Ini Sama dan Beda antara Infeksi Virus Corona Baru dan Flu Biasa
Reporter
Zacharias Wuragil
Editor
Zacharias Wuragil
Minggu, 9 Februari 2020 16:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bagaimana membedakan infeksi virus corona baru yang mewabah dari dari Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, dengan infeksi virus corona penyebab flu musiman?
Hingga Minggu 9 Februari 2020, virus corona baru yang dilabeli 2019-nCoV, telah menyebabkan 811 orang meninggal di Cina, atau 813 jika ditambahkan yang di Hong Kong dan Filipina. Adapun total kasus infeksi yang terkonfirmasi sebanyak 27. 100 kasus.
Tapi, infeksi virus flu musiman tak dapat disepelekan karena telah pula membunuh begitu banyak manusia selama ini. Di Amerika Serikat saja, berdasarkan data Pusat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, flu musiman telah menyebabkan 19 juta orang sakit, 180 ribu di antaranya harus dirawat di rumah sakit, dan 10 ribu orang meninggal.
Lalu bagaimana kedua virus yang sama-sama dari keluarga virus corona ini dibedakan? dan yang mana lebih pantas dicemaskan?
Direktur Institut Penyakit Infeksi dan Alergi Amerika Serikat, Anthony Fauci, menerangkan bahwa meski tingkat kematian cukup tinggi karena flu musiman, tapi ada pola yang sudah diketahui dalam setiap wabahnya. Di antaranya, Maret-April wabah pasti akan mereda.
Termasuk perawatan atau penanganannya pun telah diketahui lewat studi selama puluhan tahun. "Yang menjadi isu besar sekarang adalan 2019-nCoV karena masih banyak yang belum diketahui saat ini," kata Fauci.
Berdasarkan apa yang sudah diketahui saat ini, berikut ini perbandingan virus corona Wuhan dengan virus flu musiman:
1. Gejala dan Tingkat Keparahan Infeksi
Dua virus flu musiman (influenza A dan influenza B) maupun 2019-nCoV sama-sama virus menular yang menyerang saluran pernapasan pasien
Gejala flu musiman adalah demam, batuk, radang tenggorokan, nyeri sendi, sakit kepala, pilek, pening, dan kadang-kadang, muntah dan diare. Gejala ini kadang datang tiba-tiba. tapi sebagian besar pasiennya akan sembuh kurang dari dua minggu. Tapi pada sebagian pasien lainnya bisa menyebabkan komplikasi seperti pneumonia. Hanya sekitar setu persen dari penderitanya di Amerika Serikat yang berujung rawat inap di rumah sakit.
Sementara itu para ahli masih berusaha memahami gambaran utuh gejala dan tingkat infeksi 2019-nCoV. Dalam sebuah studi terhadap 100 orang yang terinfeksi, hasilnya dimuat di jurnal The Lancet terbit 30 Januari 2020, gejala yang paling banyak muncul adalah demam, batuk dan sesak napas. Hanya sebagian kecil yang disertai radang tenggorokan dan pilek. Lebih sedikit lagi yang dilaporkan mengalami diare dan muntah. Berdasarkan data WHO, jumlah pasiennya yang berkembang parah sebanyak 14 persen dari total yang terinfeksi.
Penting untuk dicatat, infeksi kedua virus memiliki gejala hampir sama sehingga sulit untuk mendeteksi hanya dengan menentukan gejala yang muncul.
<!--more-->
2. Tingkat Kematian
Sejauh ini angka kematian karena flu musiman sekitar 0,05%. Data ini didapat dari Amerika Serikat.
Sedang angka kematian dari 2019-nCoV masih belum jelas namun diperkirakan lebih tinggi. Selama wabah yang sedang terjadi, pasien yang meninggal sebanyak 2% dari jumlah kasus yang terkonfirmasi. Namun sebagian kalangan menduga angkanya bisa lebih tinggi lagi.
3. Penularan
R0 atau rata-rata jumlah orang yang bisa tertular oleh pasien terinfeksi flu musiman adalah 1,3. Para ilmuwan masih menelaah untuk R0 virus corona Wuhan. Sebuah studi yang dimuat New England Journal of Medicine (NEJM), 29 Januari 2020, memperkirakan R0 value untuk virus corona baru itu 2.2.
Catatannya, nilai R0 tak selalu bulat dan akan bervariasi bergantung lokasi, riwayat kontak pasien dengan orang lain, dan upaya penanggulangan penyebaran virus yang sudah dilakukan.
4. Risiko Infeksi
Di Amerika Serikat, sebanyak sekitar 8% dari populasinya selalu sakit flu setiap musimnya. Sementara saat ini baru hanya 11 kasus positif 2019-nCoV di negara itu. Lebih sedikit tapi masih belum diketahui situasi seperti apa yang bisa menyebabkan risiko infeksi virus corona baru itu bertambah.
5. Pandemik
Penting dipahami bahwa flu musiman yang bisa merebak setiap tahun untuk tidak diangap pandemik. Sedang wabah 2019-nCoV juga belum dideklarasikan sebagai pandemik. WHO baru sebatas menyatakan status wabah itu darurat internasional dengan memperhatikan negara-negara yang sistem kesehatan masyarakatnya lemah.
6. Pencegahan
Tidak seperti flu musiman yang sudah ada vaksinnya, virus corona Wuhan belum ada obatnya. Yang dilakukan di Wuhan saat ini adalah uji klinis langsung terhadap pasien menggunakan antivirus yang masih dalam tahap eksperimen. Berdasarkan uji laboratorium di cawan petri, antivirus itu efektif melawan virus corona yang menginfeksi sebuah sel.
Secara umum, saran untuk menghadapi virus itu maupun virus flu musiman adalah selalu cuci tangan pakai sabun dengan bersih; hindari kontak tangan yang belum dicusi bersih dengan mata, hidung dan mulut; hindari kontak dengan pasien atau yang sedang sakit; tinggal di rumah ketika sakit; selalu membersihkan dan mensterilkan benda atau permukaan di sekitar.
LIVESCIENCE