Polisi Inggris: Tes Corona Palsu Banyak Dijual Online

Selasa, 31 Maret 2020 17:37 WIB

Petugas kesehatan menunjukan test kit berisi sampel darah warga saat rapid test untuk deteksi virus corona di halaman Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 2020. Rapid test dianggap efektif untuk mengetahui peta wilayah sebaran virus corona yang menginfeksi warga. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Kota Lancaster, Inggris, memperingatkan masyarakat terkait test kit atau alat uji virus corona palsu yang dijual melalui online. Alat yang dijual tersebut tidak benar-benar menguji penyakit COVOD-19 yang sudah menjadi pandemi di seluruh dunia.

“Alat uji virus corona yang dijual online itu adalah palsu dan tidak akan benar-benar menguji penyakit Anda,” demikian bunyi pernyataan publik pihak berwenang, seperti dikutip laman Pennlive, Sabtu, 28 Maret 2020.

Polisi Lancaster mengatakan setidaknya dua contoh di seluruh dunia, di mana orang membuat test kit palsu dan menjualnya untuk mengambil keuntungan, bisa dijual online, bahkan melakukan penjualan langsung ke konsumen.

Salah satu produk palsu adalah berbentuk botol yang dicetak dengan tulisan “Corona Virus 2019nconv (COVID-19)” dan “Virus1 Test Kit."

"Jangan biarkan penipu memanfaatkan ketakutan atau ketidakpastian Anda," kata polisi. Sambil menambahkan, “jangan beri mereka uangmu."

Advertising
Advertising

Tes yang otentik dapat diperoleh melalui Departemen Kesehatan Pennsylvania atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Pihak berwenang juga mengatakan setiap kegiatan penipuan terkait dengan virus corona harus dilaporkan ke Kantor Jaksa Agung Pennsylvania, demikian dilaporkan LancasterOnline.

Sementara Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menerangkan bahwa rapid test yang dijual secara online tercatat jumlahnya puluhan.

Dia memperingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia harus berhati-hati dan harus dilihat bagaimana efektivitasnya. “Ternyata ada 60-an rapid test yang ada di pasar internasional,” kata dia melalui live streaming, Jumat, 27 Maret 2020 lalu.

Repotnya, dokter spesialis penyakit dalam itu menambahkan, jika menggunakan rapid test yang tidak valid, kemudian dinyatakan negatif padahal sebenarnya positif itu akan membuat penggunanya merasa yakin bahwa dia negatif. “Tanpa pencegahan ini yang berbahaya, tapi kalau dia positif harus dilihat juga gejalanya bagaimana,” tutur Ari.

Lulusan Ilmu Biomedik FKUI itu meminta masyarakat tetap melakukan konfirmasi kepada dokter. Jika tidak ada gejala tapi dinyatakan positif, Ari menyarankan berdiam saja di rumah, karena kapasitas rumah sakit yang terbatas.

“Saya tidak merekomendasikan rapid test yang sembarangan, tidak jelas, rapid test yang sekarang digunakan juga sebenarnya kita lakukan uji diagnosis lebih dulu apakah memiliki sensitivitas atau tidak,” ujar Guru besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu.

PENNLIVE | LANCASTER ONLINE

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

6 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

10 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

10 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

16 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

17 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

20 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

21 hari lalu

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual

Baca Selengkapnya