Webinar Waspada Virus Corona, Dokter Ditanya Soal Baju Astronot

Jumat, 6 Maret 2020 11:34 WIB

Petugas medis menyiapkan ruang isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia, Aceh Utara, Aceh, Selasa 3 Maret 2020. RSUD Cut Mutia di Aceh Utara RSU Dr Zainoel Abidin di Banda Aceh merupakan rumah sakit rujukan bagi perawatan pasien terinfeksi virus Corona (Covid 19) di Provinsi Aceh yang telah siap dengan tenaga medis, ruangan dan peralatan khusus. ANTARA FOTO/Rahmad

TEMPO.CO, Bandung - Alat Pelindung Diri (APD) lengkap bak pakaian astronot menjadi bagian yang banyak dipertanyakan peserta seminar online atau webinar tentang kewaspadaan infeksi virus corona COVID-19 yang diselenggarakan RS Hasan Sadikin Bandung, Kamis 5 Maret 2020. Webinar diikuti hingga 2000-an peserta yang mendaftar.

Alat pelindung diri lengkap menjadi pemandangan yang diakrabi di antara para dokter dan petugas medis di dunia belakangan ini. Pengamanan tingkat tinggi itu lalu ramai dipertanyakan peserta webinar. “Katanya angka kematiannya rendah dan tidak terlalu berbahaya, tapi kok pakai APD lengkap,” kata moderator membacakan pesan seorang penanya.

Wakil Ketua Tim Dokter Infeksi Khusus RS Hasan Sadikin Bandung, Anggraini Alam, mengatakan APD lengkap yang dimaksud seperti baju astronot itu merupakan protokol global dalam menghadapi wabah virus corona. Dia menjelaskan bahwa angka kematian akibat infeksi virus yang menyebar dari Wuhan, Cina, itu kurang dari 5 persen. "Sementara angka kesembuhan dari pasien yang positif terinfeksi mencapai 90 persen lebih."

Staf medis beristirahat di pusat pengujian 'drive-thru' untuk penyakit virus corona COVID-19 di Pusat Medis Universitas Yeungnam di Daegu, Korea Selatan, Selasa, 3 Maret 2020. Korea Selatan telah memiliki dua fasilitas serupa di Kota Incheon dan Sejong. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Advertising
Advertising

Dibandingkan dengan penyakit dari jenis virus corona lainnya, seperti flu burung, angka kematian itu disebutnya jauh lebih rendah. “Separuh pasien yang kena flu burung itu meninggal,” ujar Anggraini.

Namun, COVID-19 diketahui menyebar lebih luas dan cepat hingga kini ke 74 negara dan merenggut nyawa 3000-an orang di luar Cina. “Karena itu perlu kehati-hatian para petugas yang berhadapan langsung dengan pasien,” ujarnya.

Namun dia juga menegaskan bahwa mayoritas kasus pasien positif infeksi COVID-19 tergolong ringan. “Laporan dari Cina menyebutkan lebih dari 70 ribu pasien ternyata 80 persen lebih ringan-ringan saja,” katanya. Mobilitas orang dan tranportasi yang cepat disebut sebagai faktor yang membuat COVID-19 menyebar cepat secara luas.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

11 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

15 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

16 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

17 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

21 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya