berawal dari Niat Bunuh Diri Bersama

24 Februari 2024

Ibu Bunuh Balita Pakai Racun di Tulungagung Berawal dari Niat Bunuh Diri Bersama

Apa penyebab YM, ibu muda di Tulungagung, tega membunuh anaknya sendiri yang masih berusia 5 tahun?

Baca Selengkapnya

Pelajar Tewas Diracun Pakai Kopi Sianida di Pacitan, Pelaku Ingin Tutupi Kasus Pencuriannya di Rumah Korban

3 Februari 2024

Pelajar Tewas Diracun Pakai Kopi Sianida di Pacitan, Pelaku Ingin Tutupi Kasus Pencuriannya di Rumah Korban

Kasus pembunuhan dengan kopi sianida kini terjadi di Pacitan, Jawa Timur, dengan korban seorang pelajar

Baca Selengkapnya

Ade Mugis Bawakan Sarapan yang Sudah Dicampur Racun Tikus untuk Kekasih Gelap Julita

14 Desember 2023

Ade Mugis Bawakan Sarapan yang Sudah Dicampur Racun Tikus untuk Kekasih Gelap Julita

Ade Mugis membunuh kekasih gelapnya Julita di sebuah kontrakan yang baru satu minggu mereka tempati. Membawa sarapan dicampur racun tikus.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Perempuan di Cikarang, Korban Diracuni Pacarnya

14 Desember 2023

Pembunuhan Perempuan di Cikarang, Korban Diracuni Pacarnya

Tersangka pembunuhan pacar dengan racun tikus di Bekasi itu ketakutan perselingkuhannya diketahui istri.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Sebut IKN Bisa Dukung Pengembangan Obat Herbal, Ini Potensinya

30 November 2023

Guru Besar UGM Sebut IKN Bisa Dukung Pengembangan Obat Herbal, Ini Potensinya

Mayoritas tanaman obat tersebut sudah digunakan oleh kurang lebih 55 sub-etnis suku Dayak di Kalimantan.

Baca Selengkapnya