Antibodi Pasien SARS 17 Tahun Lalu Ampuh Menghambat Covid-19

Rabu, 20 Mei 2020 08:27 WIB

Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa seseorang yang pulih dari SARS 17 tahun yang lalu memiliki antibodi yang kuat untuk menghambat Covid-19. Antibodi, yang dikenal sebagai S309, itu diklaim 'sangat ampuh' untuk menargetkan dan menonaktifkan protein lonjakan di SARS-CoV-2, menurut penelitian dari University of Washington, Amerika Serikat.

Sekarang antibodi itu sedang dilacak untuk pengembangan dan pengujian di Vir Biotechnology. Salah satu penulis penelitian ini, David Veesler, mengingatkan bahwa banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum S309 dapat membantu pasien Covid-19, karena penelitian ini masih di laboratorium.

"Kami masih perlu menunjukkan bahwa antibodi ini protektif dalam sistem kehidupan, yang belum dilakukan," kata Veesler, seperti dikutip laman Fox News, Selasa, 19 Mei 2020.

Meskipun demikian, kemampuan S309 menonaktifkan protein lonjakan SARS-CoV-2 bisa terbukti baik dengan sendirinya, atau sebagai pendekatan koktail beberapa antibodi. Para peneliti menemukan, ketika S309 dikombinasikan dengan antibodi lebih lemah yang diidentifikasi pada pasien SARS, dan diamati sejak 2004, netralisasi Covid-19 meningkat.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature itu disebutkan, antibodi koktail termasuk S309 bersama dengan antibodi lain yang diidentifikasi semakin meningkatkan netralisasi SARS-CoV-2. Dan dapat membatasi munculnya mutan yang lolos dari netralisasi.

"Hasil ini membuka jalan untuk menggunakan koktail antibodi yang mengandung S309 dan untuk profilaksis pada individu yang berisiko tinggi terpapar atau sebagai terapi pasca paparan untuk membatasi atau mengobati penyakit parah," tertulis dalam penelitian itu.

Dua uji coba obat klinis (bersama dengan GlaxoSmithKline) dari versi S309 yang direkayasa secara genetika diharapkan akan mulai dilaksanakan musim panas ini.

Chief Scientific Officer Vir, Herbert Virgin, percaya bahwa S309 kemungkinan mencakup seluruh keluarga virus corona terkait, meskipun SARS-CoV-2 terus berkembang. "Mungkin cukup sulit bagi virus untuk menjadi resisten terhadap aktivitas netralisasi S309," kata Virgin.

Selain itu, dia menambahkan, S309 menunjukkan fungsi efektor ampuh secara in vitro, berpotensi memungkinkan antibodi terlibat dan merekrut seluruh sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel yang sudah terinfeksi. "Kami melihat dalam model hewan dari infeksi pernapasan lain, seperti influenza, bahwa fungsi efektor secara signifikan meningkatkan aktivitas antibodi yang sudah berpotensi menetralkan," tutur Virgin.

Hingga masa pandemi selama kurang lebih lima bulan sejak pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, belum ada obat ilmiah penyakit Covid-19, tapi sejumlah obat sedang diuji. Hingga Selasa, ada lebih dari 4,82 juta kasus virus corona yang didiagnosis di seluruh dunia, lebih dari 1,51 juta di antaranya berada di Amerika, negara yang paling terkena dampak di planet ini.

FOX NEWS | NATURE


Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

15 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

18 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

2 hari lalu

BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

Koordinator Humas Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Eka Rosmalasari angkat bicara soal penarikan vaksin AstraZeneca secara global.

Baca Selengkapnya

Jokowi Hapus Pembagian Kelas BPJS Kesehatan, YLKI: Menguntungkan Asuransi Swasta

2 hari lalu

Jokowi Hapus Pembagian Kelas BPJS Kesehatan, YLKI: Menguntungkan Asuransi Swasta

YLKI menilai langkah Presiden Jokowi menghapus pembagian kelas BPJS Kesehatan hanya akan menguntungkan perusahaan asuransi swasta.

Baca Selengkapnya

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

3 hari lalu

Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

Kemenkes mengimbau seluruh jemaah haji mewaspadai MERS-CoV. Kenali asal usul dan gejalanya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

3 hari lalu

7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

Pemerintah meminta seluruh jamaah haji Indonesia mewaspadai MERS-CoV yang ditemukan di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Hapus Kelas BPJS Kesehatan, Nilai Iuran belum Ditentukan

4 hari lalu

Jokowi Hapus Kelas BPJS Kesehatan, Nilai Iuran belum Ditentukan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghapus pembagian kelas rawat inap BPJS Kesehatan. Nilai iuran yang baru belum ditentukan.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Pasien Penerima Transplantasi Ginjal Babi Hasil Rekayasa Meninggal

5 hari lalu

Top 3 Dunia; Pasien Penerima Transplantasi Ginjal Babi Hasil Rekayasa Meninggal

Top 3 dunia pada 13 Mei 2024, di antaranya berita pasien penerima transplantasi ginjal babi hasil rekayasa genetika pertama meninggal

Baca Selengkapnya