Peneliti Temukan 6 Virus Corona Baru pada Kelelawar Myanmar

Rabu, 15 April 2020 11:33 WIB

Kelelawar pengisap darah manusia (Diphylla ecaudata) dari Brasil. cnet.com

TEMPO.CO, Jakarta - SARS-CoV-2 diduga kuat berasal dari mamalia kelelawar atau trenggiling karena struktur molekul keseluruhannya yang mirip. Seperti menegaskan asal usul virus pencipta pandemi asal Wuhan, Cina, itu, para peneliti telah menemukan enam virus corona jenis lainnya pada kelelawar yang berbasis di Myanmar.

Penelitian yang dipublikasikan di PLOS ONE mencatat bahwa penemuan antara 2016 dan 2018, tapi tidak diyakini terkait dengan SARS-CoV-2 penyebab pandemi COVID-19. Tidak juga dengan wabah penyakit virus corona lainnya SARS dan MERS.

"Pandemik virus mengingatkan kita betapa dekatnya kesehatan manusia dengan kesehatan satwa liar dan lingkungan," ujar pemimpin penulis studi, Marc Valitutto, seperti dikutip dari laman New York Post, Senin 13 April 2020.

Para peneliti saat itu mengumpulkan lebih dari 750 sampel air liur dan feses dari 464 kelelawar berbeda dari 11 spesies berbeda. Virus-virus baru ditemukan pada tiga spesies: kelelawar rumah kuning Asia yang lebih besar (Scotophilus heathii), kelelawar berekor keriput (Chaerephon plicatus), dan kelelawar berhidung daun Horsfield (Hipposideros larvatus)

Seperti dilaporkan laman Live Science, keenam virus corona itu diberi nama baru: PREDICT-CoV-90 (di kelelawar rumah kuning Asia), PREDICT-CoV-47 dan PREDICT-CoV-82 (di kelelawar berekor keriput) dan PREDICT-CoV-92, -93 dan -96, yang ditemukan di kelelawar berhidung daun Horsfield.

Valitutto yang juga mantan dokter hewan di Program Kesehatan Global Smithsonian menerangkan, di seluruh dunia, manusia berinteraksi dengan satwa liar dengan frekuensi yang semakin meningkat. "Sehingga semakin kita memahami tentang virus ini pada hewan, apa yang memungkinkan mereka untuk bermutasi dan bagaimana menyebar ke spesies lain, semakin baik kita dapat mengurangi potensi pandemi," kata dia.

Dalam penelitian tersebut bahkan dipercayai bahwa ada ribuan virus corona--banyak di antaranya yang belum ditemukan--pada kelelawar. Menurut salah satu penulis penelitian Suzan Murray, banyak virus corona mungkin tidak menimbulkan risiko bagi manusia.

"Pengawasan, waspada, penelitian, dan pendidikan adalah alat terbaik yang kita miliki untuk mencegah sebelum terjadi pandemi," katanya.

Studi tambahan akan diperlukan untuk menentukan apakah virus corona yang ditemukan pada kelelawar Myanmar itu memiliki potensi penularan lintas spesies untuk lebih memahami risiko terhadap kesehatan manusia. Sementara, per Selasa malam, 14 April 2020, COVID-19 telah dikonfirmasi pada 1.935.646 kasus dengan korban meninggal 120.914 orang di seluruh dunia.

PLOS ONE | LIVE SCIENCE | NEY YORK POST

Berita terkait

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

9 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

12 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

23 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

1 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

7 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya