Peneliti: Satwa Terancam Punah Berisiko Terpapar Covid-19

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Senin, 24 Agustus 2020 18:45 WIB

Kondisi seekor orangutan bernama Samson saat dievakuasi di Kendal, Jawa Tengah, 5 Agustus 2020. Selanjutnya, kedua orangutan ini akan dikirim ke pusat rehabilitasi di Ketapang, Kalimantan Barat. International Animal Rescue (IAR) Indonesia/Heribertus/Handout via REUTERS

JAKARTA - Para peneliti termasuk dari University of California (UC), AS, baru-baru ini merilis laporan studi mengenai risiko penularan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19, pada beberapa spesies hewan, termasuk primata, burung, ikan, amfibi, reptil, dan mamalia.

Melansir CNBC TV 18, para peneliti tersebut mengungkapkan, sekitar 40 persen spesies berisiko terpapar SARS-CoV-2 diklasifikasikan sebagai hewan terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Bahkan, primata terancam punah seperti gorila dataran rendah barat, orangutan Sumatera, dan siamang pipi putih utara, tergolong memiliki risiko sangat tinggi terpapar virus corona Covid-19.

Selain itu, mamalia laut seperti paus abu-abu dan lumba-lumba hidung botol, serta hamster Cina juga tercatat sebagai hewan yang berisiko tinggi tertular virus. Pada hewan domestik dan ternak seperti kucing, sapi, dan domba memiliki resiko sedang, sedangkan anjing, kuda, dan babi memiliki risiko rendah.

“Kami berharap penelitian ini dapat menginspirasi praktik yang melindungi kesehatan hewan dan manusia selama pandemi,” ujar penulis utama studi dari UC, Harris Lewin, dikutip dari CNBC TV 18, pada Senin, 24 Agustus 2020.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan analisis genomic untuk membandingkan struktur protein reseptor ACE2 yang digunakan oleh virus corona baru untuk memasuki sel di 410 spesies vertebrata yang berbeda. ACE2 sendiri biasanya ditemukan di berbagai sel dan jaringan, termasuk sel yang melapisi lapisan luar hidung, mulut, dan paru-paru.

Advertising
Advertising

Lebih lanjut, peneliti menerangkan terdapat 25 molekul asam amino yang membentuk ACE2, di mana 25 molekul tersebut merupakan protein penting bagi virus corona baru untuk mengikat dan masuk ke dalam sel manusia. Para peneliti kemudian mengevaluasi berapa banyak dari 25 molekul asam amino tersebut yang ditemukan dalam protein ACE2 dari spesies yang diuji.

“Hewan dengan 25 residu asam amino yang cocok dengan protein manusia diperkirakan berada pada risiko tertinggi untuk tertular SARS-CoV-2 melalui Ace2,” ujar rekan penulis studi dari UC, Joana Damas.

Meskipun demikian, para peneliti menegaskan bahwa risiko penularan virus corona pada hewan hanya diprediksi berdasarkan simulasi komputer. Risiko penularan sebenarnya hanya dapat dikonfirmasi dengan data eksperimen tambahan.

CNBCTV18 | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

32 menit lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya