Sembuhkan Kera dari MERS, Vaksin Diuji untuk COVID-19

Senin, 20 April 2020 11:37 WIB

Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari National Institutes of Health (NIH) melakukan pengujian kandidat vaksin yang disebut ChAdOx1 untuk virus corona baru COVID-19. Vaksin tersebut sebelumnya dalam pengujian berhasil melindungi dua kelompok kera rhesus dari penyakit yang disebabkan oleh virus corona syndrome pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV).

MERS-CoV adalah kerabat dari sindrom pernafasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV-2), yang menyebabkan penyakit COVID-19. Kasus MERS-CoV pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada 2012. Unta terinfeksi virus itu dan kemungkinan menularkannya kepada manusia, demikian dikutip laman, Fox News, 18 April 2020.

MERS-CoV menyebabkan infeksi pada jaringan dan kantung udara di paru-paru atau pneumonia di antara orang yang terinfeksi. Hingga Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia telah menerima laporan 2.519 kasus MERS-CoV dan 866 kematian di 27 negara.

Dalam studi kera itu, satu kelompok divaksinasi 28 hari sebelum infeksi, kelompok kedua menerima dua vaksinasi-- sebagai strategi penunjang utama--56 dan 28 hari sebelum infeksi. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kontrol. Para ilmuwan melaporkan, tidak ada satu pun hewan dalam kelompok satu dan dua yang mengembangkan tanda-tanda penyakit MERS-CoV.

Kelompok kedua jelas memiliki lebih sedikit virus di jaringan paru-paru dibandingkan dengan kelompok kontrol dan tidak ada bukti virus yang bereplikasi, juga hanya menunjukkan lebih sedikit virus dalam jaringan dibandingkan kelompok kontrol. Kedua kelompok perlakuan tidak menunjukkan kerusakan paru-paru dan dilindungi dari penyakit, tidak seperti kelompok kontrol.

Pada studi kera MERS-CoV, para ilmuwan mengikuti studi sebelumnya dari vaksin eksperimental pada tikus. Mereka juga berhasil menguji vaksin terhadap virus Nipah pada hamster dan virus Lassa pada marmut, dan mereka selanjutnya berencana mempercepat pengujian kandidat vaksin terhadap SARS-CoV-2, yang hingga hari ini telah menginfeksi lebih dari 2,2 juta orang dengan 151 ribu lebih meninggal dunia di berbagai negara.

Para ilmuwan dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) di NIH, Rocky Mountain Laboratories di Hamilton, telah bekerja sama dengan University of Oxford di Inggris, dan peneliti di University of Oxford Jenner Institute untuk mengembangkan teknologi vaksin ChAdOx1.

NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH | FOX NEWS

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

4 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

6 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

8 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

8 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya