Cerita Theti, Petani Kalimantan Kelola Lahan Gambut Tanpa Dibakar

Rabu, 29 Januari 2020 21:13 WIB

Warga menembus kabut asap akibat kebakaran lahan gambut di Desa Pengayuan, Kecamatan Liang Anggang, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat, 6 September 2019. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Theti N.A. adalah seorang petani lahan gambut dari Desa Mantangai Hilir di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Dia menceritakan kebiasaan turun temurun yang pernah hidup dalam masyarakatnya bahwa setiap sawah bekas panen padi harus dibakar untuk menyongsong musim tanam berikutnya.

Kebiasaan berjalan hingga 2015 lalu ketika asap dari bakar bekas sawah dan juga kebakaran hutan berbalik mengancam keselamatan masyarakat itu. “Saat itu dampak asap sangat hebat, banyak yang merasakan penderitaan, seperti anak-anak, bahkan sampai meninggal,” ujarnya di acara Ngobrol Bareng Tempo mengenai lahan gambut di Cafe Beka Resto, Jakarta Pusat, Rabu 29 Januari 2020.

Sejak saat itu, perempuan berusia 41 tahun itu mengungkap kalau kebiasaan membakar itu terhenti. Tiga tahun berselang, Theti dan masyarakat setempat menerima bantuan dari Badan Restorasi Gambut (BRG). Khusus Theti diundang untuk mengikuti sekolah lapang selama 10 hari.

Theti diajarkan demplot—Demontration Plot, metode penyuluhan pertanian dengan cara membuat lahan percontohan. Tujuannya, petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan.

Mereka diajari bagaimana cara mengolah lahan gambut tanpa dibakar dan ramah lingkungan, beserta mempraktikkannya yaitu membuat demplot. Akhirnya Theti membuat kelompok tani perempuan dan mempraktikkan hasil pelatihan itu dengan menggarap sebidang tanah seluas satu hektare.

Advertising
Advertising

“Lahan cuma sedikit, kami coba tanam kacang panjang, terong, tomat dan paling utama itu cabai seluas setengah hektare dan setengahnya baru kami tanam sengon dan petai,” kata dia. Theti melanjutkan, setahun bisa panen tiga kali.

Theti N.A., 41 tahun, petani lahan gambut dii Desa Mantangai Hilir, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, usai terlibat dalam acara Ngobrol Bareng Tempo membahas ancaman kebakaran hutan dan lahan 2020 di Cafe Beka Resto, Jakarta Pusat, Rabu, 29 Januari 2020. TEMPO/Khory

"Kami bisa jual biasanya dapat Rp 80 ribu sehari. Lumayan untuk nabung. Kami juga biasanya kasih kalau ada tetangga yang minta.”

Selain itu, istri dari petani sawit dan karet itu tidak hanya membuat percontohan pertanian saja, tapi mengajak ibu rumah tangga dan tetanggannya untuk ikut memanfaatkan halaman rumahnya.

“Sekarang sudah ada sekitar 30 orang yang mengikuti saya (menanam). Ibu-ibu juga senang karena bisa dapat uang tambahan,” katanya.

Dulu, Theti menurutkan, dia bingung untuk mengolah lahan yang benar. Tapi sekarang dia mengaku sudah paham, bahkan sampai mengolah bahan makanan sisa untuk difermentasikan menjadi pupuk. “Sekarang enak, tidak ada kebakaran, dampak kebakaran itu tidak enak bisa kena ispa, kami pernah merasakannya,” tambah ibu dari Langkap, 8 tahun.

Bantuan yang didapatkan Theti dan masyarakat Desa Mantangai Hilir merupakan program dari BRG yaitu Desa Peduli Gambut. Program ini merupakan program pendampingan desa dan komunitas dengan pendekatan pembangunan desa berbasis lanskap ekonomi gambut.

Menurut Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Fuad, Program Desa Peduli Gambut ini mendukung penguatan ekonomi. “Kegiatan BRG memang hanya untuk memfasilitasi kegiatan restorasi gambutnya, di seluruh wilayah sudah ada koordinator masing-masing dan kami juga kerja sama dengan berbagai pihak,” katanya.

Theti, kata Nazir, hanya salah satu contoh yang BRG dorong untuk memanfaat lahan gambut tanpa di bakar. Menuruntya, ada banyak kelompok yang melakukan hal serupa, seperti ada di Kalimantan Selatan, Riau, Sumatera Selatan dan Papua.

“Tapi pekerjaan restorasi gambut tidak bisa selesai dalam lima tahun, ada negara-negara yang mengeksploitasi gambutnya sejak pululan tahun lalu, di Eropa, itu juga belum selesai sampai sekarang. Bagi kami yang penting kegiatan programnya tetap terus berjalan,” tutur Nazir.

Berita terkait

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

4 jam lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

7 jam lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

9 jam lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

14 jam lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

17 jam lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

1 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

1 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

1 hari lalu

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

Masyarakat Intan Jaya, Papua Tengah, menolak permintaan TPNPB-OPM untuk meninggalkan kampung Pogapa, Intan Jaya, yang merupakan daerah konflik.

Baca Selengkapnya

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

1 hari lalu

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

TPNPB mengaku bertanggung jawab atas pembakaran sebuah gedung SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

1 hari lalu

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

Kodam XVII/Cenderawasih membenarkan ada serangan dari TPNPB kepada Satgas Yonif 527/BY yang sedang berpatroli di Kampung Bibida, Paniai, Papua

Baca Selengkapnya