Krisis Iklim: Laut Bisa Naik Sampai 1,3 Meter pada 2100

Senin, 11 Mei 2020 13:19 WIB

Warga berziarah di tempat pemakaman umum yang terendam air laut akibat abrasi di Desa Timbulsloko, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Kamis 14 Maret 2019. Abrasi yang mengikis garis pantai Kabupaten Demak sekitar tahun 1995 berdampak pada peralihan fungsi lahan setempat yang awalnya merupakan areal pertanian produktif berangsur menjadi tambak ikan dan sebagian kini telah menjadi perairan akibat kenaikan permukaan air laut disertai penurunan permukaan tanah mencapai sekitar 10 sentimeter per tahun. ANTARA FOTO/Aji Styawan

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura memperingatkan proyeksi gelombang kenaikan air laut akan menghancurkan wilayah pesisir. Menurut mereka, permukaan laut akan naik lebih dari satu meter pada 2100 dan lima meter pada 2300 jika target emisi global tidak tercapai.

Tim peneliti itu membuat model proyeksi kenaikan muka laut rata-rata global berdasarkan dua skenario iklim melibatkan lebih dari 100 pakar internasional. Dalam skenario rendah emisi, di mana pemanasan global naik terbatas pada 2 derajat Celsius, para ahli memperkirakan kenaikan laut 0,5 meter pada 2100 dan menjadi 2 meter pada 2300.

Sedangkan dalam skenario emisi tinggi di mana pemanasan global meningkat 4,5 C, muka laut naik antara 0,6 m hingga 1,3 m pada 2100 dan 1,7-5,6 m pada 2300. Daratan es yang mencair di Antartika dan Greenland diperhitungkan sebagai kontributor terbesar terhadap kenaikan rata-rata permukaan laut global tersebut.

"Referensi mendalilkan bahwa tebing es menjadi tidak stabil pada ketinggian lebih dari 90 meter di atas permukaan laut, memfasilitasi runtuhnya lapisan es selama periode hangat," bunyi hasil studi yang dimuat dalam jurnal Nature tersebut.

Dalam penelitian juga disebutkan, kenaikan permukaan laut rata-rata global hingga multimeter bakal membuat ratusan juta orang rentan mengalami banjir pantai dan ekosistem pesisirnya rusak. "Namun, proyeksi para ahli juga dengan jelas menggambarkan potensi besar untuk menghindarinya melalui keberhasilan pengurangan emisi," tulis penelitian itu.

Retakan besar di Gletser Thwaites, Antartika.[NASA Jet Propulsion Laboratory]

Advertising
Advertising


Studi ini merupakan kolaborasi antara peneliti dari NTU, University of Hong Kong, Maynooth University di Irlandia, Durham University di Inggris, Rowan University dan Tufts University dari Amerika, dan Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim di Jerman.

Profesor Benjamin Horton, yang memimpin survei, menerangkan kompleksitas proyeksi naik-turun muka laut, dan banyaknya publikasi ilmiah yang relevan, menyulitkan para pembuat kebijakan mendapatkan tinjauan umum ilmiah. Itu sebabnya, untuk memperoleh gambaran umum ini, penting untuk mensurvei para ahli khusus tentang perkiraan kenaikan permukaan laut.

"Ini memberikan gambaran yang lebih luas tentang skenario masa depan dan menginformasikan pembuat kebijakan sehingga mereka dapat menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan," kata dia.

Menurut Niamh Cahill dari Maynooth University, studi internasional ini didasarkan pada pendapat yang diinformasikan dari 106 ahli laut. Dia juga menggarisbawahi pentingnya mengejar kebijakan emisi rendah untuk membatasi kenaikan muka laut yang terjadi.

Target emisi global saat ini berdasarkan Perjanjian Iklim Paris berupaya membatasi pemanasan global hingga 1,5 C dan bertujuan untuk memperkuat kemampuan negara-negara yang berpartisipasi dalam menangani dampak perubahan iklim. Namun, sejumlah negara tidak berada di jalurnya untuk memenuhi kewajiban mereka, bahkan Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat--salah satu penghasil emisi karbon terbesar dunia--dari perjanjian sepenuhnya.

INDEPENDENT | NATURE

Berita terkait

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

15 jam lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

1 hari lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

1 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

Kemendag dan KBRI Gelar Pameran Fesyen di Singapura, Total Transaksi Capai Rp 4,2 Miliar

1 hari lalu

Kemendag dan KBRI Gelar Pameran Fesyen di Singapura, Total Transaksi Capai Rp 4,2 Miliar

Kementerian Perdagangan dan Duta Besar RI untuk Singapura menggelar pameran fesyen di Singapura. Total transaksinya capai Rp 4,2 miliar.

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Kunjungan Menlu Singapura di Istana

2 hari lalu

Jokowi Terima Kunjungan Menlu Singapura di Istana

Presiden Jokowi terima kunjungan Menlu Singapura.

Baca Selengkapnya

Ada Aurora Borealis di Gardens by the Bay Singapura, Mirip di Kutub Utara

2 hari lalu

Ada Aurora Borealis di Gardens by the Bay Singapura, Mirip di Kutub Utara

Tapi pada 5 Mei, lampu-lampu indah auroa borealis akan tampil perdana di Gardens by the Bay.

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

2 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

3 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

3 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

3 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

Salah satu menteri Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan, diketahui pernah berobat hampir sebulan di Singapura pada November tahun lalu.

Baca Selengkapnya