Dokter Anak Sebut Gejala Covid-19 MIS-C di Indonesia Kurang Terekspos

Senin, 21 September 2020 18:45 WIB

Sejumlah anak-anak menggunakan masker sambil berbaris memperhatikan cara mencuci tangan saat bersiap mengikuti pelajaran di dalam kelas saat tahun ajaran baru dimulai di tengah pandemi Covid-19 di Damaskus, Suriah, 13 September 2020. REUTERS/Yamam Al Shaar

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis anak di Rusah Sakit Hermina Pasteur, Bandung, Dadang Hudaya Somasetia mengatakan alasan gejala terinfeksi virus corona Covid-19 Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) di Indonesia tergolong kurang terekspos. Menurutnya, hal tersebut karena keterbatasan mulai dari sumber daya manusia (SDM) sampai dengan sarananya.

"Secara umum, Indonesia termasuk negara dengan keterbatasan sarana dan prasana kesehatan (limited resources county). Mulai dari orang yang memeriksanya belum memahami MIS-C karena penyakit baru, belum tersosialisasi secara luas. Kasus yang satu ini dirujuk dengan nyeri perut dan syok atau renjatan," ujar dia saat dihubungi, Senin, 21 September 2020.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran itu mengatakan, hanya karena sedang wabah Covid-19, dia periksakan beberapa penanda yang bisa dilakukan dengan dana BPJS yang terbatas dan ketersediaan sarana Laboratorium yang ada. Dia juga mengatakan alat pendeteksi penyakitnya terbatas, serta sarana seperti laboratorium, alat USG, dan Echocardiografi.

Rumah sakit disebutnya masih kekurangan sarana perangkat pendeteksi penyakit dan prasarana untuk pelayanan pasiennya, baik di Unit Gawat Darurat maupun di Unit Rawat Jalan. Dana untuk pemeriksaan penegakan diagnosa juga terbatas. Jika pasien dijamin BPJS pun, dananya tidak mencukupi untuk pemeriksaan lengkap penyakit tersebut.

Bahkan, Dadang mengaku harus memilih dan memilah mana pemeriksaan yang bisa dan tidak bisa dikerjakan berdasarkan skala prioritasnya. Selain itu, dengan keterbatasan sistem pencatatan dan pelaporan, secara umum di Indonesia sulit mendapatkan data lengkap penyakit.

"Semua hal tersebut bisa memunculkan fenomena gunung es atau iceberg phenomenon, hanya sedikit yang ketahuan, padahal kasusnya banyak," tutur Dadang.

Menurut Dadang, di rumah sakit swasta mungkin agak berbeda masalahnya, dan itu di luar jangkauannya. Biaya pengobatannya juga sangat mahal, karena perlu diberikan transfusi imunoglobulin intraveva.

Saat ini MIS-C yang mirip dengan penyakit Kawasaki terdeteksi pada seorang pasien anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin, yang cocok dengan gejalanya, sekitar tiga bulan yang lalu. Gejala tersebut pertama kali dilaporkan di Inggris, di mana telah menjangkit anak-anak terutama kulit putih.

Gejalanya yang cukup khas, yaitu adanya tanda inflamasi ekstrem-peradangan berat (diketahui dari pemeriksaan laboratotium), demam (3-5 hari), nyeri perut, muntah dan/atau mencret.

Tanda dan gejala MIS-C bisa muncul 3-4 minggu sesudah kena infeksi Covid-19, baik Covid-19 tanpa gejala atau sakit ringan sehingga tidak ketahuan. "Anak tidak perlu menunjukkan gejala umum Covid-19, seperti demam, batuk dan sesak," ujar Dadang.

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

4 hari lalu

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

DP seorang anak wanita berusia 15 tahun menjadi korban dugaan persetubuhan anak di bawah umur. Pelaku diduga pemilik sebuah BAR.

Baca Selengkapnya

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

5 hari lalu

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

Menjawab itu, Isnar mengatakan putra Syahrul Yasin Limpo, Redindo juga pernah meminta uang kepadanya.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

5 hari lalu

Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

Ibu cerdas perlu mengetahui bahasa kasih sayang agar bisa disampaikan kepada keluarga dan anak.

Baca Selengkapnya

OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

6 hari lalu

OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

toritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para ibu agar tidak menciptakan generasi sandwich. Apa itu?

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

10 hari lalu

Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan ketika mendapati anak berbohong.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

10 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya