Dihalalkan di Uji Vaksin Covid-19, Apa Itu Challenge Trials?

Senin, 11 Mei 2020 19:43 WIB

Universitas Maryland menguji coba vaksin eksperimental virus corona. WBALTV.com

TEMPO.CO, Jakarta - Restu telah diberikan kepada tim ilmuwan dunia untuk mengambil jalan pintas yang berisiko demi bisa berpacu dengan virus corona Covid-19. Challenge trials, atau uji kandidat vaksin langsung kepada pasiennya, adalah jalan pintas itu.

Normalnya, tak cukup setahun untuk menghasilkan suatu vaksin. Belum lagi jika pengujian berhasil, akan ada waktu tambahan untuk proses produksinya. Tapi pandemi kali ini memaksa pengembangan vaksin cepat-cepat.

Sejak menyebar dari Cina ke seluruh dunia di awal tahun ini, Covid-19 telah menyebabkan 4,1 juta orang sakit dan sudah lebih dari 283 ribu orang yang meninggal. Jumlahnya dikhawatirkan masih akan melonjak di gelombang kedua di paruh kedua tahun ini, atau setelah kebijakan karantina di banyak negara dikendurkan.

Vaksin menjadi senjata yang dinanti-nanti sembari masyarakat dunia menyesuaikan diri kepada normal baru yang terbentuk karena pandemi. Challenge trials yang semula dianggap kontroversial pun dihalalkan.

Seperti namanya, uji tantangan melibatkan pasien yang terinfeksi patogen langsung sebagai relawannya untuk mengamati apakah vaksin atau obat yang sedang dikembangkan bekerja efektif. Challenge trials sempat diusulkan oleh beberapa anggota parlemen Amerika Serikat. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menentang percobaan ini, dan justru mengeluarkan pedoman untuk pembuat vaksin yang ingin mempercepat pengujian.

WHO berdalih, percobaan langsung ke pasien telah digunakan untuk vaksin di masa lalu, termasuk cacar, demam kuning, malaria, tipus, kolera, dan influenza. Namun, penelitian ini biasanya dilakukan pada penyakit yang sudah memiliki pengobatan yang berhasil, sedang belum ada obat untuk Covid-19 saat ini.

Advertising
Advertising

Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic

Risiko yang ada adalah pembuat vaksin harus menginfeksi sukarelawan dengan virus yang tidak dapat disembuhkan. Dan vaksin yang akan diberikan kepada mereka memiliki kemungkinan tidak berfungsi, dan risikonya pasien tersebut dapat sakit lebih parah dan meninggal.


WHO lalu menetapkan delapan kriteria untuk studi challenge trials ini . Di antaranya, penelitian harus mencakup pasien berusia 18-30 tahun untuk meminimalkan risiko komplikasi Covid-19. Relawan juga harus menghabiskan waktu di rumah sakit untuk mencegah mereka menyebarkan penyakit kepada orang lain, dan para ilmuwan harus mengamati mereka lebih dekat.

<!--more-->

Keuntungannya, mereka akan dapat menguji secara teratur dan mempelajari kemanjuran obat, serta efek sampingnya. Ujungnya, keuntungan dari eksperiman ini adalah bisa menghasilkan hasil yang jauh lebih cepat, karena penelitiannya akan mirip dengan mempelajari subyek hewan.

Pada proses yang normal, semakin tinggi fase pengujian vaksin, semakin banyak sukarelawan diperlukan, dan mereka perlu diamati untuk jangka waktu yang lama. Itu karena para sukarelawan ini tidak terinfeksi penyakit ini dengan sengaja. Namun, mereka masih dapat terpapar, dan para peneliti akan melakukan pemeriksaan rutin untuk melihat apakah vaksinnya berfungsi.

Beberapa komunitas ilmiah mendukung penerapan challenge trials khusus untuk kasus Covid-19. Direktur Pusat Bioetika Tingkat Populasi dari Rutgers University, Nir Eyal, menerangkan, ada konsensus yang muncul di antara semua orang yang telah memikirkan hal ini dengan serius.

"Berita besarnya adalah WHO tidak mengatakan challenge trials dilarang, ini menentukan langkah yang masuk akal tentang bagaimana pengujian dilakukan," katanya.

Profesor Andrew Pollard, pemimpin program pengembangan vaksin di Institut Jenner University of Oxford, memiliki minat besar dalam percobaan ini namun mengakui sangat hati-hati. "Tapi saya pikir itu tidak perlu dikesampingkan karena itu bisa menjadi salah satu cara kita mendapatkan jawaban, lebih cepat," katanya.

Namun, tidak jelas kapan challenge trials untuk kandidat vaksin Covid-19 dimulai. Sekarang posisi WHO sudah diketahui, dan kemungkinan beberapa laboratorium yang mengembangkan obat-obatan ini akan mulai mempertimbangkan uji coba tantangan mereka sendiri.

Saat ini penelitian vaksin virus corona telah dilakukan oleh lebih dari 115 tim peneliti dan ada lebih dari 14 ribu orang di lebih dari 100 negara yang terlibat. Beberapa dari mereka bahkan telah memberikan janji dalam pengujian laboratorium dan telah mencapai berbagai fase uji coba hewan dan manusia.

BGR | THE GUARDIAN | JOHNS HOPKINS

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

24 menit lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

3 jam lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

6 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

12 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

15 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

15 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

2 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

4 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya