Satelit Soviet dan Roket Cina Nyaris Tabrakan, Ancaman Bencana di Orbit

Reporter

Terjemahan

Minggu, 18 Oktober 2020 15:04 WIB

Ilustrasi peluncuran satelit Soyuz Fregat. Esa.int/Pierre Carril

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 1.000 kilometer di atas Bumi, dua wahana antariksa yang sudah tua hampir saja saling bertabrakan pada Jumat 16 Oktober 2020. Andai saja mereka benar bertabrakan, hantamannya bisa saja menyemburkan puing yang akan sangat berbahaya untuk banyak satelit lainnya di orbit lewat reaksi tabrakan berantai.

Kedua obyek yang nyaris bertabrakan itu adalah satelit navigasi Parus yang diluncurkan di era Uni Soviet pada 1989 lalu dan sebuah roket pendorong sisa peluncuran oleh Badan Antariksa Cina pada 2009. Tidak ada satupun di antaranya yang memiliki metode propulsi sehingga tidak mungkin untuk mengarahkan mereka menjauh satu sama lain.

Jenis keduanya dianggap sudah jarang diproduksi. Jonathan McDowell dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics menerangkan, pada produk pesawat atau wahana antariksa masa kini sudah dilengkapi teknologi sistem propulsi.

Teknologi itu memungkinkan satelit, misalnya, diturunkan ketinggian orbitnya di akhir usia misinya, sehingga bisa dibawa masuk kembali ke Bumi dan jatuh di laut atau habis terbakar di udara. "Tapi memang ada banyak obyek berusia tua di orbit sana yang tidak mungkin bisa kita cegah jika akan saling bertabrakan," katanya.

Sebelumnya, ancaman akan adanya tabrakan dua obyek di orbit Bumi itu diungkap LeoLabs, sebuah perusahaan yang melacak sampah di antariksa. Perusahaan itu memprediksi kalau dua obyek akan saling melintas pada jarak 12 meter satu sama lain pada 16 Oktober lalu.

Advertising
Advertising

Peluang untuk terjadinya tabrakan diperhitungkan sebesar 10 persen. "Syukurlah bisa dihindari," kata LeoLabs.

McDowell menyebutkan, tabrakan yang terjadi bisa menciptakan awan puing atau serpihan di orbit yang pada giliran berikutnya berpotensi menerjang satelit-satelit yang lain yang ada di ketinggian orbit yang berbeda. “Ini sedikit mengerikan jika sampai terjadi--ini tidak seperti diam dengan aman di orbitnya," kata McDowell.

Sekitar 500 ribu puing luar angkasa (ilustrasi) saat ini mengorbit bumi. Kredit: NASA

Bagian dari kekhawatiran itu pula adalah dari sebuah awan serpihan itu akan bisa menciptakan skenario yang dikenal sebagai sindrom Kessler. Ini adalah peristiwa efek domino di mana serpihan itu akan terus menabrak-nabrak banyak satelit lain dan menyebabkan lebih banyak serpihan di orbit.

Baca juga:
Sampah Antariksa Cina Nyaris Menghujani New York

Menurut McDowell, peristiwa nyaris tabrakan seperti pada 16 Oktober lalu terjadi sekali setiap sepuluh tahun. Tapi peluangnya semakin besar seiring dengan semakin banyak dan sering satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi. “Kecuali kita melakukan sesuatu, masalah ini akan semakin berat nantinya," katanya.

NEW SCIENTIST

Berita terkait

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

21 menit lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

1 jam lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Vivo X100 Ultra Dirumorkan akan Miliki Fitur Konektivitas Satelit, Ini Detailnya

5 jam lalu

Vivo X100 Ultra Dirumorkan akan Miliki Fitur Konektivitas Satelit, Ini Detailnya

Ponsel Vivo X100 Ultra akan menggunakan satelit Tiantong untuk komunikasinya.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

5 jam lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

8 jam lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

17 jam lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

20 jam lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

22 jam lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

23 jam lalu

Kenangan Manis Timnas Indonesia Berlaga di Olimpiade Melbourne 1956

Timnas Indonesia pernah menjadi perbincangan era 1950-an kala melawan Uni Soviet di perempat final Olimpiade Melbourne 1956 pada 29 November 1956.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya