Kenapa Vaksin Covid-19 Rusia Sputnik V Dikecam Dunia? Ini Penjelasannya

Reporter

Terjemahan

Kamis, 13 Agustus 2020 16:43 WIB

Vaksin Covid-19 dari Rusia, Sputnik-V. REUTERS/Handout

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan pemberian izin penggunaan satu vaksin Covid-19, pada Selasa 11 Agustus 2020. Putin mengatakan vaksin itu aman dan efektif dan kemungkinan vaksinasi massal akan dilakukan mulai Oktober mendatang. Izin yang diberikan itu langsung mengundang kecaman luas di dunia. Para ahli imunologi tidak yakin kalau vaksin itu aman, apalagi efektif, kalau Rusia mengambil jalan pintas.

Berikut ini penjelasan tentang vaksin Covid-19 Rusia tersebut, teknik pembuatan, uji-uji yang telah dijalani. Termasuk kenapa vaksin itu malah membuat para ahli di dunia sangat khawatir.

1. Seperti apa vaksin itu?

Vaksin itu dinamakan “Sputnik V”, merujuk kepada satelit pertama buatan Rusia, Sputnik 1, yang diorbitkan ke antariksa di era Uni Soviet pada 1957 . Penamaan itu menandakan Moskow hendak membangkitkan kembali kejayaannya demi harga diri bangsa itu.

Advertising
Advertising

Vaksin tersebut dikembangkan Institut Riset Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia. Dosisnya akan dibagikan dalam dua kali suntikan yang berjarak 21 hari. Keduanya mengandung adenovirus, virus corona penyebab flu pada umumnya, yang telah dimodifikasi secara genetik.

Pekerja medis yang mengenakan alat pelindung diri bekerja di Unit Perawatan Intensif (ICU), Pusat ECMO Rumah Sakit Klinik Kota Nomor 52, di mana pasien yang menderita penyakit virus Corona (COVID-19) dirawat, di Moskow, Rusia 28 April , 2020. [REUTERS / Maxim Shemetov]

Modifikasi dilakukan dengan menyisipkan gen protein paku dari virus corona SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Protein paku ini yang berperan penting dalam setiap infeksi virus itu ke dalam sel manusia. Teorinya, adenovirus berisi protein tersebut akan memprovokasi sistem imun tubuh sehingga nantinya bisa bekerja baik saat virus corona sebenarnya pemilik protein tersebut datang.

Baca juga:
Cina Laporkan Virus Corona pada Kemasan Makanan Beku Impor

Dikenal sebagai sebuah vaksin viral-vector, penyisipan gen itu biasa digunakan sebagai satu di antara teknik pembuatan vaksin. Beberapa kelompok riset di dunia yang berupaya menghasilkan vaksin Covid-19 pun melakukannya. Pendekatan atau teknik lain, misalnya, menggunakan virus yang bersangkutan namun telah dilemahkan. Cara ini yang dilakukan Sinovac Biotech yang sedang menjalani uji klinis tahap tiga di Kota Bandung, Jawa Barat.

2. Bagaimana dengan hasil uji klinis?

Vaksin baru harus lulus melalui tiga uji klinis sebelum bisa digunakan dan disebarluaskan. Uji klinis tahap satu biasanya melibatkan sekelompok kecil relawan saja dan hanya ditujukan untuk mencari dosis yang aman. Fase dua membutuhkan lebih banyak relawan karena tidak hanya menguji respons imun tubuh, tapi mencermati lebih hati-hati kemungkinan efek samping yang timbul dosis yang diberikan itu.

<!--more-->

Terakhir, uji klinis tahap tiga. Ini uji skala besar untuk memastikan apakah vaksin benar-benar bisa melindungi penerimanya dari infeksi. Tahap ini bukan formalitas. Sebuah vaksin mungkin saja menunjukkan kemampuannya membangkitkan kekebalan tubuh di fase dua tapi ternyata tak cukup memberi jaminan adanya efek kekebalan di fase tiga.

Tim peneliti di Rusia diketahui telah melakukan pra-registrasi untuk uji klinis fase satu dan dua, dan menurut situs web vaksin itu, dua uji tersebut telah diselesaikan awal Agustus ini. Hasilnya diklaim tidak ada efek yang tidak diharapkan dan bahwa vaksin itu mampu memicu respons kekebalan tubuh yang diinginkan. Tapi tidak ada detail yang dirilis dari hasil-hasil itu.

Laporan yang sama juga mengklaim uji klinis tahap tiga sudah akan dimulai 12 Agustus di sejumlah negara termasuk Brasil, Meksiko, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Dengan kata lain, vaksin itu belum melalui seluruh tahapan secara utuh saat izin diberikan Putin. Plus ketiadaan data dari fase satu dan dua. "Kami jadi tidak tahu apakah vaksin itu benar-benar aman dan efektif," kata seorang epidemiolog, Gideon Meyerowitz-Katz.

3. Apa dampak yang mungkin ditimbulkan vaksin ini?

Itu sebabnya sejumlah pakar kesehatan masyarakat memperingatkan Rusia kalau izin yang diberikannya bisa berbalik bencana. Yang paling jelas dikhawatirkan adalah vaksin itu malah menciptakan efek samping berbahaya. Vaksin berbasis adenovirus memang telah luas digunakan tapi tanpa melalui data uji coba para pakar itu tak bisa yakin.

Baca juga:
Israel Teliti dan Jajaki Pembelian Vaksin Covid-19 Rusia

Vaksin itu juga bisa memberi hasil yang menipu. Orang-orang yang menerimanya dan percaya kalau mereka telah kebal, padahal tidak, justru bisa semakin menyebarluaskan penularan virus SARS-CoV-2 dan menyebabkan lebih banyak angka kematian.

Ada juga risiko sosiopolitiknya. Di banyak negara hampir selalu didapati kelompok-kelompok yang menolak vaksinasi atau gerakan antivaksin. Merilis vaksin-vaksin yang belum teruji ke tengah masyarakat hanya akan menambah besar masalah dengan kelompok-kelompok itu.

“Ini adalah keputusan yang ceroboh dan bodoh," kata Francois Balloux dari University College London. “Selain bencana kesehatan, kampanye vaksin Rusia ini juga bisa menyebabkan kemunduran dalam tingkat penerimaan vaksin di tengah masyarakat."

NEW SCIENTIST | NATURE

Berita terkait

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

9 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

16 jam lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

1 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

2 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

2 hari lalu

Kementerian Dalam Negeri Rusia Izinkan Foto di Pasport Pakai Jilbab

Rusia melonggarkan aturan permohonan WNA menjadi warga Rusia dengan membolehkan pemohon perempuan menggunakan jilbab atau kerudung di foto paspor

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

2 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

3 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

4 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

4 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

5 hari lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya