Begini Generasi Z Bicara Perubahan Iklim, Dampak dan Solusinya

Kamis, 12 Maret 2020 16:01 WIB

Pendiri Diver Clean Action Swietenia Puspa Lestari (paling kiri) dan Maria Rosalinda Bunga Lengari dari Lembata, NTT, serta anggota Saka Wanabakti dari Kalpataru Kwartir Nasional Ramadhan Subakti (berdua paling kanan) dalam acara diskusi Pojok Iklim bertajuk 'Kiprah Cerdas Milenial dan Generasi Z: Bagian Solusi Perubahan Iklim' di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Rabu, 11 Maret 2020. TEMPO/Khory

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga pemuda mewakili generasi milenial dan Z bicara dampak perubahan iklim dan solusinya. Ketiganya, pendiri Diver Clean Action Swietenia Puspa Lestari; siswi SMA di Lembata, NTT, pembuat alat desalinasi air laut, Maria Rosalinda Bunga Lengari; dan anggota Saka Wanabakti dan Kalpataru Kwartir Nasional Ramadhan Subakti dihadirkan dalam diskusi di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Rabu 11 Maret 2020.

Swietenia Puspa Lestari, 25 tahun, bicara mengenai dampak langsung sampah terhadap terumbu karang dan mangrove. Swietenia atau yang biasa disapa Tenia itu mengaku sering menemukan terumbu karang yang rusak, bahkan mati, dikelilingi sampah. Karena kondisi itu dia tergerak melakukan beberapa aktivitas, seperti bersih pantai secara rutin satu bulan sekali di wilayah Jakarta.

Data aktivitas tersebut juga dimanfaatkan untuk keperluan riset. "Jadi tidak hanya mengumpulkan sampah lalu ditimbang, tapi dipisahkan sesuai jenisnya," ujarnya dalam diskusi bertajuk ‘Kiprah Cerdas Milenial dan Generasi Z: Bagian Solusi Perubahan Iklim’ itu.

Tenia juga memetakan titik area mangrove, membuat tempat pembuangan sampah menjadi lebih tertata dan sistem pengolahan sampahnya lebih baik lagi. Dia mengajak masyarakat untuk bekerja sama dengan berbagai pihak agar berkomitmen memilah sampah. Selain juga melatih masyarakat yang menyediakan jasa pariwisata agar tidak lagi menggunakan plastik, dan menyediakan fasilitas tempat sampah.

“Pelatihannya gratis untuk usia 18-35 tahun setiap provinsi 1-2 orang kami biayai untuk pelatihan. Itu sudah dilakukan pada 2017 dan 2019,” tutur mentor The Indonesian Youth Marine Debris Summit 2019 itu.

Tenia juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan dan para peneliti untuk melakukan gerakan pengurangan sampah plastik sekali pakai. “Kami bekerja sama dengan restoran cepat saji agar tidak lagi menggunakan sedotan," katanya sambil menambahkan, "Ramainya warung kopi yang juga menggunakan sedotan, itu juga menjadi fokus kami.”

Maria Rosalinda Bunga Lengari, remaja asal Lembata, Nusa Tenggara Timur, juga bertutur dengan pengalamannya di kawasan pantai. Dia menceritakan dampak dari perubahan iklim berupa kekeringan yang panjang dan debit air turun. Gadis yang biasa disapa Osin ini mengaku harus menghemat air, bahkan untuk berangkat sekolah saja dia hanya mencuci muka tanpa mandi.

Siswi kelas X SMA Negeri 1 Lebatukan itu lalu membuat sebuah alat desalinasi air laut untuk menghasilkan air tawar. Alat yang dia buat bentuknya seperti rumah dengan bentuk yang kecil. Berbahan kayu sebagai rangkanya, alas memakai tripleks, wadah penampungan air laut menggunakan alumunium, alat ini dipasangi paralon yang dihubungkan dengan selang untuk mengaliri air tawar dari bagian atap yang terbuat dari plastik.

“Awalnya kami berdiskusi dan berpikir bahwa kami mempunyai sumber daya air laut dan panas matahari, proses terjadinya air hujan kan pasti penguapannya dari air laut, dari situ kami buat alat yang sederhana itu,” kata dia. “Itu semua berawal dari program sosialisasi perubahan iklim dari Plan Indonesia.”

Ramadhan Subakti berbeda. Dia cerita langkah-langkah anggota pramuka atau kepanduan di dunia mengatasi isu perubahan iklim. Dia menjelaskan, anggota pramuka penegak dan pandega usia 18-25 tahun sendiri berjumlah 8 juta atau 32 persen dari jumlah pemuda di Indonesia.

Advertising
Advertising

Rama menerangkan peran membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Jambi yang memakan banyak korban infeksi saluran pernapasan atas. Selain, mengendalikan sampah dengan mengurangi jumlah penggunaan plastik sekali pakai.

“Setiap perkemahan sudah tidak membawa botol plastik karena dianjurkan membawa tumbler, ada bersih pantai dan diving, membuat platform pramuka bersih negeri, kampanye hijau car free day di seluruh Indonesia, ada juga konservasi mulai dari karang, penyu dan lain-lain,” kata Rama menuturkan yang lainnya.

Ke depan, Rama menambahkan, dia dan teman-temannya akan melakukan kampanye hijau, dan membangun kolaborasi dengan semangat bersahabat dengan Bumi. “Kami akan terus sosialisasikan untuk meningkatkan pemahaman terhadap perubahan iklim, termasuk melakukan kajian dan penelitian,” kata Rama menambahkan.

Berita terkait

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

12 jam lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

1 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

9 hari lalu

Tantangan Besar Tema Hari Bumi 2024: Planet vs Plastics

Hari Bumi 2024 menyoroti masalah plastik, termasuk sampah plastik, dan mendorong aksi global melawan produksi plastik global yang tak terkendali.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

9 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

12 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

13 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

13 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

18 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

18 hari lalu

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

Isu penanganan sampah kembali mencuat di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Sebagian di antaranya berupa sampah plastik.

Baca Selengkapnya