Wine Sehat ala Aileen, Sulfit Diganti Nanopartikel Perak

Senin, 10 Februari 2020 04:00 WIB

Aileen Bachtiar, 16 tahun, siswa kelas 11 Jakarta Intercultural School saat mempresentasikan hasil penelitian nanopartikel yang dikerjakannya dalam program summer school di University of Pennsylvania, AS, di @america, Pasific Place, Jakarta Selatan, Sabtu, 8 Februari 2020. TEMPO/Khory

TEMPO.CO, Jakarta - Aileen Bachtiar, 16 tahun, siswi kelas 11 di Jakarta Intercultular School (JIS) menawarkan bahan pengawet alternatif untuk fermentasi anggur lewat teknologi nanopartikel. Penelitian dikerjakannya dalam program summer school di University of Pennsylvania, AS, tahun lalu.

"Anda mungkin bertanya-tanya mengapa anggur? Nah, perlu diketahui sulfit adalah zat yang digunakan sebagai pengawet anggur. Di sinilah masalahnya,” ujarnya di @america, Pasific Place, Jakarta Selatan, Sabtu, 7 Februari 2020.

Aileen menerangkan, pemakaian sulfit dalam dosis sangat kecil terbukti merugikan individu yang sensitif terhadap zat kimia itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pertumbuhan asupan harian maksimum yang dapat diterima yaitu 0,7 miligram sulfit per kilogram berat badan.

“Meskipun peraturan telah dibuat untuk membatasi konsentrasi ini, kekhawatiran seperti bronkospasme dan hipertensi mungkin masih timbul setelah akumulatif berlebihan," katanya.

Alternatif yang kemudian ditawarkannya adalah nanopartikel perak. Partikel ini pada dasarnya adalah ion perak yang telah diturunkan ke ukuran nano atau sepermiliar. Dengan karakteristik khusus yang anti bakteri, partikel perak dianggap sangat menarik sebagai pengganti sulfit, dan dijadikan bahan pengawet.

Advertising
Advertising

Aileen juga memastikan apa yang dilakukannya tidak berbahaya bagi lingkungan. “Karena produk nanopartikel ini berkelanjutan dan yang paling penting, dapat digunakan dengan aman di industri makanan dan minuman sehingga tidak berbahaya bagi manusia,” katanya.

Ditambah lagi, nanopartikel perak juga telah digunakan dalam berbagai bidang seperti penyembuhan, obat untuk pasien, dan digunakan dalam kemasan makanan untuk membuat makanan lebih awet.

Alicia Chan dan Aileen Bactiar, siswi kelas 11 Jakarta Intercultural School (JIS) yang mengerjakan penelitian teknologi nanopartikel masing-masing di Columbia University dan University of Pennsylvania, AS. Keduanya presentasi di @amerika, Pasific Place, Jakarta Selatan, Sabtu, 8 Februari 2020. ISTIMEWA

Adapun yang dilakukan Aileen adalah menambahkan nanopartikel perak yang telah dihasilkannya lewat proses yang disebutnya presipitasi kimia ke dalam proses fermentasi. Hasilnya, bakteri yang tidak diinginkan mati dan berhasil menghasilkan minuman anggur alias wine yang dapat dikonsumsi.

Ke depan, Aileen mengungkapkan, akan terus melakukan penelitian untuk menguji efek nanopartikel pada rasa dan tekstur anggur. “Saya masih ingin mempertahankan kondisi murni anggur ini untuk memastikan bahwa kualitasnya tetap terjaga,” kata remaja pemilik rambut hitam panjang ini.

Peneliti dari Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, M. Ikhlasul Amal, membenarkan nanopartikel perak adalah yang paling efektif baik dari segi keuntungan atau pun efektivitas membunuh bakteri.

"Ada juga titanium dioksida dalam bentuk keramik, juga bisa membunuh bakteri, tapi membutuhkan induksi dari cahaya, tidak bisa langsung penetrasi ke dinding sel dari bakteri seperti perak," katanya.

Berita terkait

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

3 hari lalu

Kisah Jendela Wine di Restoran-restoran di Italia, Digunakan untuk Social Distancing pada Abad ke-15

Jendela wine diperkenalkan pada 1600-an, pada saat wabah bubonic menyebar ke seluruh Florence. Kembali populer saat pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Resep Membuat Anggur Smoothies untuk Jaga Kesehatan Liver

9 hari lalu

Resep Membuat Anggur Smoothies untuk Jaga Kesehatan Liver

Anggur mengandung senyawa resvaratrol yang bisa cegah kerusakan sel liver dan meningkatkan antioksidan tubuh, intinya menjaga kesehatan liver.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

22 hari lalu

Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

24 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya