Studi: Akupunktur Dapat Membantu Pasien Infeksi Covid-19

Rabu, 19 Agustus 2020 07:02 WIB

Kucing dan anjing peliharaan mendapatkan terapi pengobatan akupunktur dan moksibusi untuk hewan di Shanghai TCM (Traditional Chinese Medicine) di Shanghai, Cina, 9 Agustus 2017. Hewan peliharaanyang terapi pengobatan akupuntur mengeluarkan biaya sekitar 500 ribu rupiah. REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, Jakarta - Saat dunia menunggu vaksin, ternyata ada akupunktur yang dapat menawarkan bantuan kepada mereka yang terinfeksi virus corona Covid-18. Sebuah studi baru dari Harvard Medical School, Amerika Serikat, menemukan bahwa akupunktur dapat membantu meredakan peradangan pada tikus.

Pengobatan tradisional Cina itu bisa mempengaruhi kemampuan hewan pengerat untuk mengatasi badai sitokin-- respons kekebalan agresif yang ditemukan menyebabkan peradangan paru-paru, pneumonia, dan kematian pada beberapa pasien Covid-19. "Ini adalah berita yang menggembirakan," ujar ahli akupunktur Sara Reznikoff, yang tidak berafiliasi dengan penelitian tersebut, kepada The Post, Rabu, 18 Agustus 2020.

Sejumlah obat saat ini sedang diuji untuk mencoba dan memadamkan reaksi yang terkadang mematikan, tapi para peneliti Harvard mengatakan praktik medis Cina klasik ini mungkin bisa menjadi jawabannya. "Selalu menyenangkan ketika studi Barat mendukung sistem pengobatan akupunktur kuno dan pengobatan tradisional Cina," kata Reznikoff.

Namun, penelitian yang baru diterbitkan kemarin Rabu di jurnal Neuron itu tidak mengejutkannya. Karena menurut Reznikoff, akupunktur sangat bagus dalam memicu kemampuan penyembuhan bawaan tubuh, membantu peradangan dan menenangkan sistem saraf.

Dalam praktiknya di Brooklyn, Reznikoff telah melihat hasil yang luar biasa ketika merawat pasien dengan gejala pasca Covid-19. "Saya senang akupunktur dipertimbangkan dalam perang melawan Covid-19, atau apa pun yang membantu," ujarnya.

Menurut para peneliti, sementara temuan tersebut relevan sekarang, mereka dapat memiliki implikasi lama setelah dunia pulih dari pandemi. Badai sitokin telah mendapat perhatian utama saat komplikasi Covid-19 yang parah, tapi reaksi kekebalan yang menyimpang ini bisa terjadi dalam kondisi infeksi apa pun dan telah lama dikenal oleh dokter sebagai ciri sepsis, kerusakan organ, yang seringkali fatal.

Sementara studi lain mendeskripsikan bahwa istilah 'badai sitokin' memunculkan gambaran jelas dari sistem kekebalan yang kacau dan respons peradangan yang tidak terkendali. Dalam studi baru itu, para peneliti menemukan bahwa tikus yang mengalami badai sitokin memiliki peluang bertahan hidup 40 persen lebih besar saat diobati dengan elektro-akupunktur.

Selain itu, akupunktur bekerja dengan baik sebagai praktik pencegahan. Tikus yang diobati dengan akupunktur sebelum mengembangkan badai sitokin mengalami tingkat peradangan yang lebih rendah dan tingkat kelangsungan hidup mereka meningkat dari 20 persen menjadi 80 persen, demikian dilaporkan laman Fox News, 18 Agustus 2020.

FOX NEWS | THE POST

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

13 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

19 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya