Kasus Tes PCR Corona Negatif Palsu di Amerika, Ini Penyebabnya

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Kamis, 9 April 2020 14:01 WIB

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat telah menguji virus corona pada lebih dari 1,2 juta warganya, tetapi beberapa telah menerima hasil negatif meskipun terinfeksi.

Virus corona adalah penyakit yang terbentuk di paru-paru, tetapi virus itu kadang-kadang berada di rongga antara hidung dan tenggorokan di mana swab (usapan) tidak dapat menjangkaunya.

Meskipun deteksi RT-polimerase chain reaction (RT-PCR) adalah standar untuk pengujian corona, tes itu dapat menghasilkan negatif palsu jika sampel tidak dilakukan dengan benar, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, Rabu, 8 April 2020.

Para ahli juga percaya bahwa karena rumah sakit dan tempat pengujian drive-thru dibanjiri oleh orang-orang, petugas kesehatan juga bergegas untuk melayani sebanyak mungkin orang dan tidak mengambil sampel dengan benar.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengumumkan persetujuan untuk tes RT-PCR pada bulan Februari untuk pasien yang memenuhi kriteria spesifik untuk pengujian virus corona.

Advertising
Advertising

Jeff Pothof, chief quality officer di UW Health, mengatakan kepada Slate.com bahwa tes ini sebenarnya sangat bagus. "Sangat bagus sehingga jika kita bisa menangkap satu untai RNA, kita bisa mendapatkan hasilnya."

Virus corona diketahui terbentuk di paru-paru dan menghasilkan cairan di ruang udara yang menyebabkan pernafasan yang parah - suatu gejala virus yang terkenal.

Pengujian virus dilakukan dengan menggunakan usap panjang yang masuk ke hidung untuk mengumpulkan sampel dari bagian paling atas tenggorokan.

Namun, virus corona mungkin tidak berada di tempat yang sama untuk semua orang, kadang-kadang terbentuk di nasofaring, yang merupakan rongga yang dalam antara hidung dan tenggorokan - yang tidak dapat dijangkau penyeka.

Nam Tran, profesor klinis rekanan di University of California, Davis, mengatakan kepada Slate.com, "Ada kesalahpahaman jika seseorang menderita COVID, virus ada di mana-mana. Itu tidak benar.”

Pothof dan Tran sama-sama percaya bahwa salah satu alasan untuk negatif palsu adalah karena petugas kesehatan tidak dapat mencapainya saat melakukan usap hidung.

Karena ada banyak laporan negatif palsu, dokter sekarang meminta CT scan dada untuk digunakan sebagai cara untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi.

Sinar-X ini menunjukkan bahwa paru-paru dipenuhi dengan cairan, yang memungkinkan spesialis untuk melihat virus, daripada mengandalkan sampel sekresi.

Banyak pemindaian pasien virus corona menunjukkan bercak putih di sudut bawah paru-paru. Kelainan seperti itu mirip dengan yang ditemukan pada pasien yang menderita SARS dan MERS.

Virus corona dimulai di Cina Desember 2019 dan sekarang telah menginfeksi hampir setiap negara di dunia. Namun, AS merasakan beban pandemi terbesar dan memiliki lebih banyak kasus dan kematian daripada negara lain. Hingga Rabu malam, lebih dari 422.000 kasus telah dilaporkan dan jumlah kematian telah melampaui 14.000.

DAILY MAIL | SLATE

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

5 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

5 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

6 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

8 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya