Sambunesia Nozzle, Semprotan Pemadam Karhutla Karya Sambusir
Reporter
Parliza Hendrawan (Kontributor)
Editor
Yudono Yanuar
Selasa, 10 September 2019 16:15 WIB
TEMPO.CO, Palembang - Sambusir Yusuf, 59 tahun, menemukan alat pemadam api yang diberi nama Sambunesia Nozzle. Alat semprot ini diklaim lebih efektif memadamkan karhutla atau kebakaran hutan dan lahan.
Tahun ini dia baru saja melakukan penyempurnaan agar hasilnya semakin baik. “Model terbaru lebih sederhana tapi bisa memadamkan hingga 15 titik dalam waktu bersamaan,” katanya, Rabu, 10 September 2019.
Secara fisik, alat ini sudah mengalami berbagai penyempurnaan dan modifikasi di antaranya, Sambunesia sudah bisa memasukkan zat adiktif. Selama ini zat adiktif dicampur di dalam kanal atau di tangki penampungan air tanpa perbandingan dosis yang jelas. Biasanya zat tambahan ini letaknya di belakang mesin sehingga penyebarannya tidak merata.
Dengan alat temuannya ini, zat adiktif tetap di dalam kemasan dan diposisikan di depan. Kemudian menurut Sambusir, dosis campuran perbandingan antara air dan zat adiktif bisa dikontrol.
“Cara ini dipastikan lebih hemat bila dibandingkan dengan penggunaan helikopter Water Boombing,” ujarnya.
Saat ini Sambunesia Nozzle sudah dipakai oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri, kementerian KLHK, Manggala Agni di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumsel, Kalteng, Kalbar dan Kaltim.
Menurut Sambusir, alat ini sangat ampuh untuk pemadaman di lahan gambut. Dia merinci, pemadaman selama ini menggunakan 1 unit pompa kecil yang hanya bisa memadamkan pada 1 titik. Dengan alat ciptaannya, satu regu pemadam bisa memadamkan 4-5 titik api secara bersamaan.
Sedangkan penggunaan pompa besar cara lama hanya bisa memadamkan 5-6 titik api dengan alatnya bisa 10-15 titik api secara bersamaan.
Keunggulan berikutnya, pemadaman dengan cara lama hanya mampu bekerja maksimal 5 jam sedangkan dengan alat ini bisa bekerja 24 jam. Hal itu bergantung pada kesiapan mesin pompa dan sumber air.
Hal lainnya yang tak kalah penting, Sambunesia nozzle lebih memanusiakan para RPK. Pasalnya alat bisa ditinggal dan cukup dipantau dari jauh setelah diletakkan atau ditanam pada kondisi yang dikehendaki. Demikian juga dengan cara kerja alat ini lebih efektif karena bisa menembakkan air hingga kedalaman 3 meter. Cara ini juga efektif untuk membuat sekat basah agar api tidak melebar karena Sambunesia diciptakan dengan radius pembasahan 15-20 meter per unit.
Pada bulan Mei 2008 ia dan rekannya menemukan ukuran yang ideal dan langsung dibuat prototipenya dengan diberi nama “Rpvc Wongkito”. Setelah melalui 2 tahapan: Protipe pertama Rpvc Wongkito dari tahun 2006 – 2008 dan prototipe kedua Sambu Ponti ke Sambunesia dari tahun 2015 – 2016, saat ini alat tersebut dikenal sebagai nosel multifungsi.
Disebut multifungsi karena dari 3 jenis nosel: nosel variable atau nosel tunggal, nosel spray atau sprinkle dan nosel gambut dirangkai dalam satu kesatuan yang dapat menyemprotkan air dari mesin pompa. Alat ini dapat digunakan untuk membasahi lahan sehingga dapat mencegah, menghambat dan mematikan aliran api baik api horizontal maupun api vertikal pada lahan yang terbakar baik pada lahan mineral maupun lahan gambut bahkan dapat mematikan api gambut di bawah permukaan. “Alatnya bisa menembus kedalaman hingga 4 meter.”
Sementara itu Syafrul Yunardi, Kepala seksi pengendalian kebakaran hutan dan lahan, Dinas Kehutanan Sumsel mengatakan untuk memadamkan api, pihaknya menggunakan beragam jenis peralatan darat seperti pompa apung, pompa jinjing, jet shutter, mobil pemadam, kendaraan personel RPK, dan bor gambut.
Sedangkan untuk daerah jauh dari jangkauan manusia dan peralatan, tim darat mengerahkan helikopter. Satuan tugas darat dan udara, katanya sangat efektif bila bekerja secara berbarengan sehingga dalam satu waktu dari kepala hingga ke ekor api bisa dipadamkan. “Kami juga gunakan Sambunesia Nozzle yang bisa menembus kedalaman lahan gambut,” kata Syafrul.