Tembok Besar Cina Palsu Membelah Netizen di Cina

Reporter

Antara

Kamis, 10 September 2020 12:04 WIB

Tembok Besar Cina Palsu di Nanchang, Provinsi Jiangxi, yang memicu perdebatan di media sosial di Cina. (ANTARA/HO-GT)

TEMPO.CO, Jakarta - Replika Tembok Besar Cina yang ada di Taman Ekologi Xixiaguaishiling, Kota Nanchang, Provinsi Jiangxi, membelah netizen di Cina. Tembok raksasa untuk jalan setapak di atas perbukitan itu rampung dibangun sepanjang empat kilometer pada 2018 lalu setelah menghabiskan biaya sebesar 100 juta yuan atau sekitar Rp 216,5 miliar.

Tembok Besar palsu, begitu situs bangunan itu kemudian populer di antara para wisatawan. Konstruksinya memang menyerupai Tembok Besar Cina di Beijing, lengkap dengan menara pengawas. Tapi ternyata tak semua warga di Cina menyukai pembangunan situs itu.

"Membuang-buang uang saja untuk benda tiruan buruk itu. Kita sudah punya Tembok Besar," isi komentar seorang warganet yang menamakan dirinya, Niu, Rabu 9 September 2020.

Beberapa netizen lainnya mengkhawatirkan pembangunan replika tersebut malah merusak lingkungan dan berdampak kepada ekologi yang ada di hutan perbukitan itu. "Ini akan merusak ekologi dan berdampak pada satwa liar di sekitarnya," tulis Chaishenjie.

Sebagian lain memiliki pandangan berbeda. Ini seperti yang disampaikan Xiaolizi, warganet lainnya di media sosial setempat. "Berapa Tembok Besar di pelosok negeri ini yang benar-benar peninggalan purbakala? Apakah kalian tahu sejarah Tembok Besar di Cina yang sebenarnya? Apa yang ada di Nanchang memudahkan masyarakat setempat merasakan pengalaman Tembok Besar tanpa harus meninggalkan kotanya," kata dia.

Advertising
Advertising

Wisatawan mengenakan masker saat mengunjungi Tembok Besar Cina di Beijing, 24 Maret 2020. Petugas mewajibkan pengunjung untuk mengenakan masker di area tempat wisata itu. REUTERS/Thomas Peter

Yu, penanggung jawab pemasaran objek wisata Taman Ekologi Xixiaguaishiling mengaku kalau 'pagar' yang populer sebagai Tembok Besar Cina palsu itu dibangun untuk fungsi mencegah kebakaran hutan. Dia menyebut 70 persen kawasan itu berupa hutan.

"Untuk memberi kenyamanan kepada wisatawan, kami putuskan membangun pagar pembatas kebakaran hutan itu menyerupai Tembok Besar," kata Yu dikutip media resmi setempat.

Sejak pembangunannya dimulai 201 lalu Yu membantah kalau pihaknya mempromosikannya sebagai replika Tembok Besar. Nama itu, menurutnya, berasal dari para wisatawan. "Sebagian besar wisatawan tertarik karena mereka sangat menikmatinya tanpa harus ke Beijing," ujar Yu.

Baca juga:
Film Mulan Dilanda Boikot di Media Sosial, Ada Apa?

Tembok Besar Cina di Beijing selalu dipadati pengunjung atau wisatawan. Akibatnya, keluhan rasa kurang nyaman menyusuri peninggalan bersejarah tersebut kerap terdengar.

Berita terkait

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

2 jam lalu

Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

Banyak yang mempertanyakan kelayakan mahasiswa tersebut sebagai penerima bantuan biaya KIP Kuliah.

Baca Selengkapnya

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

3 hari lalu

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

Marselino Ferdinan menjadi sorotan di media sosial usai timnas Indonesia u-23 dikalahkan Irak 1-2 di perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Rayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat 35 Link Twibbon Ini

5 hari lalu

Rayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat 35 Link Twibbon Ini

35 Twibbon Hari Pendidikan Nasional, silakan download dan upload untuk merayakannya.

Baca Selengkapnya

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

6 hari lalu

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

Twibbon dapat digunakan untuk turut menyemarakkan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024. Silakan unggah dan tayang.

Baca Selengkapnya

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

6 hari lalu

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

Kominfo mengaku telah mengatur regulasi terkait pelanggaran data pribadi oleh penyelenggara elektronik seperti TikTok.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

10 hari lalu

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

Anandira Puspita, akan menjalani sidang praperadilan perdana di Pengadilan Negeri atau PN Denpasar, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

10 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

11 hari lalu

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

Ini yang harus diperhatikan dan dipantau saat ikut rekrutmen bersama BUMN.

Baca Selengkapnya

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

11 hari lalu

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

Psikolog memberi saran pada orang tua kapan sebaiknya boleh memberi akses internet sendiri pada anak.

Baca Selengkapnya