Karyanya Dituduh Rusak Terumbu Karang, Ini Kata Teguh Ostenrik

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Jumat, 4 Oktober 2019 06:42 WIB

Dokus Piramida Dugong. Foto: Yayasan Terumbu Rupa

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian terumbu karang yang ada di Pantai Jikomalamo, Ternate, Maluku Utara dikabarkan rusak akibat peletakan barang artifisial karya seniman Teguh Ostenrik.

Menurut penuturan penyelam lokal di Ternate, Adita Agoes, terhitung sudah ada empat barang artifisial yang diturunkan di kawasan Pantai Jikomalamo yakni tiga ornamen artifisial dan satu artificial reef.

"Saya berani bilang barang-barang itu merusak karena saya punya data-datanya keadaan sebelum maupun sesudah barang-barang itu diturunkan di Jikomalamo," kata Adita saat dihubungi Tempo pada Rabu, 3 Oktober 2019.

Adita mengungkapkan Artifisial reef milik Yayasan Terumbu Rupa (YTR) yang diturunkan pada tanggal 25 September 2019 lalu juga ditengarai merusak sebagian terumbu karang yang ada di Pantai Jikomalamo.

"Faktanya artificial reef itu ada di atas karang dan mengenai koral. Koral itu kan hidupnya berkoloni, jadi kalau rusak satu ya merembet," ungkapnya.

Padahal, kata Adita, ia sudah menyampaikan keberatan akan rencana peletakan terumbu karang buatan itu. "Saya pribadi keberatan, bukan karena transplantasinya, tapi karena lokasi yang dipilih YTR kenapa di situ," kata dia.

Adita mengungkapkan lokasi artifisial reef milik YTR diletakkan di kawasan terumbu karang yang sehat. "Saya sudah rekomendasikan 'jangan di situ mas, masih ada tempat lain yang rusak'," ujar dia.

Sebelum penurunan artifisial reef milik YTR, Adita menjelaskan ada tiga ornamen artifisial yang sudah diturunkan lebih dulu yakni ornamen motor, bus, dan SPBU.

"Ketiga ornamen itu merusak terumbu karang di sekitar penempatannya. Makanya saya keberatan dengan rencana YTR, sudah terlalu banyak ini artificial reef atau objek atraksi. Kenapa mau ditambah lagi?" ungkap Adita.

Sementara itu, penyelam profesional Mulyadi Pinneng Sulungbudi juga menyampaikan keprihatinannya akan peristiwa ini. Ia berpendapat bahwa penanaman terumbu karang buatan harus dipertimbangkan secara cermat, matang, dan hati-hati.

"Jangan sampai tujuannya mau konservasi tapi di balik itu tidak melakukan dengan benar. Di kasus yang ini, malah merusak coral reef yang sehat yang udah ada," kata Pinneng saat dihubungi Tempo, Kamis.

Ia berharap peristiwa ini dijadikan pelajaran bagi setiap orang yang peduli pada kelestarian laut termasuk biota di dalamnya.

"Di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Banyak banget yang bikin artificial reef kayak gini, tapi di tempat yang salah dengan cara yang salah. Akhirnya kalau kita lihat setelah setahun atau dua tahun, malah jadi sampah di laut," ujar dia.

Menanggapi peristiwa ini, Teguh Ostenrik selaku seniman yang membuat artificial reef YTR pun buka suara. Ia mengungkapkan bahwa tujuan utama penurunan artificial reef tersebut ialah untuk merevitalisasi koral sekaligus mendatangkan wisata.

Selain itu, ia juga mengaku membuat artificial reef ini dengan berbagai disiplin ilmu. "Saya juga melibatkan sipil engineer, 3D operator. Selain itu, saya bekerja sama teman-teman kelautan, marine biologist, dan lainnya," ungkap Teguh saat dikonfirmasi Tempo melalui sambungan telepon, Kamis.

Selain itu, kata Teguh, YTR bukan hanya meletakkan artificial reef di bawah laut tapi juga termasuk merawat dan melaporkannya. "Kami bahkan membayar mahasiswa S1/S2 kelautan untuk maintenence, menjaga, dan juga membuat laporan ilmiah. Jadi kami nggak ngelempar terus lari, nggak," ungkap Teguh.

Saat ditanyai lebih lanjut soal pemilihan lokasi penurunan artificial reef, Teguh menyatakan hal itu sudah melalui proses survei.

"Pemilihan lokasi merupakan rekomendasi dari marine biologist IPB dan Universitas Khairun Ternate. YTR juga mempunyai tim survei, saya di sini hanya seniman," ujar dia.

Teguh Ostenrik juga menyatakan penurunan artificial reef sudah mengantongi izin dari pihak berwenang setempat. "Kami juga megang izin dari kepala divisi kelautan setempat. Jadi kami nggak sembarangan ngelempar barang ke laut. Nama Teguh ini kan punya reputasi, nggak mungkin saya ngelempar sampah ke laut," ujarnya.

GALUH PUTRI RIYANTO

Berita terkait

KKP Kembangkan Program Adopsi Karang

43 hari lalu

KKP Kembangkan Program Adopsi Karang

Sebagai upaya pelestarian ekosistem terumbu karang yang dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan program Adopsi Karang.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

47 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

47 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

7 Februari 2024

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

KKP Gencar lakukan program rehabilitasi terumbu karang untuk konservasi dan kesejahteraan laut Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

7 Februari 2024

KKP Rehabilitasi Terumbu Karang di Empat Lokasi

KKP Gencar lakukan program rehabilitasi terumbu karang untuk konservasi dan kesejahteraan laut Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tips Aman Saat Bertemu Ular Laut Ketika Wisata Bahari

7 Januari 2024

Tips Aman Saat Bertemu Ular Laut Ketika Wisata Bahari

Bermain ke pantai atau wisata bahari seperti snorkeling punya potensi bertemu ular laut. Begini tips aman saat bertemu hewan berbisa itu.

Baca Selengkapnya

5 Jenis Ular Laut yang Harus Diwaspadai saat Snorkeling

7 Januari 2024

5 Jenis Ular Laut yang Harus Diwaspadai saat Snorkeling

Saat snorkeling, sejumlah hewan yang bersembunyi di dalam terumbu karang harus diwaspadai terutama ular laut yang beracun.

Baca Selengkapnya

7 Fakta Pulau Natuna, Alamnya Kaya Destinasi Wisatanya Juara

22 Desember 2023

7 Fakta Pulau Natuna, Alamnya Kaya Destinasi Wisatanya Juara

Selain dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah, Pulau Natuna juga dikenal sebagai destinasi wisata menarik.

Baca Selengkapnya

Kelompok Maratua Lestarikan Terumbu Karang Bersama BRI Peduli

21 Desember 2023

Kelompok Maratua Lestarikan Terumbu Karang Bersama BRI Peduli

Beningnya warna laut yang berwarna biru-kehijauan tampak begitu menyatu dengan putihnya pasir pantai di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Baca Selengkapnya

4 Fakta Menarik Ikan Napoleon, Penyelamat Terumbu Karang dan Ganti Kelamin Sepanjang Hidup

10 Desember 2023

4 Fakta Menarik Ikan Napoleon, Penyelamat Terumbu Karang dan Ganti Kelamin Sepanjang Hidup

Ikan Napoleon si penyelamat terumbu karang terancam punah. Jumlahnya terus menurun setiap tahun.

Baca Selengkapnya