Direktur CDC: 25 Persen Orang Terinfeksi COVID-19 Tanpa Gejala

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Kamis, 2 April 2020 20:02 WIB

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam wawancaranya dengan NPR, Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Dr. Robert Redfield mengatakan ketika para peneliti AS mempelajari lebih banyak tentang virus corona baru COVID-19, mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan infeksi virus itu sekitar tiga kali lebih tinggi daripada flu.

"Salah satu informasi yang telah kami konfirmasi cukup banyak sekarang adalah bahwa sejumlah besar orang yang terinfeksi sebenarnya tidak menunjukkan gejala," kata Redfield, sebagaimana dikutip SFist, Rabu, 1 April 2020.

"Itu mungkin sebanyak 25 persen. Itu penting, karena sekarang Anda memiliki individu yang mungkin tidak memiliki gejala yang dapat berkontribusi pada penularan, dan kami telah belajar bahwa sebenarnya mereka berkontribusi pada penularan."

Di sisi lain, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklaim bahwa virus itu tidak terbawa udara (aerosol) dalam partikel mikroskopis, para pakar AS mulai menentangnya.

Seperti kasus paduan suara di Washington State, virus ditularkan melalui menghembuskan napas atau berada di ruang tertutup dengan orang yang tanpa gejala tetapi terinfeksi.

Advertising
Advertising

Latihan paduan suara yang berlangsung pada awal Maret di Skagit, Washington, itu ternyata menjadi acara penyebaran luas (super-spreading) COVID-19, di mana 45 dari 60 orang terinfeksi virus corona. Tidak ada yang menunjukkan gejala pada saat itu, dan tidak ada yang berpelukan atau berjabat tangan, tetapi mereka menghabiskan dua setengah jam bernyanyi di ruang tertutup.

Akibatnya, CDC kemungkinan akan segera mengumumkan bahwa lebih banyak orang harus mengenakan masker di ruang publik, dan Redfield mengatakan bahwa pedoman tersebut sekarang sedang ditinjau ulang secara kritis.

Benjamin Cowling, seorang ahli epidemiologi di Universitas Hong Kong, mengatakan kepada New York Times Rabu, bahwa masker dari beberapa jenis mungkin selalu disarankan di depan umum, dan pernyataan dari WHO bahwa virus hanya menyebar pada tetesan (droplet) adalah salah.

"WHO mengatakan transmisi aerosol tidak terjadi, yang ... membingungkan," katanya. Meskipun dia memperingatkan orang-orang agar tidak terlalu paranoid saat melewati seseorang di toko atau di trotoar.

"Jika Anda melewati orang yang terinfeksi, Anda akan memiliki peluang penularan yang sangat, sangat rendah, "kata Cowling.

CDC berhipotesis bahwa, seperti virus pernapasan lainnya, akan ada musim untuk virus yang satu ini dan tingkat penularannya. Redfield menyarankan untuk melakukan lebih banyak studi di wilayah negara di mana tingkat penularan tetap sangat rendah.

SF NEWS | NPR

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

19 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya