Mudik Berbahaya untuk Wabah Corona, Ini Penjelasan Ahli Virus

Reporter

Antara

Kamis, 2 April 2020 06:00 WIB

Ilustrasi mudik menggunakan kereta api. BAY ISMOYO/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, Malang - Gerakan mudik penduduk Jakarta ke sejumlah daerah akan mempengaruhi pola penyebaran, memunculkan kasus-kasus baru, serta mengubah masa puncak wabah COVID-19. Diharapkan itu tidak terjadi sembari menunggu virus bermutasi dan menjadi lemah.

"Jika upaya pencegahan transmisi dapat dimaksimalkan, perkiraan puncak wabah juga akan bergeser dan wabah virus ini bisa segera berakhir," kata pakar virus Universitas Brawijaya (UB) Malang, Andrew William Tulle, Rabu 1 April 2020.

Dosen di Fakultas Kedokteran itu menambahkan, selama ini virus corona COVID-19 masih ditransmisikan secara efektif antarmanusia, sehingga jumlah penderita terus bertambah. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat penyebarannya, menurut dia, dengan mengurangi kemungkinan transmisi virus antarmanusia tersebut hingga seluruh penderita sembuh dan terbebas dari virus.

Ia berharap dengan mengurangi transmisi dan seiring berjalannya waktu, virus corona akan mengalami mutasi dan menjadi lebih lemah, seperti terjadi pada SARS 2002-2003. "Hasil penelitian menunjukkan adanya mutasi virus SARS 2002-2003 yang menyebabkan keganasan virus berkurang dan kasusnya mereda," katanya.

Andrew mengimbau masyarakat tetap mengikuti aturan pemerintah agar virus corona tidak semakin menyebar. "Di Indonesia, kemampuan untuk mendeteksi kasus baru COVID-19 masih terbatas," kata lulusan Master of Science (Biology & Biotechnology) RMIT University, Melbourne, Australia itu.

Advertising
Advertising

Ia mengatakan virus corona merupakan virus yang memiliki selubung lemak di bagian luar. Menurutnya, virus-virus itu menjadi inaktif jika amplopnya itu rusak. Oleh karena itu, virus-virus berselubung mudah diinaktifkan.

Tetapi, lanjutnya, virus corona berbeda dengan virus envelope yang lain, karena lebih mampu bertahan di lingkungan. "Hanya saja faktor yang menyebabkan virus corona lebih stabil masih belum jelas," kata Andrew.

Ia mengatakan berdasarkan penelitian terbaru di NIH (National Institute of Health, US), virus COVID-19 dapat bertahan di lingkungan selama delapan jam dengan sedikit penurunan jumlah mulai terjadi pada tiga jam pertama. Selain itu, virus tersebut juga dapat bertahan cukup lama pada permukaan benda mati.

Dia menuturkan, waktu paruh virus, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk jumlah virus berkurang menjadi separuhnya, pada permukaan tembaga sekitar tiga jam. Sedang pada permukaan lain bisa lebih lama, seperti kertas kardus sekitar delapan jam, besi selama 13 jam, dan plastik selama 15 jam.

"Berdasarkan penelitian tersebut, virus masih terdeteksi pada besi dan plastik hingga 72 jam, tetapi jumlahnya sudah turun hingga sepertiganya. Namun, penelitian tersebut hanya menguji stabilitas virus, belum diketahui apakah virus tersebut masih infeksius atau tidak," katanya.

Meski demikian, ia mengimbau masyarakat tidak panik. Pada saat menangani SARS belum ada media sosial, sehingga tenaga medis bisa menangani dengan lebih tenang. Sedang pada masa COVID-19 ini, Andrew membandingkan, sering muncul broadcast-broadcast yang kurang tepat dan hoax-hoax di media sosial yang membuat masyarakat semakin panik.

"Mungkin media bisa membantu dalam perang' melawan COVID-19 ini dengan menyebarkan berita-berita positif, sehingga dapat membantu meredakan kepanikan di masyarakat," katanya.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

11 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

17 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

23 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Mudik Hemat Bersama All-New Yaris Cross

10 hari lalu

Mudik Hemat Bersama All-New Yaris Cross

Dengan 1 liter bahan bakar mampu menempuh jarak 31 kilometer. dipadukan dengan tenaga elektrik, jadi semakin irit. Keluarga juga nyaman karena di atap terdapat Panoramic Glass Roof with Power Sunshade.

Baca Selengkapnya