BMKG Sebut Prediksi Gempa dari UGM Ibarat Tes Covid-19 Hanya Ukur Suhu

Reporter

Tempo.co

Senin, 28 September 2020 07:27 WIB

Peta seismisitas gempa bumi selama Maret 2020. Jumlah kejadiannya lebih besar daripada Februari 2020 tapi yang tergolong kuat lebih sedikit. (ANTARA/HO-BMKG)

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan memprediksi gempa dengan hanya mengukur konsentrasi gas radon dan level air tanah ibarat tes Covid-19 hanya dengan mengukur suhu. Seperti diketahui, gejala Covid-19 kini diketahui telah berkembang lebih dari sekadar demam, batuk dan sesak napas.

Menurut Daryono, begitu pula dengan mengukur dan memperkirakan gempa, ada lebih banyak parameter dan alat ukur yang dibutuhkan. Dia menyebut seperti tilt meter dan strain meter. Lalu menyarankan pula agar pengukuran terintegrasi, di antaranya, dengan magnet bumi.

BMKG, kata Daryono, memiliki atau melakukan semua pengukuran itu di stasiunnya di Yogyakarta sejak 2010. Dengan peralatan yang disebutnya lengkap itu, dia mengatakan hasil yang didapat terkait prediksi gempa bumi belum memberi hasil yang konsisten. "Kita belum berani publish," katanya.

Daryono menuturkan itu lewat akun pribadi di twitter--yang biasa digunakannya untuk menyampaikan informasi dan kebijakan mengenai kegempaan, Minggu 28 September 2020. Dia membandingkannya dengan metode algoritma sistem peringatan dini gempa yang dikembangkan tim peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Tim peneliti itu menyatakan mampu memprediksi setiap peristiwa gempa dari Aceh sampai NTT. Untuk gempa yang besar, lebih dari 6,0 Magnitudo, alat yang dikembangkan bahkan bisa mengirim peringatan hingga dua minggu sebelumnya. Semua itu 'hanya' dengan lima alat yang tersebar di sekitaran Yogyakarta.

Advertising
Advertising

"Jika seandainya terpasang di antara Aceh hingga NTT, kita dapat memperkirakan secara lebih baik," kata Ketua Tim Riset Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM, Profesor Sunarno, seperti dikutip dari situs web UGM, Minggu 27 September 2020.

Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi yang mampu mendeteksi terjadinya gempa bumi 1-3 hari sebelumnya. Kredit: ugm.ac.id

Sunarno menjelaskan sistem peringatan dini gempa yang dikembangkannya bersama tim tersebut bekerja berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi. Memanfaatkan IoT, dia menambahkan, "Dua informasi ini dideteksi oleh alat EWS dan akan segera mengirim informasi ke handphone saya dan tim."

Teknik atau metode itu yang disebut Daryono juga telah dilakukan BMKG sejak 2010 namun belum memberi hasil konsisten sehingga belum dipublikasikan. Itu membuat, "Kami tidak bilang bisa memprediksi gempa."

Baca juga:
UGM Bangun Sistem Peringatan Dini Gempa, Bisa Deteksi H-3 Sampai H-14

Sedang terhadap kemampuan berbeda yang diumumkan Sunarno dan timnya, Daryono hanya berujar singkat. "Bagus jika sudah bisa dan mohon diinfokan kepada kami dan masyarakat, apalagi jika akan ada gempa dengan kekuatan di atas 6,0 kita amati bersama," cuitnya.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca Sepekan Jawa Barat, BMKG: Potensi Hujan Sedang Hingga Lebat Hanya 4 Hari

3 jam lalu

Prakiraan Cuaca Sepekan Jawa Barat, BMKG: Potensi Hujan Sedang Hingga Lebat Hanya 4 Hari

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan awan atau terjadinya hujan di sebagian wilayah Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

4 jam lalu

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada

Baca Selengkapnya

Kisah Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Lulus S2 UGM Berkat LPDP

6 jam lalu

Kisah Anak Buruh Tani Korban Tsunami Palu Lulus S2 UGM Berkat LPDP

Cerita Heni Ardianto, lulusan prodi Magister Sains Manajemen FEB Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan IPK 3,72 asal Sulawesi Tengah.

Baca Selengkapnya

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

7 jam lalu

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

Tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej)menangi kompetisi gelaran Nanyang Technological University (NTU) Singapura.

Baca Selengkapnya

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

10 jam lalu

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

BMKG mencatat gempa terkini yang guncangannya bisa dirasakan terjadi di Bawean, Gresik, Jawa Timur, pada Minggu pagi ini, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Kelembapan Udara Bisa Sampai 100 Persen

12 jam lalu

Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Kelembapan Udara Bisa Sampai 100 Persen

Prediksi cuaca Jakarta hari ini, Minggu 5 Mei 2024, diawali dengan cerah berawan merata di seluruh wilayahnya pada pagi ini.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

1 hari lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

1 hari lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

1 hari lalu

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia

Baca Selengkapnya