Morgan Stanley: Hentikan Pemanasan Global Butuh US$ 50 Triliun

Selasa, 29 Oktober 2019 00:07 WIB

Pemandangan gletser Stein di Swiss pada 2015. Dalam satu dekade terakhir peneliti dan fotografer mengawasi perubahan yang terjadi pada gletser di seluruh dunia, dimana mengalami penurunan akibat pemanasan global. (Matthew Kennedy/Earth Vision Institute via AP)

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan analis Morgan Stanley menemukan bahwa untuk menghentikan pemanasan global pada 2050, membutuhkan dana US$ 50 triliun (setara Rp 710.000 triliun). Tujuannya untuk mengurangi emisi karbon netto menjadi nol melalui lima bidang utama teknologi non-karbon.

Dikutip Forbes akhir pekan lalu, energi terbarukan akan membutuhkan investasi US$ 14 triliun dan menghasilkan sekitar 80 persen dari energi global pada 2050 — naik dari 37 persen saat ini. Ketika energi Matahari menjadi lebih terjangkau, itu akan menjadi teknologi terbarukan yang tumbuh paling cepat.

Kendaraan listrik akan menjadi lebih penting dari sebelumnya dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari mobil. Dana sebesar U$ 11 triliun akan dibutuhkan untuk membangun banyak pabrik dan mengembangkan baterai, serta infrastruktur untuk peralihan luas kendaraan listrik - jumlah totalnya dapat tumbuh menjadi hampir 950 juta pada 2050.

Penangkapan dan penyimpanan karbon, yang dikatakan Morgan Stanley adalah satu-satunya pilihan yang layak mengurangi emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara, adalah bidang utama lainnya dan akan membutuhkan hampir US$ 2,5 triliun investasi.

Sedangkan Hidrogen dapat membantu menyediakan bahan bakar bersih untuk listrik, mobil, dan industri lainnya. Butuh hampir Us$ 20 triliun investasi kumulatif untuk membuat gas, meningkatkan kapasitas untuk pembangkit listrik dan mengelola penyimpanannya.

Advertising
Advertising

Biofuel, seperti etanol, akan menjadi kunci transportasi global di masa depan dan akhirnya menyebar ke pesawat terbang dan bentuk-bentuk perjalanan lainnya. Ini membutuhkan US$ 2,7 triliun pada 2050.

Penelitian itu, pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg, menemukan bahwa untuk mengurangi emisi karbon netto menjadi nol dan memenuhi tujuan Perjanjian Paris, dunia harus menghilangkan 53,5 miliar metrik ton karbon dioksida setiap tahun, menurut analis Morgan Stanley.

Emisi karbon bahan bakar fosil mencapai rekor tertinggi tahun lalu, menjadi sorotan perlunya bertindak cepat terhadap perubahan iklim. Di luar konsekuensi sosial dan lingkungan karena gagal bertindak atas perubahan iklim, melampaui kenaikan suhu 2 derajat Celcius, bisa mengakibatkan hilangnya US$ 10 triliun hingga US$ 20 triliun PDB global pada 2100.

Angka besar Morgan Stanley merekomendasikan di setiap bidang teknologi nol-karbon dapat mengambil untung dari peningkatan belanja perubahan iklim. Untuk energi terbarukan, perusahaan seperti SunPower, General Electric dan Huaneng Renewables adalah beberapa pilihan terbaik bank.

Untuk kendaraan listrik, Tesla menjadi satu-satunya permainan murni. Meskipun mereka harus diikuti oleh VW dan Toyota dalam jangka panjang, sementara perusahaan lain seperti Panasonic dan Albemarle adalah salah satu pemain terkemuka dalam teknologi dan pasokan lithium.

Dalam teknologi penangkapan karbon dan penyimpanan, Morgan Stanley menyoroti Bloom Energy, Exxon, Chevron dan BP. Untuk hidrogen, perusahaan yang harus diperhatikan termasuk Air Liquide, Siemens dan Alstom. Di bidang biofuel, perusahaan seperti Neste, Sao Martinho, Shell dan Valero Energy semuanya memiliki posisi yang baik.

FORBES | BLOOMBERG

Berita terkait

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

4 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

15 hari lalu

Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

19 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

37 hari lalu

Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

44 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya

13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

44 hari lalu

13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.

Baca Selengkapnya

Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

45 hari lalu

Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

53 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

12 Februari 2024

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem Bukan Fenomena Alam Biasa, Peneliti BRIN Usul Dibentuk Komite Khusus

2 Februari 2024

Cuaca Ekstrem Bukan Fenomena Alam Biasa, Peneliti BRIN Usul Dibentuk Komite Khusus

Cuaca ekstrem harus dilihat dalam perspektif perubahan iklim global.

Baca Selengkapnya