Lepas Ventilator 2 Hari Setelah Terima Plasma Darah Pasien Corona

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Sabtu, 11 April 2020 10:33 WIB

Li Xue (kanan), seorang petugas medis dari Provinsi Jiangsu, bekerja di sebuah bangsal Unit Perawatan Intensif (Intensive Care Unit/ICU) Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, China, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di bangsal ICU rumah sakit tersebut. Xinhua/Xiao Yijiu

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pasien virus corona dilaporkan berhasil lepas dari ventilator hanya dua hari setelah menerima plasma darah orang yang telah pulih dari virus tersebut dalam sebuah percobaan oleh para ilmuwan.

Dalam percobaan pertama, yang ingin melihat apakah antibodi orang yang telah berhasil melawan virus dapat membantu orang lain melakukan hal yang sama, itu menemukan bahwa 10 pasien yang sakit parah mengalami pemulihan yang cepat.

Dilaporkan Telegraph baru-baru ini, pengobatan yang dikenal sebagai terapi convalescent plasma (CP) itu digunakan selama pandemi Flu Spanyol 1918 sebelum tersedia vaksin atau antivirus.

Pengobatan itu berdasar pada fakta bahwa darah orang yang telah pulih mengandung antibodi kuat yang dilatih untuk melawan virus. Saat ini tidak ada pengobatan untuk corona, dan vaksin tidak mungkin tersedia sampai akhir tahun.

Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong mengatakan temuan itu menyimpulkan terapi plasma darah adalah pengobatan yang aman dan menjanjikan bagi pasien Covid-19 yang parah. Mereka menyerukan uji klinis yang lebih besar.

Advertising
Advertising

Namun, para ahli Inggris mengatakan studi yang lebih besar diperlukan untuk memastikan bahwa pengobatan itu aman dan efektif sebelum diluncurkan secara luas.

"Ini bukan uji coba secara acak dan semua pasien juga menerima perawatan lain, termasuk antivirus seperti remdesivir, yang saat ini dalam uji coba untuk Covid-19," ujar Sir Munir Pirmohamed, presiden British Pharmacological Society.

Sir Munir menambahkan bahwa penting juga untuk diingat bahwa ada masalah keamanan potensial di sekitar perawatan ini, termasuk penyakit yang terjadi melalui transfusi. "Bahkan jika terbukti berhasil, skalabilitas untuk mengobati sejumlah besar pasien dapat menjadi masalah," tambahnya.

Studi percontohan, yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, itu melibatkan 10 pasien, berusia antara 34 dan 78 tahun, yang menunjukkan gejala parah seperti sesak napas dan nyeri dada.

Semua menerima transfusi dosis 200ml plasma darah dan para peneliti mengatakan semua gejala klinis, yang juga termasuk demam dan batuk, mereda dalam waktu tiga hari. Fungsi hati dan paru-paru pasien, serta kadar oksigen darah, juga ditemukan meningkat.

Jumlah sel darah putih yang melawan penyakit - limfosit - juga meningkat, dan tingkat antibodi tetap tinggi setelah transfusi CP, kata para peneliti.

Seorang pria berusia 42 tahun, yang sakit parah dan menggunakan ventilator, kembali bernapas bebas setelah dua hari, sesuatu yang "luar biasa" menurut para ilmuwan.

Food and Drug Administration (FDA) di AS menyetujui penggunaan terapi CT sebagai pengobatan eksperimental dalam uji klinis, dan untuk pasien kritis tanpa pilihan lain. Di Inggris, telah dilaporkan bahwa NHS dapat mulai memberikan terapi itu kepada pasien rumah sakit dalam waktu dekat.

TELEGRAPH

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

7 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

10 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya