Vaksin Covid-19 Rusia Tertinggal dari Vaksin Sinovac Terkait Uji Klinis
Reporter
Tempo.co
Editor
Erwin Prima
Minggu, 16 Agustus 2020 14:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dikabarkan sudah memulai produksi vaksin Covid-19 gelombang pertamanya yang diberi nama Sputnik V. Kabar tersebut disebarkan beberapa jam setelah Kementerian Kesehatan Rusia melaporkan produksi vaksin sudah dimulai pada Sabtu, 15 Agustus 2020.
“Kloter pertama vaksin virus corona yang dikembangkan lembaga penelitian Gamaleya sudah diproduksi,” ujar Kementerian Kesehatan Rusia, dikutip dari Channel News Asia, pada Minggu, 16 Agustus 2020.
Dilansir dari Aljazeera, Sputnik V sendiri didasarkan pada teknologi yang mirip dengan prototipe vaksin corona yang dikembangkan oleh CanSino, perusahaan pembuat vaksin di Cina.
Vaksin ini akan diberikan dalam dua dosis yang terdiri dari serotipe adenovirus manusia, masing-masing serotipe membawa antigen S dari virus corona baru ke dalam sel manusia sehingga menghasilkan respons imun.
Dengan kata lain, Sputnik V bekerja menggunakan virus lain untuk membawa pengkodean DNA dari respons kekebalan yang dibutuhkan sel. Platform yang digunakan Sputnik V sudah dikembangkan oleh ilmuwan Rusia selama 20 tahun dan menjadi dasar untuk beberapa vaksin di masa lalu, termasuk Ebola.
Namun, seperti diberitakan Reuters, banyak ilmuwan yang meragukan keamanan vaksin Rusia ini. Pasalnya, persetujuan produksi masal vaksin Sputnik V diberikan sebelum uji klinis fase ketiga yang melibatkan ribuan relawan manusia. Uji klinis fase ketiga tersebut dinilai sebagai rujukan penting bagi vaksin untuk mendapatkan persetujuan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah mendesak Rusia agar mengikuti pedoman internasional dalam memproduksi vaksin Covid-19.
Saat ini Sputnik V belum masuk dalam daftar enam vaksin WHO yang sudah mencapai uji klinis ketiga. Dibandingkan vaksin Sinovac yang dikembangkan perusahaan Cina bekerja sama dengan Bio Farma dari Indonesia, Sputnik V masih tertinggal jauh dalam hal uji coba klinis.
Sinovac sudah menjalani dua fase uji coba di Cina. Pada percobaan fase ketiga, Cina mengalami penurunan jumlah pasien Covid-19 sehingga uji coba dilakukan di negara lain yang memiliki angka pasien Covid-19 tinggi, salah satunya Indonesia.
Sinovac tercatat sebagai vaksin yang dikembangkan dengan diinaktivasi, yaitu dibuat dari mikroorganisme berupa virus, bakteri, dan lain-lain yang telah dimatikan menggunakan bahan kimia tertentu. Mikroorganisme yang sudah mati ini tidak dapat menyebabkan penyakit.
REUTERS | CNA | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ