Gejala COVID-19 Bukan Cuma Batuk, Demam, dan Sesak Napas

Selasa, 28 April 2020 10:41 WIB

Petugas medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumut memeriksa suhu tubuh seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Malaysia ketika akan mengikuti senam dan berjemur di bawah sinar matahari saat menjalani karantina di Pangkalan Udara Militer (Lanud) Soewondo Medan, Sumatera Utara, Sabtu, 11 April 2020. Sebanyak 513 TKI yang berasal dari berbagai daerah di Sumut dan sekitarnya yang menjalani proses karantina COVID-19 sementara tersebut saat ini kondisi kesehatannya baik dan tidak ada menunjukan gejala infeksi seperti demam, batuk dan sesak nafas. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Sesak napas selama ini digunakan untuk mengenali atau membedakan infeksi virus corona COVID-19 dari virus corona penyebab flu pada umumnya. Gejala sesak napas, demam tinggi, dan batuk, begitu identifikasi yang digunakan sebelum dilakukan tes darah maupun gen virus.

Empat bulan berlalu sejak wabah virus corona itu menyebar di dunia, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperbarui informasi tentang gejala tersebut. CDC menambah enam gejala baru pasien COVID-16 yakni panas dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kehilangan rasa atau bau.

“Orang yang terinfeksi COVID-19 dilaporkan memiliki beragam gejala, mulai dari ringan hingga parah yang mungkin muncul 2-14 hari setelah terpapar virus,” bunyi pernyataan CDC di situs webnya.

Mengutip laman New York Post, Senin 27 April 2020, CDC sebelumnya menyebutkan, pasien terinfeksi virus corona hanya memiliki gejala demam, batuk, dan sesak atau kesulitan bernafas. Pembaruan dilakukan menyusul banyak kasus penyakit itu yang tidak disertai gejala, plus hasil penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.

Hasil penelitian itu membuktikan tidak cukup mendeteksi seseorang terjangkit COVID-19 jika hanya berdasarkan tiga gejala itu saja. Tim peneliti menguji 1.217 spesimen dari 1.206 pasien COVID-19 dan hanya mendapati 116 pasien atau 9,5 persen yang positif hanya SARS-CoV-2, nama virus corona penyebab COVID-19.

Advertising
Advertising

Jumlahnya lebih besar, yakni 20,7 persen, untuk spesimen yang dites positif SARS-CoV-2 dan juga satu atau lebih patogen saluran pernapasan lainnya.

Sebanyak 24 spesimen yang memiliki SARS-CoV-2 dan setidaknya satu patogen pernapasan lainnya lalu dites lagi. Hasilnya, positif untuk rhinovirus/enterovirus (6,9 persen), positif virus syncytial pernapasan (5,2 persen), positif virus corona lain (4,3 persen), dan sedikit di atas 3 persen untuk beberapa jenis influenza.

Jadi, studi itu menyimpulkan, jika seseorang memiliki infeksi virus pernapasan lain, orang tersebut masih bisa menderita COVID-19. Itu sebabnya CDC menyarankan agar siapa pun yang mengalami enam gejala tersebut harus segera mencari perhatian medis.

NEW YORK POST | FORBES

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

4 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

10 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya