COVID-19, Ilmuwan Uji Chloroquine pada 40.000 Petugas Medis Dunia

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Kamis, 9 April 2020 17:23 WIB

Obat malaria Chloroquine yang didapat dari apotek, Kamis 19 Maret 2020. Sebagian masyarakat memburunya karena dianggap bisa digunakan kala mengalami gejala infeksi virus corona COVID-19. ISTIMEWA

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dan pekerja medis di seluruh dunia akan diuji coba terhadap dua obat anti-malaria yang sudah ada yang dapat membantu melindungi mereka terhadap pandemi virus corona COVID-19.

Seperti dikutip Science, uji coba itu akan melibatkan 40.000 dokter dan perawat di Asia, Afrika, dan Eropa yang akan diberikan chloroquine atau hydroxychloroquine, dua obat anti-malaria yang telah ada.

Obat-obatan tersebut akan digunakan dalam strategi profilaksis pra pajanan (PrEP) dan dapat dimulai bulan ini, meskipun seorang peneliti Malaria, Matthew White, menyebutnya sebagai 'proses yang sangat sulit' dan 'proses birokratis'.

"Dalam sistem perawatan kesehatan yang rapuh, jika Anda mulai merobohkan beberapa perawat dan dokter, semuanya dapat runtuh," ujar White, yang berbasis di Universitas Mahidol di Bangkok, kepada Science, sebagaimana dikutip Daily Mail, Rabu, 8 April 2020. “Jadi kami menyadari bahwa prioritasnya adalah melindungi mereka."

Percobaan ini akan memilih peserta secara acak di Asia yang menggunakan chloroquine atau plasebo kontrol selama tiga bulan sementara hydroxychloroquine akan diberikan kepada peserta di Eropa dan Afrika.

Advertising
Advertising

Peserta tersebut akan diminta untuk melaporkan suhu mereka melalui aplikasi atau situs web dan kemudian para peneliti akan membandingkan mereka yang bergejala dan tidak bergejala selain keparahan gejala.

Di antara manfaat dari pengujian obat-obatan tersebut secara khusus adalah kenyataan bahwa obat-obatan tersebut sudah tersedia dan dapat digunakan secara massal tepat waktu.

"Daya tarik obat-obatan ini adalah bahwa obat-obatan tersebut berpotensi mudah digunakan dan kita tahu banyak tentang mereka," kata White kepada Science.

Di sisi lain, para peneliti juga telah berhati-hati untuk menggunakan obat-obatan tersebut bahkan meski ada bukti awal bahwa obat tersebut mungkin efektif karena orang dengan kondisi lain bergantung pada obat itu untuk mengobati lupus dan rheumatoid arthritis.

Yayasan Bill dan Melinda Gates menjalankan sebuah studi berbarengan terkait obat itu di Afrika, Amerika Utara, dan Eropa sementara studi terpisah sedang berlangsung di Amerika Serikat, Australia, Kanada, Spanyol, dan Meksiko.

Sebuah obat pencegahan yang berbeda, nitazoxanide, juga sedang dipertimbangkan oleh para peneliti dan biasanya digunakan untuk mengobati infeksi parasit serta serum kaya anti-bodi yang dibuat dari orang yang telah pulih dari virus itu.

"Jika ada obat yang dapat mencegah infeksi dan petugas kesehatan dapat meminumnya, itu akan memberi manfaat kesehatan masyarakat yang sangat besar," ujar Jeremy Farrar, kepala Wellcome Trust, yang mendanai upaya White, kepada Science.

DAILY MAIL | SCIENCE

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

7 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

13 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

16 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

4 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

10 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya