Studi: Covid-19 Bisa Menyebabkan Penyakit Otak

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Kamis, 9 Juli 2020 16:09 WIB

Ilustrasi otak. medicalnews.com

TEMPO.CO, Jakarta - Virus corona Covid-19 ternyata tidak hanya sekadar menyerang paru-paru. Penelitian terbaru menyatakan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan kerusakan otak dan masalah neurologis yang berpotensi fatal.

Penelitian tersebut diterbitkan pada hari Rabu, 8 Juli 2020 di jurnal Brain, Oxford Academy. Penelitian tersebut memeriksa 43 pasien dewasa antara usia 16 sampai 85 tahun. Semua dirawat di rumah sakit yang sama di London antara 9 April sampai 15 Mei.

Beberapa pasien Covid-19 mengalami pembengkakan otak yang disertai dengan delirium (rasa bingung, lupa, dan kurang sadar). Pasien lain mengalami masalah saraf mirip seperti sindrom Guillain-Barré yang menyebabkan kelumpuhan dan stroke.

Michael Zandi, salah satu peneliti yang terlibat berkata, “Kita melihat hal-hal bagaimana Covid-19 bisa mempengaruhi otak yang belum pernah kita lihat dengan virus lain."

Salah satu pasien perempuan yang berusia 55 tahun sebelumnya tidak memiliki sejarah penyakit mental sempat dirawat di rumah sakit karena terpapar Covid-19. Dia dipulangkan setelah dua minggu.

Advertising
Advertising

Empat hari kemudian, suaminya melaporkan bahwa dia berperilaku aneh. Dia mengalami halusinasi, mengaku melihat singa dan monyet dalam rumahnya, dan delusi agresif dengan keluarga dan staf rumah sakit. Dia dirawat dengan obat antipsikotik dan gejalanya membaik selama tiga minggu, penelitian masih belum yakin apakah pasien ini sudah sembuh total.

Penyakit otak yang disebabkan oleh Covid-19 ini ternyata tidak hanya menyerang kaum lansia. Ada penelitian lain yang menemukan bahwa pasien Covid-19 ringan bisa mengalami komplikasi terkait gumpalan darah seperti stroke.

Pada bulan April, sekelompok dokter di New York melaporkan bahwa lima pasien coronavirus berusia 30-an dan 40-an dan belum pernah punya riwayat penyakit, justru mengalami stroke dan harus dilarikan ke rumah sakit.

Tim peneliti menghimbau para dokter untuk melakukan follow up pada pasien yang sudah sembuh untuk memastikan tidak ada konsekuensi jangka panjang akibat pandemik.

Zandi khawatir bahwa masalah otak ini tidak akan terlihat selama beberapa hari setelah pasien meninggalkan rumah sakit. Hal ini mengingat fenomena lama pada pandemi Spanish Flu, di mana pasien yang sembuh dari penyakit ini mengalami encephalitis lethargica, penyakit pada otak yang mendorong tidur berkepanjangan.

SCIENCE ALERT | FORBES | BUSINESS INSIDER | FERDINAND ANDRE | EZ

Berita terkait

Memahami Produksi Adrenalin dan Tugasnya bagi Tubuh

1 hari lalu

Memahami Produksi Adrenalin dan Tugasnya bagi Tubuh

Adrenalin juga dikenal sebagai efinefrin, hormon yang biasanya diproduksi saat tubuh menghadapi situasi yang menegangkan atau bikin stres.

Baca Selengkapnya

Inilah 8 Penyebab Pikun Datang Lebih Cepat

1 hari lalu

Inilah 8 Penyebab Pikun Datang Lebih Cepat

Pikun diartikan sebagai penurunan fungsi bagian luar jaringan otak atau cortex yang menyebabkan penurunan intelektual.

Baca Selengkapnya

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

1 hari lalu

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

Gaya hidup membantu untuk mengurangi resiko pikun sampai demensia alzheimer.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

3 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

5 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

6 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya