CDC: Covid-19 12 Kali Lebih Mematikan pada Pasien Komorbid

Kamis, 18 Juni 2020 07:50 WIB

Petugas medis memberi semangat kepada pasien virus Corona yang dirawat di Rumah Sakit Sotiria di Athena, Yunani, 8 April 2020. Kasus COVID-19 di seluruh dunia menembus angka 2,1 juta, dengan Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia sebagai negara dengan jumlah kasus tertinggi. REUTERS/Stefan Jeremiah

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengungkap data bahwa virus corona Covid-19 12 kali lebih mematikan bagi pasien yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Laporan tersebut berdasarkan data kasus virus corona Amerika yang dipelajari pada rentang 22 Januari-30 Mei 2020.

Para peneliti mencatat, selama periode itu, pandemi virus corona mengakibatkan 1.761.503 kasus yang dilaporkan dan 103.700 kematian di Amerika. "Kematian 12 kali lebih tinggi bagi pasien komorbid yang dilaporkan (19,5 persen) dibandingkan mereka yang tidak memilikinya (1,6 persen)," bunyi laporan itu, seperti dikutip laman Fox News, Selasa, 16 Juni 2020.

CDC juga mencatat bahwa rawat inap enam kali lebih tinggi di antara pasien dengan komorbid daripada mereka yang tidak. "Di antara 287.320 (22 persen) kasus dengan data yang cukup tentang kondisi pasien dengan komorbid, yang paling umum adalah penyakit kardiovaskular (32 persen), diabetes (30 persen), dan penyakit paru-paru kronis (18 persen)," kata para peneliti.

Mirip dengan laporan lain tentang pandemi, hasil yang parah juga dicatat pada pasien orang tua. CDC mengatakan bahwa jumlah agregatnya konsisten dengan data yang disajikan melalui peta sebaran yang dibuat oleh Johns Hopkins University.

Selain itu, laporan CDC menyediakan data demografis lainnya pada pasien Covid-19, di antara 599.636 (45 persen) kasus dengan informasi yang diketahui, 33 persen adalah Hispanik atau Latin dari ras apa pun, 22 persen adalah kulit hitam non-hispanik, dan 1,3 persen bukan Indian Amerika Hispanik atau Alaska Native.

Pandemi Covid-19 semakin parah, terutama pada kelompok populasi tertentu. Temuan awal ini menggarisbawahi perlunya membangun upaya saat ini untuk mengumpulkan dan menganalisis data kasus, terutama di antara mereka yang memiliki penyakit penyerta.

Data ini digunakan untuk memantau tren penyakit Covid-19, mengidentifikasi dan menanggapi peningkatan kejadian lokal, dan menginformasikan kebijakan serta praktik yang dirancang untuk mengurangi penularan di Amerika.

Pada Rabu malam, ada lebih dari 8 juta kasus virus corona yang didiagnosis di seluruh dunia, dengan lebih dari 2,1 juta di Amerika, menurut data dari Johns Hopkins University. Penyakit ini telah menyebabkan sedikitnya lebih dari 437 ribu kematian di seluruh dunia, termasuk setidaknya 116 ribu di Amerika.

FOX NEWS | CDC


Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

10 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

11 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

17 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

18 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

21 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

22 hari lalu

Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual

Baca Selengkapnya