Seminggu Mengorbit, Roket Cina Jatuh ke Bumi Tak Terkendali

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Selasa, 12 Mei 2020 22:39 WIB

Roket Long March-5B lepas landas dari lokasi peluncuran Wenchang, Pulau Hainan, Cina, Selasa, 5 Mei 2020. Program luar angkasa Cina bertujuan untuk mengangkut astronot ke stasiun ruang angkasa dan eksplorasi ruang angkasa berawak di masa depan. Xinhua/Tu Haichao

TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh roket Cina menjadi bagian dari sampah antariksa terbesar dalam beberapa dekade. Tubuh roket itu jatuh tidak terkendali saat kembali ke Bumi pada hari Senin, 11 Mei 2020.

Pada 5 Mei, roket Long March-5B meluncurkan sebuah prototipe kapsul berawak yang menyerupai SpaceX Crew Dragon untuk mengorbit dalam sebuah pengujian. Setelah hampir satu minggu mengorbit Bumi, tahap inti dari roket besar itu kembali memasuki atmosfer kita.

Tampaknya ada bagian yang tidak sepenuhnya terbakar telah sampai ke permukaan Bumi, dan kemungkinan jatuh ke Samudra Atlantik di lepas pantai Afrika Barat, menurut militer AS.

"Ini adalah objek paling masif yang masuk kembali ke Bumi secara tidak terkendali sejak Salyut-7 pada tahun 1991 seberat 39 ton," tulis Jonathan McDowell, astrofisikawan Harvard terkemuka yang melacak objek itu di orbit, di Twitter.

Militer, Aeroscope Corporation dan lainnya sedang melacak roket seberat 37.000 pound itu ketika orbitnya mulai keliru beberapa hari yang lalu menuju kobaran api yang tak terhindarkan.

Advertising
Advertising

Badan roket itu lebih masif daripada stasiun ruang angkasa Tiangong-1 Tiongkok yang jatuh kembali ke Bumi (mungkin mendarat di suatu tempat di lautan) pada tahun 2018. Itu sekitar seperlima massa Skylab, yang kembali ke Bumi dekat Perth, Australia, pada 1979.

Sebagian besar roket diperkirakan terbakar, tetapi potongan-potongan kecil bisa sampai ke permukaan Bumi.

Roket yang kembali ke Bumi terkenal sulit diprediksi, karena objek bergerak dengan kecepatan ribuan mil per jam. Ketika pecah, puing-puing yang jatuh dapat tersebar lebih dari ratusan atau ribuan mil.

Sejauh ini belum ada laporan saksi mata tentang roket yang pecah di langit atau puing-puing di permukaan.

Seringkali, kendaraan ruang angkasa yang lebih besar dilengkapi dengan sarana untuk mengarahkan pesawat untuk masuk kembali ke lokasi yang aman (biasanya Pasifik Selatan), tetapi tampaknya tidak demikian halnya dengan roket ini.

Roket bekas, yang diberi label CZ-5B oleh lembaga melacaknya, mengorbit sekitar 41 derajat posisi utara dan selatan.

Itu berarti setiap bit yang berhasil sampai ke permukaan mendarat di suatu tempat dalam kisaran itu, yang meliputi New York di utara, Australia di selatan dan segala sesuatu di antaranya.

Informasi terbaru dari militer itu memungkinkan sebagian besar roket terbakar atau berakhir di lautan. Berita baiknya adalah bahwa hampir tidak ada laporan sepanjang sejarah sampah luar angkasa yang melukai atau membunuh orang, karena biasanya jatuh di lautan atau daerah-daerah terpencil.

FORBES | TWITTER

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

9 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

14 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

19 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

2 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya