4 Pemuda Selamatkan Pangan Lokal di 4 Daerah, Simak Cara Mereka

Reporter

Tempo.co

Selasa, 24 November 2020 01:00 WIB

Maria Loretha, pemuda yang menginisiasi penyelamatan pangan lokal di Flores, Nusa Tenggara Timur. DOK SAMDHANA INSTITUTE

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak empat pemuda di Indonesia menginisasi penyelamatan pangan lokal untuk mengatasi krisis sosial ekologi. Mereka adalah Maria Loretha dan Disky Senda di Nusa Tenggara Timur, Charles Totto di Papua, dan Modesta Wisa di Kalimantan Barat.

Mereka bertemua berbagi cerita perjuangan yang mereka lakukan dalam acara Seri Diskusi “CangKir KoPPI” atau “Berbincang dan Berpikir Kreatif Kelompok Perempuan dan Pemuda Inspiratif”. Acara webinar yang dimoderatori Paramita Iswari tersebut diadakan The Samdhana Institute pada Senin 23 November 2020.

Dalam diskusi dengan topik “Ketahanan Pangan Lokal untuk Mengatasi Krisis Sosial Ekologi”, Maria Loretha menceritakan perjuangannya mengumpulkan benih tanaman lokal di Flores sejak 2007. Benih seperti sorgum, jelai, beras hitam, dan jewawut tersebut kemudian ia bagi-bagikan kepada petani untuk ditanam kembali demi menyelamatkan tanaman lokal.

“Kita omong kosong berdaulat pangan tanpa berdaulat benih. Omong kosong juga jika memiliki bank benih atau lumbung benih, tetapi tidak menanamnya,” kata Maria Loretha dalam keterangan tertulis, Senin.

Menurut perempuan yang pernah mendapat penghargaan KEHATI Award kategori Prakarsa Lestari Kehati pada 2012 ini, Flores memiliki benih lokal yang sangat adaptif dan tahan terhadap kondisi kekeringan. Termasuk jenis padi yang tahan dengan kekeringan. Benih seperti itu dinilainya sangat cocok di Flores yang sangat terbatas air dengan kondisi tanah berbatu.

Advertising
Advertising

Selain itu Flores juga memiliki iklim tropis yang sangat panas dengan curah hujan yang sangat rendah. Bahkan di daerah tertentu periode hujan lebat hanya tiga minggu sepanjang tahunnya. Meski dengan kondisi seperti itu, ternyata masyarakat tradisional Flores memiliki kekayaan benih lokal yang masih mereka pelihara, terutama di daerah-daerah yang jauh dari jangkauan.

“Di sinilah muncul kekuatan bahwa benih-benih lokal tersebut masih ada, masih disimpan, masih dirawat, masih dilestarikan dan ditanam oleh petani-petani yang mencintai benih lokalnya,” katanya yang mengaku ikut menanam dan menjadikan hasilnya sebagai makanan olahan.

Dicky Senda berusaha menyelamatkan pangan lokal di kampung halamannya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dengan pendekatan seni dan budaya. DOK. SAMDHANA INSTITUTE

Dicky Senda berbeda. Dia memilih menggunakan pendekatan seni-budaya untuk menyelamatkan pangan lokal dan mengatasi krisis sosial ekologi di kampungnya, wilayah Pegunungan Mollo di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.

Dicky adalah sastrawan dengan karya, di antaranya kumpulan cerpen Kanuku Leon (2013) dan Hau Kamelin dan Tuan Kamelasi (2015). Ia memilih berhenti menjadi guru di sebuah sekolah dan memutuskan pulang kampung beraktivitas bersama masyarakat dengan mendirikan komunitas Lakoat.Kujawas.

<!--more-->

“Kami memulai langkah-langkah strategis kami sebagai orang muda masyarakat adat dengan kerja-kerja pengarsipan, pendokumentasian, semangat revitalisasi kampung atau desa,” katanya.

Kegiatan itu dinamainya ekosistem warga aktif (active citizen) dengan model kewirausahaan. Pengalaman Dicky sebagai sastrawan, penulis, dan penggiat komunitas kesenian memuluskannya mengajak warga melalui kegiatan seni-budaya. “Ternyata dengan memakai medium seni-budaya sangat efektif masuk ke dalam gerakan berbasis masyarakat,” ujarnya.

Dicky dan Lakoat.Kujawas aktif menggali dan mengaktualkan pangan lokal. Selain itu juga melakukan kegiatan literasi, budaya, dan ekowisata. Dicky pernah terpilih sebagai salah satu tokoh muda “Drivers to Change” dan mengikuti pembelejaran kewirausahaan sosial di Inggris yang difasilitasi British Council.

Charles Toto adalah pemuda Papua yang terkenal sebagai perawat kuliner Papua. Pendiri 'Papua Jungle Chef Community (PJCC)' ini berkeliling ke pedalaman Papua dan hutan belantaranya untuk mengeksplorasi kuliner tradisional. Tujuannya agar kuliner Papua tidak punah dan bisa mendunia.

“Pekerjaan saya adalah tukang masakan yang mengumpulkan resep-resep tradisional Papua, mulai dari wilayah selatan Papua hingga utara Papua,” kata Charles Toto yang terkenal dengan panggilan Chato.

Chato mengisahkan kegiatan yang dimulainya sejak 1997. Waktu itu ia mendapat kesempatan membantu sebuah agen perjalanan melakukan trip mengantar turis asing berkeliling wilayah Papua. Mereka melihat budaya, alam, dan mengekplorasinya untuk penelitian.

Charles Toto, pemuda asal Papua ini terkenal sebagai perawat kuliner Papua yang kerap berkeliling ke pedalaman Papua dan hutan belantaranya untuk mengeksplorasi kuliner tradisional. Tujuannya agar pangan lokal Papua tidak punah dan bisa mendunia. DOK. SAMDHANA INSTITUTE

“Di wilayah selatan Papua kami mengumpulkan dari Merauke, paling ujung wilayah Indonesia, terus ke wilayah Sorong dan Raja Ampat, kegiatan kami mendata resep-resep tradisional, baik di daerah pegunungan maupun rawa sampai di daerah pesisir pantai,” katanya.

Dari kegiatan tersebut Chato menyadari masih banyak resep tradisional Papua yang perlu diangkat. Terbukti selama ini orang Indonesia hanya mengenal kuliner khas Papua adalah papeda dan ikan kuah kuning. Padahal, menurut Chato, kedua makanan itu adalah degradasi masakan Papua yang dipengaruhi masakan Sulawesi dan Maluku.

Dengan pengetahuan kuliner yang dimilikinya, Chato bisa membawa cita rasa Papua ke mana-mana. Di antaranya ke Festival Slow Cooking Terramadre di Torino, Italia.

<!--more-->

Modesta Wisa adalah perempuan muda Dayak yang aktif mendorong pewarisan adat. Ia memelopori pendirian Sekolah Adat Samabue (SAS) untuk anak muda agar memiliki kesadaran kritis pentingnya melestarikan adat, budaya, kearifan lokal, dan menjaga lingkungan.

Melalui SAS, Wisa menggagas gerakan pulang kampung untuk ketahanan dan kedaulatan pangan di Menjalin, Kalimantan Barat. Gerakan pulang kampung ditujukan kepada anak-anak muda yang sudah pergi ke kota agar bisa kembali ke kampung ikut melanjutkan kegiatan orang tuanya di ladang. "Kami masih punya sawah-ladang dan ritual-ritual adat yang harus diwariskan,” katanya.

Wisa menyampaikan keprihatinan melihat kondisi masyarakat di kampungnya yang mulai kehilangan tanaman lokal. Ia mencontohkan beras yang didatangkan dari luar. “Dulu kami punya padi palawang dan beras cidane, sekarang tidak banyak lagi,” katanya menambahkan.

Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri, Hari Nur Cahya Murni, mengatakan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital. Sayangnya, dia mengakui dari sisi dukungan kebijakan penganggaran tak ada persentase secara khusus yang mendukungnya.

Ia membandingkan dengan pendidikan yang diwajibkan melalui regulasi anggaran 20 persen. Sedangkan untuk pangan dan air yang merupakan kebutuhan manusia paling utama tidak ada pengaturan terkait itu. Tidak ada regulasi dari pusat hingga daerah yang mengaturnya.

Menurutnya pemerintah pusat dan pemda juga bertanggung jawab atas ketersediaan pangan di daerah dan pengembangan produksi pangan lokal di daerah. Selain itu pemerintah daerah juga berkewajiban mewujudkan penganekaragam konsumsi.

Modesta Wisa menggagas gerakan pulang kampung untuk ketahanan dan kedaulatan pangan di Menjalin, Kalimantan Barat. Gerakan pulang kampung ditujukan kepada anak-anak muda yang sudah pergi ke kota agar bisa kembali ke kampung ikut melanjutkan kegiatan orang tuanya di ladang. DOK. SAMADHA INSTITUTE

Itu sebabnya Hari meminta warga pemilik hak pilih dalam pilkada serentak 9 Desember 2020 memasukkan pula isu pangan lokal untuk pertimbangannya menetapkan siapa yang akan dicoblos. “Ketika tidak mencantumkan pangan lokal menjadi program prioritas mereka di dalam visi dan misi, maka tidak usah dipilih,” ujarnya.

Deputy Director The Samdhana Institute, Martua Sirait, dalam pembukaan webinar mengatakan wilayah adat merupakan lumbung pengetahuan dan lumbung pangan dalam menghadapi krisis sosial dan ekologi. Karena itu semangat dan kisah para pemuda yang menginisasi mengangkat pangan lokal perlu dibagi untuk menjadi pembelajaran bersama.

Berita terkait

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

9 jam lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

12 jam lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

Takut Dipolitisasi, Ombudsman Usul Pelaksanaan Seleksi CASN DItunda sampai Pilkada Serentak

14 jam lalu

Takut Dipolitisasi, Ombudsman Usul Pelaksanaan Seleksi CASN DItunda sampai Pilkada Serentak

Ombudsman RI usul seleksi calon aparatur sipil negara (CASN) pada tahun 2024 ditunda hingga pilkada serentak 27 November karena khawatir dipolitisasi.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

14 jam lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

19 jam lalu

Kondisi Paniai Usai TPNPB-OPM Serang Patroli TNI, Kapolres: Relatif Aman

Kapolres Paniai mengatakan, warga kampung Bibida yang sempat mengungsi saat baku tembak OPM dan TNI, sudah pulang ke rumah.

Baca Selengkapnya

KPU Jakarta Buka Pendaftaran PPS Pilkada 2024, Berikut Jadwal dan Syaratnya

21 jam lalu

KPU Jakarta Buka Pendaftaran PPS Pilkada 2024, Berikut Jadwal dan Syaratnya

KPU kabupaten/kota Sejakarta resmi membuka pendaftaran bagi petugas Panitia Pemungutan Suara alias PPS pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

22 jam lalu

Dewan Pers Minta Wartawan yang Jadi Kontestan atau Tim Sukses di Pilkada 2024 Mundur

Insan media yang terlibat dalam kontestasi atau menjadi tim sukses pada Pilkada 2024 diminta mengundurkan diri sebagai wartawan

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

22 jam lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

1 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

1 hari lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya