Cerita 'Comes Back' Penemu Masker N95 Gara-gara Corona

Reporter

Tempo.co

Jumat, 10 Juli 2020 18:56 WIB

Peter Tsai. Dok.Peter Tsai

TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan penemu masker N95, Peter Tsai, batal pensiun. Pria berdarah Taiwan-Amerika, berusia 68 tahun, itu memutuskan kembali bekerja untuk membantu dunia memerangi penularan virus corona penyebab Covid-19.

Tsai adalah yang pada 1995 lalu mematenkan material penyaring pada masker N95, masker pernapasan yang sekali pakai. Baru tahun lalu dia memutuskan pensiun di rumahnya di Knoxville, Tennessee, Amerika Serikat.

Baru juga seumur jagung dia menikmati beristirahat, virus corona jenis baru menyebar di dunia. Sekitar Maret lalu, bersamaan dengan status pandemi penyakit infeksi virus itu, Tsai pun mulai menerima panggilan telepon dari laboratorium, perusahaan, dan pekerja medis. Mereka bertanya kemungkinan-kemungkinan untuk bisa melipatgandakan produksi masker N95 atau membuatnya bisa dipakai ulang karena masker paling protektif yang ada di pasaran itu cepat sekali menjadi barang langka.

Temuan Tsai pada 1995 lalu adalah memberikan serat filter dari masker sebuah muatan elektrostatik permanen dengan cara memaparkannya kepada halo atau radiasi dari aliran listrik. Itulah kunci kemampuan masker N95 bisa menyaring 95 persen partikel di udara. Ilmuwan pada masa itu menyebut Tsai menggunakan metode ‘corona’ dari aliran listrik, sedang Tsai sendiri menamainya, ‘coronal charging’.

Sejak virus corona baru itu mewabah, Tsai kembali meneliti untuk dua hal: bagaimana cara cepat melipatgandakan produksi dan menemukan cara sterilisasi agar masker-maskernya itu bisa dipaka ulang (re-use). “Hari ini, saya menggunakan ‘coronal charging’ ini untuk memerangi virus corona,” katanya tentang kesamaan nama-nama yang dihadapinya.

Tsai membuat laboratorium di rumahnya di mana dia tinggal bersama seorang istri dan seorang anak. Dia lalu mulai bereksperimen mencari cara-cara yang murah untuk disinfeksi masker N95 bekas pakai tanpa mendegradasikan kemampuan filtrasi masker itu. “Saya bekerja lebih dari 20 jam dalam sehari. Tidak masalah,” katanya kepada Washington Post.

Advertising
Advertising

Peter Tsai. english.cw.com.tw

Tsai mencucinya dengan sabun dan alkohol, merebusnya dalam air mendidih, menguapinya, memanggangnya dalam oven, dan bahkan menjemurnya di bawah sinar matahari. Setelah semua dilakukan, dia lalu melakukan serangkaian uji.

Tsai akhirnya menemukan kalau masker N95 bisa dipanaskan sampai 158 derajat Fahrenheit selama 60 menit menggunakan sebuah metode panas kering tanpa membuat teknologi penyaringan di dalamnya ikut menguap. National Institutes of Health Amerika Serikat telah memvalidasi hipotesanya itu.

Setelah laporan ilmiahnya dipublikasikan April lalu, Tsai ternyata tak berhenti bereksperimen. Dia lanjut membagikan diskusi tentang efektivitas masker-masker buatan industri rumah tangga. Menurut Tsai, pilih bahan seperti lap atau handuk mobil ketimbang bahan kain agar lebih efektif menyaring partikel virus.

FERDINAND ANDRE | ZW | THEPRINT | WASHINGTONPOST

Berita terkait

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

47 menit lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

5 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

6 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

9 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

9 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

13 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

14 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

16 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

18 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya