Covid-19, WHO: Perlu Sistem Berbagi Bahan Patogen dan Sampel Klinis

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Minggu, 15 November 2020 07:01 WIB

Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Christopher Black/WHO/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jenewa - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat, 13 November 2020, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah menunjukkan adanya kebutuhan mendesak akan sebuah sistem yang disepakati secara global untuk berbagi bahan patogen dan sampel klinis, guna memfasilitasi pengembangan pesat langkah penanggulangan medis sebagai barang publik global.

"Itu tidak bisa didasarkan pada perjanjian bilateral, dan tidak perlu waktu bertahun-tahun untuk bernegosiasi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidato penutupnya di Majelis Kesehatan Dunia ke-73, badan pembuat keputusan WHO.

WHO mengusulkan sebuah pendekatan baru yang akan mencakup tempat penyimpanan untuk bahan-bahan yang disimpan WHO di sebuah fasilitas aman di Swiss. Ini merupakan kesepakatan bahwa membagikan bahan ke tempat tersebut bersifat sukarela dan WHO dapat memfasilitasi pemindahan dan penggunaan bahan tersebut, serta serangkaian kriteria yang mengatur pendistribusiannya oleh WHO, katanya.

Tedros mengatakan bahwa menteri kesehatan Thailand dan Italia, serta pejabat federal Swiss, telah menunjukkan dukungan mereka terhadap proposal tersebut. Negara-negara lain juga telah menyatakan minatnya dan semoga akan melanjutkannya ke tahap diskusi.

Tedros juga mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah menunjukkan konsekuensi dari sangat kurangnya investasi dalam kesehatan masyarakat.

Advertising
Advertising

"Krisis kesehatan ini telah memicu krisis sosial ekonomi yang berdampak pada miliaran jiwa dan mata pencaharian serta merusak stabilitas dan solidaritas global. Kembali ke status quo bukanlah suatu pilihan," ujarnya.

"Sudah tiba saatnya untuk narasi baru yang melihat kesehatan bukan sebagai biaya, tetapi sebagai investasi yang merupakan fondasi perekonomian yang produktif, tangguh, dan stabil," katanya.

Kepala WHO tersebut mengumumkan untuk membentuk sebuah dewan baru, Dewan Ekonomi Kesehatan untuk Semua, yang difokuskan pada hubungan antara kesehatan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan didorong oleh inovasi.

Dewan tersebut akan terdiri dari para ekonom terkemuka dan ahli kesehatan. Dewan diharapkan akan mengadakan sesi virtual pertama dalam beberapa pekan mendatang untuk membahas rencana kerja dan mode operasinya, tambah Tedros.

ANTARA | XINHUA

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

1 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

2 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya