Huawei Klaim Proyek Rp 1,7 Triliun dekat Cambridge, Amerika Gusar

Jumat, 26 Juni 2020 11:02 WIB

Badan-badan intelijen Amerika Serikat menuduh Huawei terkait dengan pemerintah Cina dan peralatannya bisa digunakan Beijing untuk memata-matai. Sumber: REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan teknologi asal Cina, Huawei, mengaku telah menerima izin perencanaan untuk membangun fasilitas penelitian dan pengembangan senilai 1 miliar Pound Sterling (setara Rp 17,7 triliun) di Inggris. Fasilitas itu direncanakan akan fokus pada produksi perangkat optik yang biasa digunakan dalam sistem komunikasi serat optik.

Huawei mengatakan rencana itu adalah bagian dari upaya untuk mengembangkan situs seluas dua kilometer persegi dekat Cambridge, sekitar 70 kilometer sebelah utara London, dan meningkatkan investasi di daerah tersebut. "Inggris adalah rumah bagi pasar yang dinamis dan terbuka, serta beberapa talenta terbaik yang ditawarkan dunia," ujar Wakil Presiden Huawei Victor Zhang, seperti dikutip Reuters, Kamis 25 Juni 2020.

Namun, para pejabat Inggris sekarang mengatakan mereka sedang meninjau pedoman khusus tentang bagaimana peralatan Huawei harus dikerahkan. Mereka mempertimbangkan sanksi baru Amerika Serikat terhadap perusahaan itu. Keputusan diharapkan sudah ada dalam beberapa minggu mendatang.

Langkah membangun fasilitas yang diperkirakan mempekerjakan sekitar 400 orang itu juga dikabarkan akan membuat marah Amerika. Sebagian kalangan di parlemen Inggris juga sudah mendorong Perdana Menteri Boris Johnson untuk mempertimbangkan kembali keputusan memberi Huawei peran dalam pembangunan jaringan 5G Inggris.

Washington menuding perangkat dari Huawei dapat digunakan oleh Beijing untuk memata-matai, sebuah tuduhan yang terus dibantah Huawei. Bahkan, menjelang keputusan Inggris menggandeng Huawei, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Keith Krach menuduh Cina menggunakan skema serupa untuk memperluas pengaruhnya.

“Mereka menggelontorkan dana besar, merekrut para lulusan terbaik, dan memoles citra perusahaan. Kemudian muncul intimidasi, pemaksaan, dan perluasan negara pengawasan," katanya memalui akun Twitter, Selasa, 23 Juni 2020.

Victor Zhang menanggapinya dengan menyatakan bahwa proyek dekat Cambridge tidak ada urusan dengan pembatasan yang dilakukan Amerika terhadap perusahaan itu. Dia juga mengatakan keliru jika dianggap berusaha mempengaruhi keputusan Inggris.

Menurut Zhang, Huawei sudah mulai menggarap proyek itu 2017. Dia mengaku tidak akan berkomentar lebih jauh sebelum kaji ulang diselesaikan Pemerintah Inggris. Tapi dia menambahkan, "Pemerintah Inggris pastinya akan sangat peduli dengan kepentingan masyarakatnya, dan kan mengembangkan, memulihkan, dan menumbuhkan perekonomian di kawasan itu."

REUTERS | CNN


Advertising
Advertising

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

6 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

7 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

10 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

11 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

12 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

12 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

13 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

14 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

15 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

16 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya