Cina Ukur Lagi Tinggi Puncak Gunung Everest

Reporter

Terjemahan

Sabtu, 2 Mei 2020 10:27 WIB

Puncak Pegunungan Himalaya terlihat dari Punjab, India, 3 April 2020. Penampakan Himalaya di India pun jadi trending topic di media sosial. Twitter/@khawajaks

TEMPO.CO, Jakarta - Cina kembali menggelar misi mengukur tinggi Puncak Gunung Everest atau Qomolangma (Dewi Ketiga) dalam bahasa Tibet di Pegunungan Himalaya. Mereka sebelumnya sudah pernah dua kali merilis hasil pengukuran puncak tertinggi di dunia itu pada 1975 dan 2005 yakni 8.848,13 meter dan 8.844,43 meter.

Survei untuk pengukuran terbaru yang lebih akurat telah mengirim satu tim dari berbagai intansi di Cina juga Nepal ke basecamp di punggung gunung itu per Kamis 30 April 2020. Mereka di antaranya terdiri dari 53 orang dari Kementerian Sumber Daya Alam, juga ada dari Kementerian Luar Negeri, Olahraga, dan Pemerintahan Daerah Otonom Tibet.

Tim berada lebih awal dari rencana pengukuran yang baru akan dilakukan bulan ini tersebut untuk pelatihan pendakian dan keterampilan survei di wilayah ketinggian. Tim dari Kementerian Sumber Daya Alam bahkan telah melakukan survei pendahuluan untuk penentuan ketinggian, gravitasi, serta sistem satelit navigasi global dan astronomis sejak 2 Maret lalu.

Berlokasi di perbatasan Cina dan Nepal, Gunung Qomolangma dianggap sebagai simbol persaudaraan kedua bangsa. Menurut kesepakatan bersama yang ditandatangani Oktober lalu, kedua pemerintahan berjanji bekerja sama dalam berbagai bidang, termasuk menangani isu perubahan iklim dan perlindungan lingkungan, serta bersama-sama mengumumkan tinggi gunung itu dan melakukan riset ilmiah.

Advertising
Advertising

Foto ini diambil pada 22 Mei 2019 dan dirilis oleh pendaki Nirmal Purja menunjukkan lalu lintas padat para pendaki gunung yang berdiri untuk mencapai puncak Everest.[CNN]

Survei dan penelitian ini sekaligus menandai usia 65 tahun hubungan diplomatik Cina dan Nepal, 60 tahun manusia sampai ke puncak Everest, juga 45 tahun berselang sejak Cina mengukur secara akurat dan mengumukan tinggi puncak gunung itu pertama kalinya.

Li Guopeng, ketua tim dari Kementerian Sumber Daya Alam, mengatakan kalau sistem satelit navigasi BeiDou akan dilibatkan dalam pengukuran kali ini. Mereka juga akan menggunakan pengukuran gravitasi aerial untuk memperbaiki tingkat akurasi dari pengukuran sebelumnya, “dan teknologi tiga dimensi akan menyediakan demonstrasi visual dari kekayaan alam Qomolangma,” kata Li.

Tim, kata Li, akan mendaki sampai ke puncak Gunung Everest untuk mendapatkan data terpercaya. Tim juga akan mengumpulkan data terbaru ketebalan salju, cuaca, dan kecepatan angin di puncak gunung untuk memfasilitasi pemantauan gletser dan perlindungan ekologis. Selain, hasilnya nanti bisa dipakai untuk berbagai bidang ilmu termasuk gerakan lempeng bumi dalam bidang ilmu geodinamika.

XINHUA

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

17 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

18 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

22 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya