Warga sedang melihat dua bongkahan batu berukuran besar yang jatuh dan menutup akses jalan menuju Desa Tial, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, kabupaten Maluku Tengah, Jumat (11/10). Dua bongkah batu tersebut jatuh dari tebing paska gempa magnitudo 5,2 yang mengguncang Kota dan Pulau Ambon, Kamis (10/10) siang.
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana menggandeng para ahli untuk meneliti gempa bumi di Maluku, guna mengetahui rahasia apa yang terjadi, sekaligus sebagai langkah mengurangi resiko bencana di daerah itu.
"Sampai hari ini sudah tercatat 1.400 gempa susulan dan 160 lebih gempa yang dirasakan masyarakat Maluku," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI, Doni Monardo di Pangkalpinang, Senin, 14 Oktober 2019.
Ia mengatakan perlu berbagai upaya untuk melakukan riset dan penelitian gempa Maluku. Kalau dibandingkan gempa yang terjadi di Nusa Tenggara Barat pada Juli 2018 yang relatif banyak, tetapi tidak seagresif gempa di Maluku.
Oleh karena itu, BNPB mengundang berbagai pihak, para ahli, peneliti untuk secara bersama-sama mendapatkan rahasia apa yang ada dan terjadi di Maluku.
"Dalam waktu dekat ini, kita bekerja sama dengan ITB untuk menempatkan alat sensor pendeteksi gempa bumi di Maluku, untuk mendapatkan data yang lebih akurat," ujarnya.