NASA dan ESA Latih Kecerdasan Buatan untuk Cari Kehidupan Alien

Senin, 29 Juni 2020 16:51 WIB

Logo Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. (NASA)

TEMPO.CO, Jakarta - Dua lembaga antariksa, NASA (Amerika Serikat) dan ESA (Eropa) telah melatih sistem kecerdasan buatan (AI) untuk mencari tanda kehidupan makhluk asing alien di Mars.

Wahana Rosalind Franklin (ExoMars) milik ESA akan menjadi yang pertama memiliki sistem kecerdasan buatan baru itu ketika berangkat ke Planet Merah.

Dengan menggunakan sistem cerdas ini, ilmuwan bisa memiliki apa yang akan dianalisis untuk mengatasi batasan tentang bagaimana informasi ditransmisikan dari jarak yang sangat jauh dalam mencari kehidupan dari planet lain. Sistem ini sedang diuji di Mars, tapi dirancang untuk misi masa depan ke Jupiter dan Saturnus di mana jarak lebih menjadi masalah.

Ketua peneliti Victoria Da Poian dari NASA mengatakan ini adalah langkah visioner dalam eksplorasi ruang angkasa. "Ini berarti, seiring berjalannya waktu kita akan beralih dari gagasan bahwa manusia terlibat dengan hampir semua hal di ruang angkasa, ke gagasan bahwa komputer dilengkapi dengan sistem cerdas," kata Da Poian, seperti dikutip laman Daily Mail, 26 Juni 2020.

Dengan kemampuan AI, ilmuwan bisa memutuskan di mana dan kapan untuk mencari tanda-tanda kehidupan dan informasi paling mendesak akan dikirim kembali ke Bumi dengan menghemat waktu dan sumber daya. Komputer ini dilatih untuk membuat beberapa keputusan dan dapat mengirimkan informasi yang paling menarik dan prioritas.

Advertising
Advertising

Eric Lyness, pemimpin perangkat lunak di Planetary Environments Lab di NASA Goddard Space Flight Center, mengatakan instrumen cerdas sangat penting untuk eksplorasi planet. "Dibutuhkan banyak waktu dan uang untuk mengirim data kembali ke Bumi yang berarti para ilmuwan tidak dapat menjalankan banyak eksperimen atau menganalisis banyak sampel," kata dia.

Dengan menggunakan AI untuk melakukan analisis awal data setelah dikumpulkan dan sebelum dikirim kembali ke Bumi, NASA dapat mengoptimalkan apa yang diterima, yang sangat meningkatkan nilai ilmiah misi luar angkasa. Da Poian dan Lyness telah bekerja untuk melatih sistem kecerdasan buatan untuk menganalisis ratusan sampel batuan dan ribuan titik data lainnya.

Poin-poin informasi ini berasal dari Mars Organic Molecule Analyzer (MOMA), sebuah instrumen yang akan mendarat di Mars dalam wahana Rosalind Franklin. MOMA adalah instrumen berbasis spektrometer massa yang mampu menganalisis dan mengidentifikasi molekul organik dalam sampel batuan.

Ini akan mencari kehidupan masa lalu atau masa kini di permukaan dan di bawah permukaan Mars melalui analisis sampel-sampel tersebut yang dipilih untuk dipelajari oleh sistem AI. Wahana ExoMars akan mengirimkan sebagian besar data kembali ke Bumi, kemudian sistem tata surya luar akan diberikan otonomi untuk memutuskan informasi apa yang akan dikembalikan.

Hasil pertama menunjukkan bahwa ketika algoritma jaringan saraf sistem memproses spektrum dari senyawa yang tidak diketahui, ini dapat dikategorikan dengan akurasi hingga 94 persen dan dicocokkan dengan sampel yang terlihat sebelumnya dengan akurasi 87 persen. Ini akan disempurnakan lebih lanjut sampai dimasukkan ke dalam misi 2022-2023.

Da Poian mengatakan bahwa misi nirawak ini melibatkan banyak data dan mengirimkan data melalui ratusan juta mil yang bisa menjadi tantangan dan mahal. "Kita perlu memprioritaskan volume data yang kita kirim kembali ke Bumi, tapi kita juga perlu memastikan bahwa dalam melakukan itu kita tidak membuang informasi penting," katanya.

Menurut Da Poian, ini telah mengarahkan para ilmuwan untuk mulai mengembangkan algoritma pintar yang saat ini bisa membantu menganalisis sampel dan proses pengambilan keputusan terkait operasi selanjutnya. Sebagai tujuan jangka panjang, algoritma akan menganalisis data itu sendiri, menyesuaikan dan menyetel instrumen untuk menjalankan operasi berikutnya.

Tim menggunakan data mentah dari tes laboratorium awal dengan instrumen MOMA berbasis Bumi untuk melatih komputer mengenali pola yang sudah dikenal. Ketika data mentah baru diterima, perangkat lunak memberi tahu para ilmuwan apakah sampel yang sebelumnya ditemukan cocok dengan data baru.

"Ketika kami akan beroperasi di Mars, sampel hanya akan tetap berada paling lama beberapa minggu sebelum wahana itu membuangnya," kata Lyness. "Jadi, jika kita perlu menguji ulang sampel, kita perlu melakukannya dengan cepat, kadang-kadang dalam waktu 24 jam."

DAILY MAIL | NASA

Berita terkait

Sederet Janji Microsoft di Balik Investasi Jumbo untuk Indonesia, Apa Saja?

14 jam lalu

Sederet Janji Microsoft di Balik Investasi Jumbo untuk Indonesia, Apa Saja?

Microsoft menyodorkan sejumlah rencana untuk Indonesia melalui investasi sebesar Rp 27,6 triliun.Salah satunya pelatihan AI untuk 840 ribu peserta.

Baca Selengkapnya

iPad Pro Terbaru Dirilis Bulan Depan, Gawai Perdana Apple yang Punya Chip M4

17 jam lalu

iPad Pro Terbaru Dirilis Bulan Depan, Gawai Perdana Apple yang Punya Chip M4

Sejumlah peningkatan fitur iPad Pro bocor ke publik. Salah satunya soal pemakaian chip M4 untuk menyokong AI.

Baca Selengkapnya

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

19 jam lalu

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

Keterampilan menguasai AI semakin dicari oleh perusahaan di skala global. Belum diimbangi skema pendidikan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Perlu Regulasi untuk Mengatasi Dampak Buruk AI, Begini Kata Sekjen Kominfo

1 hari lalu

Perlu Regulasi untuk Mengatasi Dampak Buruk AI, Begini Kata Sekjen Kominfo

Walau AI meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tapi tak jarang juga mampu memproduksi hoaks, disinformasi dan bahkan deepfake.

Baca Selengkapnya

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

1 hari lalu

Bos Microsoft Ungkap Rencana Investasi AI dan Cloud Senilai Rp 27,6 Triliun di Indonesia, Ini Rinciannya

CEO Microsoft, Satya Nadella, membeberkan rencana investasi perusahaannya di Indonesia. Tak hanya untuk pengembangan infrastruktur AI dan cloud.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

1 hari lalu

Jokowi dan Bos Microsoft Bahas Investasi Besar di Bidang Kecerdasan Buatan

Budi Arie yang mendampingi Jokowi saat bertemu Nadella mengatakan Microsoft akan berinvestasi secara signifikan dalam empat tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

2 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Apple Singkirkan 3 Aplikasi AI yang Bisa Bikin Foto Telanjang dari App Store

2 hari lalu

Apple Singkirkan 3 Aplikasi AI yang Bisa Bikin Foto Telanjang dari App Store

Menurut keterangan Apple, tiga aplikasi AI itu melabeli dirinya sebagai generator seni. Sudah ada di App Store dua tahun.

Baca Selengkapnya

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

4 hari lalu

5 Tips Agar Tidak Tertipu AI Saat Belanja Online

Pakar Komunikasi Digital bagikan tips agar masyarakat tidak tertipu oleh konten rekayasa teknologi artificial intelligence (AI) saat belanja online

Baca Selengkapnya

Threads Menguji Fitur Mengarsipkan Unggahan Otomatis

4 hari lalu

Threads Menguji Fitur Mengarsipkan Unggahan Otomatis

Threads menguji fitur baru yang memungkinkan pengguna mengarsipkan unggahan secara manual maupun otomatis ketika diatur dalam jangka waktu tertentu

Baca Selengkapnya