Orang Indonesia Dulu Sangat Toleran, Terbukti dari Genetika Kita

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Rabu, 16 Oktober 2019 07:28 WIB

Warga ambil bagian menari bersama ketuk tilu di Gedung Sate, Bandung, ahad, 1 September 2019. Sekitar 300 penari dari beragam latar profesi, suku, dan agama, mengikuti flash mob Bandung Ketuk Tiluan dengan tema Merawat Keberagaman Budaya, Menjaga Indonesia, sebagai bagian dari advokasi budaya sebagai alat pemersatu terkait menguatnya intoleransi dan politik identitas yang membuat masyarakat tersekat.TEMPO/Prima mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Keragaman genetika orang Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat di Nusantara ini sangat toleran, kata ahli genetika dari Lembaga Eijkman Prof Herawati Sudoyo.

Pada peluncuran pameran "ASOI: Asal Usul Orang Indonesia" di Museum Nasional, Jakarta, Selasa, 15 Oktober 2019, ia mengatakan bahwa genetika orang Indonesia tersusun atas berbagai gen dari bangsa-bangsa di dunia yang datang dalam empat gelombang migrasi pada masa lalu.

Dia menjelaskan, ada empat gelombang migrasi spesies Homo sapiens, manusia modern, ke Nusantara dan migrasi pertama datang dari Afrika melewati jalur selatan Asia menuju Paparan Sunda.

"Gelombang pertama ini mereka jalan saja dari Afrika, waktu itu Kalimantan, Jawa, dan Sumatera masih menjadi satu daratan dan lautnya pendek," kata Hera.

Menurut dia, migrasi gelombang pertama dilakukan oleh kelompok besar dan berlangsung dalam waktu ratusan ribu tahun. Kelompok besar yang melakukan migrasi pada gelombang pertama mengembara melewati berbagai lingkungan berbeda dan hal itu mempengaruhi perubahan fisik mereka.

Pada gelombang kedua, para penutur Austro-asiatik bermigrasi dari Asia daratan menuju Vietnam dan Kamboja melewati Malaysia hingga ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang pada masa itu masih menyatu.

"Apakah manusia gelombang kedua ini berkompetisi atau berperang dengan manusia gelombang pertama untuk berebut lahan? Ternyata tidak, karena kalau melihat dari DNA itu ada campurannya, terjadi kawin-mengawin antara mereka," kata Hera.

Selanjutnya, pada gelombang ketiga migrasi, para penutur Austronesia dari Formosa atau Taiwan datang membawa paket budaya neolitik berupa gerabah, beliung, seni, bahasa, teknologi maritim, pengolahan makanan, serta domestikasi hewan.

Sementara migrasi gelombang keempat terjadi pada zaman sejarah. Pada masa ini bangsa India, Arab, dan Eropa datang ke Nusantara. Pembauran pun menjadi semakin kompleks.

Hera mengatakan bahwa menurut hasil riset yang dia lakukan pada 110 populasi etnik dari 19 pulau dari Sabang hingga Merauke di Indonesia menunjukkan bahwa gen moyang Indonesia sangat beragam. Semakin ke timur, semakin banyak ditemukan gen dari moyang yang datang dalam migrasi awal.

"Ini menunjukkan bahwa orang Indonesia sebenarnya sangat toleran. Mereka kebanyakan tidak saling berperang untuk mendapatkan lahan, tetapi yang terjadi adalah pembauran. Dari dulu ternyata masyarakat yang telah menetap menerima masyarakat yang baru, dan yang baru juga beradaptasi dengan masyarakat yang lama," kata dia.

Berita terkait

5 dari 10 orang Indonesia Masuk Kategori Emotional Eating, Ini Artinya

28 Januari 2024

5 dari 10 orang Indonesia Masuk Kategori Emotional Eating, Ini Artinya

Penelitian HCC sebut 47 persen atau 5 dari 10 orang Indonesia memiliki perilaku emotional eating (perilaku makan emosional). Apa itu?

Baca Selengkapnya

Penelitian HCC 53 Persen Orang Indonesia Menerapkan Mindful Eating, Apa Itu?

28 Januari 2024

Penelitian HCC 53 Persen Orang Indonesia Menerapkan Mindful Eating, Apa Itu?

Menurut penelitian Health Collaborative Center, perilaku makan orang-orang di Indonesia masih jauh dari kata mindful eating . Ini maksudnya.

Baca Selengkapnya

Orang Indonesia Peringkat Pertama Manusia Terpendek di Dunia, Ini Alasannya

20 Februari 2023

Orang Indonesia Peringkat Pertama Manusia Terpendek di Dunia, Ini Alasannya

Ramai dibicarakan survei orang Indonesia masuk jajaran 10 besar orang terpendek di dunia, bahkan urutsan satu kategori tersebut.

Baca Selengkapnya

Orang Indonesia Peringkat Pertama Durasi Screen Time Ponsel di Dunia, Kategori Kecanduan Tingkat Tinggi?

21 Januari 2023

Orang Indonesia Peringkat Pertama Durasi Screen Time Ponsel di Dunia, Kategori Kecanduan Tingkat Tinggi?

Ternyata, Indonesia tercatat sebagai pengguna ponsel dengan durasi screen time paling tinggi di dunia. Masuk kecanduan akut menggunakan ponsel?

Baca Selengkapnya

Depok Kota Paling Intoleran, Wali Kota Mohammad Idris: Jangan Asbun

4 April 2022

Depok Kota Paling Intoleran, Wali Kota Mohammad Idris: Jangan Asbun

Wali Kota Depok mengatakan pemerintah kota hanya menghentikan kegiatan penyebaran Ahmadiyah yang memang dilarang MUI.

Baca Selengkapnya

Setara Institute Nobatkan Singkawang Kota Paling Toleran di Indonesia

30 Maret 2022

Setara Institute Nobatkan Singkawang Kota Paling Toleran di Indonesia

Setara Institusi menobatkan Kota Singkawang di Kalimantan Barat sebagai kota paling toleran di Indonesia. Disusul Manado dan Kupang.

Baca Selengkapnya

Jalan Berliku Menuju Keluarga Toleran

13 Maret 2022

Jalan Berliku Menuju Keluarga Toleran

Sikap toleran, saling menghargai, menghormati, dan tenggang rasa menjadi penangkal potensi munculnya paham radikal.

Baca Selengkapnya

Di Perayaan Imlek 2022, Armuji Singgung Surabaya Masuk 10 Besar Kota Toleran

1 Februari 2022

Di Perayaan Imlek 2022, Armuji Singgung Surabaya Masuk 10 Besar Kota Toleran

Armuji juga mengimbau agar warga Surabaya yang beribadah ke kelenteng dan merayakan Imlek 2022 tetap mematuhi protokol kesehatan

Baca Selengkapnya

Makan Es Krim Dibilang Bisa Memicu Batuk Pilek, Mitos atau Fakta?

4 November 2021

Makan Es Krim Dibilang Bisa Memicu Batuk Pilek, Mitos atau Fakta?

Masih ada orang yang membatasi makan es krim karena khawatir terkana batuk pilek. Mitos atau fakta?

Baca Selengkapnya

3 Kesalahan Orang Indonesia dalam Mengelola Password Akun di Internet

4 November 2021

3 Kesalahan Orang Indonesia dalam Mengelola Password Akun di Internet

Berikut beberapa kesalahan dalam mengelola keamanan password akun internet yang bisa berakibat fatal.

Baca Selengkapnya