Ilmuwan Sebut Pengolahan Sampah Insinerator Bisa Sebabkan Kanker

Sabtu, 11 Januari 2020 00:05 WIB

Peneliti ICEL Fajri Fadhillah, perwakilan Greenpeace Indonesia Leonardo Simanjuntak, Direktur Eksekutif Walhi Nasional Nur Hidayati dan ilmuwan kimia lingkungan dan dan toksikologi dari Amerika Serikat Paul Cannett dalam diskusi kampanye zero waste di Kantor Walhi Nasional, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Januari 2020. TEMPO/Khory

TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan di bidang kimia lingkungan dan toksikologi dari Amerika Serikat Paul Connett memberikan gambaran mengenai bahayanya pengolahan sampah dengan menggunakan insinerator (fasilitas pembakar sampah). Paul menjelaskan bagaimana proses kerja insinerator hingga menimbulkan masalah kesehatan, yaitu menyebabkan kanker otak.

Kedatangan Paul ke Indonesia awal tahun 2020 merupakan yang ketiga kalinya, setelah kunjungan pertama dan keduanya pada tahun 2016 dan 2019. Paul datang ke Indonesia dalam rangkaian tur dunia yang bertajuk Zero Waste Campaign Tour dan mengunjungi beberapa kota mulai dari 9-17 Januari 2020.

“Gambaran insinerator yang disebut oleh pemerintah Indonesia itu adalah pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Insinerator itu membutuhkan tiga kotak dengan tiga teknologi yang berbeda,” ujar Paul di Kantor Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasonal, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Januari 2020.

Di Indonesia, insinerator akan dibangun di 12 kota yaitu di Jakarta (38 MW), Bandung (29 MW), Surabaya (10 MW), Bekasi (9 MW), Surakarta (10 MW), Palembang (20 MW), Denpasar (20 MW), Makassar, Manado, dan Tangerang Selatan masing-masing kapasitas 20 MW. Insinerator tersebut mulai dibangun terhitung sejak 2019 hingga 2022 mendatang.

Paul yang juga aktivis lingkungan melanjutkan bahwa kotak pertama, dibutuhkan untuk membakar sampah atau mengurangi volumenya. Namun, pembakaran tersebut, karena melepaskan semua sampah dan mengubahnya menjadi gas dan abu, maka dibutuhkan kotak kedua atau yang disebut sebagai air pollution controler.

Advertising
Advertising

“Air pollution controler atau unit pengendali pencemaran udara ini harganya lebih mahal dari pada unit yang pertama. Jadi kita membakar untuk melepaskan semuanya menjadi gas, dan gas itu kita tangkap dengan alat yang kedua agar tidak lepas ke udara,” tutur Paul.

Namun, setelah ditangkap dengan air pollution controler dalam bentuk abu, harus disimpan ke dalam kotak ketiga yaitu tempat pembuangan akhir. Paul berujar, begitu dikonversi dengan teknologi thermal, itu akan menjadi beracun.

Namun dilemanya adalah, pria lulusan Cambridge University itu menambahkan, sebenarnya kita tidak butuh dua unit alat tempat pembuangan akhir dan air pollution controler itu, karena investasi yang mahal. Masalah lainnya, jika kedua alat bermasalah dan tidak memfilter udara maka akan melepaskan partikel berbahaya yang berukuran nano.

“Partikel-partikel ukurannya nano, berarti lebih kecil. Jadi partikel nano itu bisa masuk ke paru-paru, bisa masuk ke dalam aliran darah akhirnya bisa berpengaruh ke kesehatan,” kata Paul. “Tapi salah satu studi akhir tahun lalu, ini ada hubungannya, antara masuknya partikel ke dalam tubuh dengan kanker otak, dan itu sangat berbahaya.”

Sebagai alternatif pengolahan sampan yang baik, Paul membawa pesan utama yaitu mendorong implementasi konsep zero waste sebagai solusi yang berkelanjutan untuk permasalahan sampah di dunia. Dia menolak penerapan false solution dalam pengelolaan sampah di Indonesia, seperti insinerator, pyrolysis, waste-to-energy, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dan lain sebagainya.

Sementara, Direktur Eksekutif Walhi Nasional Nur Hidayati, melalui Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), mendukung langkah Paul untuk mendorong konsep zero waste. Menurut Nur Hidayati, pemerintah menganggap rencana membangun insinerator ini merupakan solusi terbaik pengelolaan sampah.

“Ini mengkhawatirkan kami, karena justru menambah pencemaran udara yang sudah sangat buruk. Di dua belas kota akan dibangun insinerator,” lanjut perempuan berkacamata itu. “Kita melihat juga di Jakarta akan dibangun empat, koalisi masyarakat sipil juga mengajukan gugatan udara.”

Nur Hidayati menganggap bahwa insinerator itu bukan akan menambah baik udara, tapi justru memperburuk udara dengan polutan yang saat ini belum bisa diukur karena ketiadaan alat dari pemerintah.

“Tidak 100 persen sampah musnah, karena masih ada residu yang bersifat B3 yang justru pengelolaan masih jadi problema besar,” tuturnya. “Ini justru pemerintah sedang menyiapkan bom waktu untuk generasi yang akan datang.

Berita terkait

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

1 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Pemda Sumbawa Bangun 3 TPA dan 11 TPS Terpadu

3 hari lalu

Pemda Sumbawa Bangun 3 TPA dan 11 TPS Terpadu

Pemerintah Kabupaten Sumbawa, membangun 3 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan 11 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Terpadu, sebagai upaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

4 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

5 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

6 hari lalu

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) melakukan berbagai inisiatif untuk menjaga lingkungan.

Baca Selengkapnya

Alasan Gunung Bromo Ditutup Sementara di Akhir April 2024

7 hari lalu

Alasan Gunung Bromo Ditutup Sementara di Akhir April 2024

Gunung Bromo akan ditutup sementara mulai dari 25 April 2024

Baca Selengkapnya

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

7 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

7 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

4 Sumber Bau Tak Sedap di Rumah dan Cara Mengusirnya

8 hari lalu

4 Sumber Bau Tak Sedap di Rumah dan Cara Mengusirnya

Berikut barang yang biasa jadi sumber bau tak sedap di rumah dan cara mengatasinya agar Anda tak malu bila ada kerabat berkunjung.

Baca Selengkapnya

Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

12 hari lalu

Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

DLH DKI Jakarta mengangkut sampah yang dilakukan selama periode tujuh hari sebelum hingga hari kedua Lebaran 2024

Baca Selengkapnya