Fakta-fakta Covid-19 pada Ibu Hamil, Kenapa Dokter Masih Lega?
Reporter
Terjemahan
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 15 Mei 2020 06:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pada ibu hamil, semakin banyak kasus yang menunjukkan kalau Covid-19 terkait dengan angka kelahiran caesar dan bayi prematur. Selain virus yang mampu menyeberangi plasenta ke jabang bayi.
Gambaran yang ada mulai berubah setelah pada Maret, Pemerintah Inggris, misalnya, hanya menempatkan ibu hamil dalam kelompok 'rentan' sebagai bentuk kehati-hatian. Saat itu, pengetahuan hanya dari data studi terhadap sekitar 20 perempuan hamil. Saat itu pula tidak terlihat kemungkinan virus bisa diturunkan dari ibu kepada bayinya.
Sejauh ini, beberapa ratus bayi baru lahir telah dilaporkan terpengaruh Covid-19. Tapi para dokter dan peneliti mengaku masih lega. Alasannya, virus corona 2019 kelihatannya tak sampai mematikan seperti halnya dalam kasus SARS yang telah membunuh seperempat perempuan hamil yang terinfeksi.
Faktanya adalah virus corona Covid-19 tidak memberi gejala apapun pada kebanyakan perempuan hamil yang terinfeksi. Ketika satu tim di pusat medis New York, Amerika Serikat, mengetes 215 perempuan melahirkan dalam kurun dua minggu, mereka menemukan empat perempuan yang positif Covid-19 menderita demam atau gejala lainnya. Tapi 29 lainnya positif tanpa sakit.
Dari hasil riset yang ada, perempuan hamil diketahui tak berisiko lebih besar daripada populasi umumnya untuk terinfeksi virus corona. Kalaupun terinfeksi, risikonya untuk berkembang sakit parah juga tak lebih besar. Tapi, beberapa tetap bisa sangat parah dan bahkan meninggal.
Marian Knight dan koleganya dari University of Oxford, Inggris, telah mengumpulkan data terbaru dari 427 ibu hamil terinfeksi Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Inggris. Tiga dari perempuan yang terinfeksi akhirnya meninggal dan sembilan lainnya masih dalam perawatan intensif.
“Kita tidak akan tahu seperti apa risiko bagi perempuan hamil dibandingkan populasi umum sampai kita mampu membandingkan orang-orang yang hamil dan tidak hamil dengan usia dan latar belakang yang sama,” kata Sonja Rasmussen di University of Florida, Amerika Serikat.
<!--more-->
Yang diketahui dari hasil studi itu adalah bahwa virus mungkin berdampak ke persalinan. Dalam studinya, Knight mendapatkan 63 dari 247 persalinan oleh ratusan ibu hamil itu adalah prematur. Dalam review yang diberikannya terhadap 108 perempuan yang melahirkan dengan status positif Covid-19, Mehreen Zaigham di Skåne University Hospital di Malmö dan Ola Andersson di Lund University, Swedia, menemukan sekitar 91 persen bayi dilahirkan secara caesar.
Satu dari 20 bayi yang dilahirkan para ibu dalam studi Knight juga positif virus corona, dan lima bayi meninggal. Tiga kematian kelihatannya tidak berhubungan dengan virus itu, tapi dua lainnya membuka kemungkinan itu.
Ada beberapa laporan miscarriage (persalinan yang harus dilakukan sebelum waktunya) dan keguguran pada perempuan yang terinfeksi virus itu, tapi itupun belum jelas benar apakah itu karena pengaruh infeksi virus yang sama. “Masih sulit untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari situasi sekarang,” kata Andrew Shennan di King's College London.
Tapi ada bukti yang cukup meyakinkan juga bahwa virus itu bisa diturunkan seseorang ke jabang bayi dalam kandungan melalui tali pusar atau plasenta. Ini diketahui dari sekelompok kecil bayi dari perempuan positif Covid-19 yang telah terkonfirmasi terinfeksi virus yang sama tak lama setelah dilahirkan. Dan seorang perempuan yang kehilangan kandungannya pada usia 22 minggu ditemukan memiliki virus corona di dalam plasenta-nya.
“Namun kebanyakan studi tidak menemukan bukti adanya penurunan atau penularan yang sama, jadi kalaupun ada yang menyeberangi plasenta kasusnya sangat jarang,” kata Shenirus .
Beberapa virus lain seperti Zika dan cacar air bisa sampai membahayakan perkembangan otak dan sistem organ penglihatan bayi dalam kandungan. Risikonya lebih tinggi di usia awal kandungan. “Tapi untuk virus corona kami belum mendapatkan cukup pengetahuan,” kata Rasmussen lagi.
Kabar gembiranya adalah bayi-bayi baru lahir positif Covid-19 itu bisa kembali pulih. Namun, tetap, para peneliti mengatakan, hingga ada hasil penelitian yang lebih jelas, para perempuan hamil harus melakukan social distancing dan menjalankan instruksi cuci tangan. “Saat ini, yang terpenting adalah para ibu hamil melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk menghindari tertular Covid-19,” kata Rasmussen.
NEWSCIENTIST