Taman Keanekaragaman Hayati, Alternatif Konservasi yang Minim Partisipasi

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Kamis, 3 September 2020 21:25 WIB

Danone SN Indonesia Dukung IPB University Berdayakan Masyarakat danMahasiswa Terdampak Pandemi Melalui Program Padat Karya di Taman Kehati/

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Asep Sugiharta, mengatakan tingkat partisipasi pembangunan taman keanekaragaman hayati (kehati) di tingkat provinsi, kabupaten atau kota masih minim. Padahal program tersebut sudah digagas sejak tahun 2012.

Lebih lanjut, dia merincikan baru ada tiga wilayah yang memiliki taman kehati, yaitu Jawa Barat, Sumatera, dan Kalimantan. Pada tingkat kabupaten baru ada 16 taman kehati, sedangkan di tingkat kota hanya ada lima taman kehati.

“Jika dipersentasekan, provinsi baru 9 persen, kabupaten 4 persen, dan kota 5 persen dari jumlah taman kehati yang sudah ada,” ujar Asep dalam webinar berjudul Taman Kehati dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati Lokal, pada Kamis, 3 September 2020.

Taman kehati sendiri merupakan sebuah kawasan pencadangan sumber daya alam lokal yang berada di luar Kawasan hutan. Program pembangunan tersebut diatur dalam Peraturan Mentari Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2012 tentang Keanekaragaman Hayati.

Menurut Manajer Program Kehutanan Yayasan Kehati, Imanuddin Utoro, taman kehati memiliki potensi yang besar untuk melestarikan tumbuhan, terlebih taman ini bisa diusulkan oleh individu, swasta, dan pemerintah daerah. Dengan demikian, semua pihak bisa bersinergi dalam melestarikan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.

Advertising
Advertising

“Ada 525 kota dan kabupaten, kalau setiap kota punya 3 hektare taman kehati, sudah tercipta 1.575 hektare, itu setara 15 buah Kebun Raya Bogor. Belum lagi kalau satu taman punya enam spesies berbeda, sudah ada 3.150 spesies, bisa mengkonservasi 50 persen spesies tumbuhan di Indonesia,” ujar Imanuddin, pada acara yang sama.

Sesuai fungsinya, taman kehati bisa dimanfaatkan untuk melestarikan tumbuhan yang sudah mulai tersisih seperti kecapi, burahol, dan gandaria. Selain itu, tanaman identitas provinsi dan varietas lokal seperti salak Condet, dan durian kubang juga bisa dilestarikan melalui program tersebut.

Selain tumbuhan, taman kehati juga bisa membantu beberapa jenis satwa dalam menemukan sumber makanan sehari-hari. Lebih jauh, taman ini bisa menjadi habitat baru dan koridor pergerakan beberapa satwa seperti burung dan kelelawar.

“Di Indonesia ada sekitar 20 persen spesies burung pemakan buah dan nectarivora, mereka bisa terbantu dengan kehadiran taman kehati di setiap kota. Kelelawar juga ada 225 kelelawar di Indonesia dan 75 di antaranya pemakan buah dan pollinator,” ujar Imanuddin.

MUHAMMAD AMINULLAH

Berita terkait

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

2 hari lalu

Didukung Mahasiswa dari 104 Kampus, KOBI Himpun 11.137 Data Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) himpun 11.137 data keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan mahasiswa dari 104 kampus.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

34 hari lalu

Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.

Baca Selengkapnya

Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

36 hari lalu

Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

Pemerintah menyatakan 177 ribu Ha area IKN berupa kawasan lindung, namun menurit peneliti Auriga hanya 42 ribu Ha yang berupa hutan permanen.

Baca Selengkapnya

Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

44 hari lalu

Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

Platform BRIN ini meliputi keanekaragaman hayati tumbuhan, mikroba dan hewan.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Detail Deforestasi dan Perubahan Lahan Proyek IKN Nusantara yang Direkam NASA

59 hari lalu

Bagaimana Detail Deforestasi dan Perubahan Lahan Proyek IKN Nusantara yang Direkam NASA

Dua foto satelit NASA menggambarkan perubahan lahan dan hutan di lokasi proyek IKN Nusantara. Memantik kekhawatiran dampak deforestasi.

Baca Selengkapnya

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

17 Januari 2024

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

Berbagai ragam hayati yang dimiliki oleh negara Liberia, negara ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang melimpah

Baca Selengkapnya

Ada Bunga Bangkai Amorphophallus Titanum Sedang Berbuah di Sumbar, Bukan Rafflesia Arnoldii

5 Oktober 2023

Ada Bunga Bangkai Amorphophallus Titanum Sedang Berbuah di Sumbar, Bukan Rafflesia Arnoldii

Warga Sumatera Barat menemukan bunga bangkai jenis Amorphophallus Titanum yang sedang berbuah di lahan kebun masyarakat setempat pada akhir September.

Baca Selengkapnya

Revisi UU IKN Disahkan, Greenpeace Anggap Pemerintah Lindungi Investasi Bukan Keanekaragaman Hayati

3 Oktober 2023

Revisi UU IKN Disahkan, Greenpeace Anggap Pemerintah Lindungi Investasi Bukan Keanekaragaman Hayati

Greepeace menilai revisi UU IKN hanya melindungi investasi. Ada pemberian kewenangan berlebihan soal penguasaan tanah di IKN.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Hari Arsitektur Sedunia

2 Oktober 2023

Asal-usul Hari Arsitektur Sedunia

World Architecture Day atau Hari Arsitektur Sedunia diperingati tiap tahun pada Senin pekan awal Oktober

Baca Selengkapnya

Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan untuk Ekonomi Hijau

21 September 2023

Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan dalam Perencanaan Pembangunan untuk Ekonomi Hijau

Memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan akan mempercepat perwujudan ekonomi hijau yang inklusif.

Baca Selengkapnya