Mitos dan Fakta tentang Rematik

Reporter

Editor

Senin, 18 Agustus 2008 08:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: "Teman saya pernah bilang, mandi malam-malam nggak bagus, bisa bikin rematik. Benar nggak? Masalahnya, kalo abis olahraga malam-malam, kan, keringetan, masa nggak mandi? Sedangkan kalau nggak< mandi, nggak akan bisa tidur, saya sudah pernah coba." Inilah curahan hati Firman suatu hari dalam sebuah diskusi di mailing list kesehatan.

Saran yang dilontarkan kepada Firman sebenarnya ungkapan yang sudah beredar luas di masyarakat dan ternyata sebuah mitos belaka. Selain mandi malam di usia muda, udara dingin, mesin pendingin, kangkung, bayam, dan kacang-kacangan pun sering dituduh sebagai pemicu rematik. "Semua itu hanya mitos, tidak benar, belum ada fakta penelitiannya," Dr Bambang Setyohadi memaparkan dalam acara Pelatihan Calon Penyuluh Masalah Rematik untuk awam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Selasa lalu.

Ahli penyakit dalam dan rheumatolog dari Divisi Rheumatologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia ini mengatakan penyebab rematik belum bisa diketahui secara pasti, tapi memang banyak hal yang diperkirakan sebagai faktor pemicu.

Bambang menyebutkan asam urat tidak selamanya menimbulkan penyakit rematik. Menurut dia, bila kadar asam urat dalam darah tinggi, belum tentu memicu kehadiran rematik. Derita ini bisa terjadi apabila asam urat terdapat dalam sendi dan membentuk endapan kristal monosodium urat.

"Jadi, kalaupun ada yang harus dihindari, bila Anda ditakdirkan menderita rematik, adalah makanan yang dapat memicu purin atau bahan yang akan diubah menjadi asam urat, seperti jeroan, seafood, atau minuman beralkohol," dia memaparkan.

Advertising
Advertising

Bambang menjelaskan, penyakit ini menyerang persendian, struktur, atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Biasanya bagian tubuh yang diserang adalah persendian di jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Kondisi ini terjadi akibat aktivitas berlebihan atau trauma berulang yang dialami sendi sehingga terjadi aus pada tulang rawan sendi dan menyebabkan rasa nyeri jika sendi digerakkan.

Data Divisi Rheumatologi Departeman Penyakit Dalam RSCM 2007 mencatat sekitar 14 lebih jenis penyakit tulang dan persendian dari total 844 kasus terkumpul. Kasus yang paling sering adalah rematik akibat osteoartritis (pengapuran) 28 persen. Diikuti oleh rematik estrartikuler (rematik jaringan lunak) sebanyak 21 persen. Penyebab rematik lainnya yang relatif jarang terjadi adalah penyakit metabolis, seperti osteoporosis (pengeroposan tulang), penyakit rematik autoimun (artritis reumatoid, lupus, skleroderma, dan miositis), serta penyakit infeksi (tuberkulosis sendi dan infeksi tulang).

Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik yang sering kali gejalanya mirip satu sama lain. Gejala umumnya berupa pegal-pegal, peradangan pada sendi, bisa berwarna merah, bengkak, nyeri, terasa panas, dan umumnya sulit digerakkan. Untuk mendiagnosis penyakit itu, biasanya dokter berkacamata ini akan melontarkan tiga pertanyaan utama. Satu, apakah Anda merasa nyeri atau kaku pada sendi-sendi atau tulang belakang? Dua, apakah Anda sulit berjalan, naik tangga, atau bangun dari tempat tidur? Tiga, apakah Anda kesulitan saat berpakaian? "Bila merasa nyeri, itu mengindikasikan rematik. Maka kita akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikannya," ujarnya.

Walaupun bukan penyakit mematikan, menurut Bambang, rematik dapat mengakibatkan si penderita mengalami kesakitan, ketidakmampuan, dan penurunan kualitas hidup sehingga membuatnya tidak mandiri. Untuk itu, diperlukan pengobatan, baik berupa farmakologis maupun nonfarmakologis, seperti senam rematik.

Dalam keadaan darurat, penderita rematik dapat menggunakan obat-obat yang dijual bebas. Bila dalam dua atau tiga hari kemudian pasien masih merasa sakit, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. "Nanti akan diberikan obat untuk memblok rematiknya," ujarnya.

Dr dr Angela B.M. Tulaar, SpRM, ahli rehabilitasi medik, menambahkan, apabila dilakukan secara teratur, metode gerak tubuh dalam senam rematik dapat mengurangi peluang serangan rematik datang kembali. Selain itu, dapat digunakan sebagai terapi untuk menghilangkan gejala rematik berupa kekakuan sendi dan nyeri yang dirasakan pasien rematik. Bagi mereka yang sudah menjadi penderita rematik, senam ini dapat dilakukan dalam fase tenang atau tidak dalam keadaan sakit.

Biarpun sudah diobati, tidak berarti penyakit ini tak muncul kembali. Walaupun terasa telah sembuh, ada kemungkinan bisa muncul suatu saat. "Tapi itu semua bergantung pada gaya hidup penderitanya," ucapnya.

Marlina Marianna Siahaan

Berita terkait

Mudik Lebaran, Pasien Penyakit Ginjal Hati-hati bila Mau Minum Obat Antimabuk Perjalanan

35 hari lalu

Mudik Lebaran, Pasien Penyakit Ginjal Hati-hati bila Mau Minum Obat Antimabuk Perjalanan

Penderita penyakit ginjal diminta berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter terkait sebelum meminum obat untuk mabuk perjalanan saat mudik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

46 hari lalu

Bahaya Etilen Glikol dan Jengkol pada Ginjal

Pakar penyakit dalam menyebut ginjal bisa terganggu hambatan kimiawi seperti etilen glikol hingga kebanyakan makan jengkol.

Baca Selengkapnya

Olahraga untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Dianjurkan Guru Besar FKUI

46 hari lalu

Olahraga untuk Penderita Penyakit Ginjal Kronis yang Dianjurkan Guru Besar FKUI

Guru besar FKUI menyarankan penderita penyakit ginjal kronis berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga yang tepat.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

46 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Banyak Pasien Gagal Ginjal Berusia Muda, Cek Apa Saja Penyebabnya

47 hari lalu

Banyak Pasien Gagal Ginjal Berusia Muda, Cek Apa Saja Penyebabnya

Gagal ginjal biasanya merupakan tahap akhir dari penyakit ginjal dengan kerusakan yang sudah cukup berat atau berlangsung lama.

Baca Selengkapnya

Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

49 hari lalu

Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

Aneurisma otak yang pecah menimbulkan banyak gejala, termasuk "sakit kepala petir", yang dikenal dengan rasa sakit yang tiba-tiba dan menyiksa.

Baca Selengkapnya

6 Manfaat Jus Seledri Untuk Kesehatan Tubuh, Cegah Diabetes hingga Menangkal Kanker

54 hari lalu

6 Manfaat Jus Seledri Untuk Kesehatan Tubuh, Cegah Diabetes hingga Menangkal Kanker

Seledri adalah sayuran renyah dan berserat yang menawarkan sejumlah manfaat kesehatan. Lantas apa saja manfaatnya?

Baca Selengkapnya

Waspada, Pasien Diabetes Punya Faktor Tinggi Alami Gangguan Ginjal

58 hari lalu

Waspada, Pasien Diabetes Punya Faktor Tinggi Alami Gangguan Ginjal

Faktor penyebab terbesar di dunia (termasuk juga di Indonesia) untuk gangguan ginjal adalah diabetes. Jalani gaya hidup sehat mulai sekarang.

Baca Selengkapnya

Hari Ginjal Sedunia, Ini 4 Hal yang Penting Selamatkan Nyawa Pasien

59 hari lalu

Hari Ginjal Sedunia, Ini 4 Hal yang Penting Selamatkan Nyawa Pasien

Hari Ginjal Sedunia tahun ini diperingati pada 14 Mret 2024. Ini 4 hal yang perlu jadi fokus para pihak untuk selamatkan nyawa pasien penyakit ginjal.

Baca Selengkapnya

Gejala Penyakit Ginjal pada Orang Muda yang Perlu Diperhatikan

59 hari lalu

Gejala Penyakit Ginjal pada Orang Muda yang Perlu Diperhatikan

Sebagian besar orang dengan penyakit ginjal tidak merasakan gejala pada tahap awal dan baru menyadarinya setelah masuk tahap lanjut.

Baca Selengkapnya