Penggalian Situs Kumitir Berdasarkan Cerita Naskah Kuno, Seperti Apa?

Reporter

Tempo.co

Minggu, 9 Agustus 2020 21:15 WIB

Ekskavasi situs di kebun tebu di Desa Kumitir, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Agustus 2020. Di situs seluas total enam hektare itu diduga terkubur candi pendharmaan atau makam satu raja dari era Kerajaan Singasari dan Majapahit. FOTO/BPCB JAWA TIMUR

TEMPO.CO, Jakarta - Temuan talut (dinding tanggul) dan struktur bata di area seluas sekitar enam hektare di Desa Kumitir, Mojokerto, Jawa Timur, diduga berasal dari abad ke-14. Berdasarkan nama desa itu, ahli arkeologi menghubungkan situs Kumitir dengan kisah-kisah yang ada dalam sejumlah naskah kuno yang berasal dari masa Kerajaan Singasari dan Majapahit.

Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur yang memimpin tim ekskavasi Situs Kumitir menerangkan bahwa nama Kumitir ada dalam Kidung Wargasari, Kitab Negarakrtagama dan juga Pararaton. "Apakah Kumitir di Wargasari adalah Kumeper di Pararaton? Kami duga begitu, Kumeper adalah Kumitir yang namanya masih dikenali hingga sekarang," katanya, Minggu 9 Agustus 2020.

Dia menuturkan bahwa nama Kumitir dalam Kidung Wargasari disebutkan sebagai nama daerah yang dilintasi atau disinggahi seorang pemuda bernama Wargasari bersama kekasihnya Narawati. Pemuda itu diminta neneknya untuk memperdalam ilmu agama kepada kakeknya di Majapahit.

Kitab Nagarakrtagama menyebut nama Kumitir sebagai tempat berdirinya sebuah bangunan suci pendharmaan berlatar agama siwa dengan arca yang indah. "Candi itu ada dua macam, sebagai tempat peribadatan atau pemujaan atau makam atau pendharmaan," kata Wicaksono menerangkan.

Advertising
Advertising

Anak-anak bermain di tumpukan batu bata kuno yang berserakan diduga bangunan peninggalan masyarakat zaman Majapahit di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, 11 April 2017. Bangunan diduga pagar atau tembok dari batu bata kuno itu terpendam dalam tanah dan dijarah atau dibongkar beserta tanah setempat yang dikeruk untuk dimanfaatkan sebagai material urukan lahan. TEMPO/ISHOMUDDIN

Nagarakrtagama menulis makam itu milik Narasinghamurti yang meninggal setelah 1268 M, tidak lama setelah Raja Singasari ke-6 Wisnuwardhana. Dalam Pararaton, Narasinghamurti atau Mahesa Cempaka meninggal dan di-dharmakan di Kumeper atau yang diyakini Desa Kumitir saat ini. "Narasinghamurti itu keturunan dari jalur Hayam Wuruk dan Ken Dedes," kata Wicaksono.

Penggalian yang sekarang dilakukan, Wicaksono menjelaskan, bertujuan ingin menampakkan situs Kumitir. Tim arkeolog ingin membuktikan apakah benar tempat itu yang dimaksud dalam naskah-naskah kuno sebagai pendharmaan Narasinghamurti. Sejauh ini, dia menambahkan, "Sudah ditemukan struktur bata membentuk bangunan diduga makam di tengah area talut."

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

1 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

Artefak dan barang antik yang dicuri oleh beberapa orang dan dibawa ke Amerika Serikat telah dikembalikan ke Indonesia. Apa itu artefak?

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

4 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

7 hari lalu

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

Tak hanya dipimpin raja, Majapahit pernah dipimpin perempuan. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Jadwal dan Harga Tiket Dieng Culture Festival 2024

7 hari lalu

Jadwal dan Harga Tiket Dieng Culture Festival 2024

Dieng Culture Festival 2024, yang bertajuk "The Journey," akan kembali menyapa penggemar budaya dan seni pada Agustus mendatang.

Baca Selengkapnya

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

36 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

38 hari lalu

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.

Baca Selengkapnya

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

38 hari lalu

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

41 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

Candi Prambanan Ditutup Saat Nyepi, Ada Paket Wisata Tawur Agung

58 hari lalu

Candi Prambanan Ditutup Saat Nyepi, Ada Paket Wisata Tawur Agung

Candi Prambanan sebagai Warisan Budaya Dunia menjadi lokasi utama rangkaian menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946

Baca Selengkapnya

Memaknai Hari Raya Galungan di Candi Prambanan

29 Februari 2024

Memaknai Hari Raya Galungan di Candi Prambanan

Umat Hindu dari Yogyakarta dan Jawa Tengah mengikuti prosesi Galungan di kawasan Candi Prambanan. Ini merupakan perayaan ketiga di candi ini.

Baca Selengkapnya