Tanggapi Vaksin AstraZeneca, Kepala WHO: Ada Harapan Nyata untuk Akhiri Covid-19

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Rabu, 25 November 2020 13:16 WIB

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Persatuan Bangsa-Bangsa Jenewa (ACANU) di tengah wabah Covid-19, yang disebabkan oleh virus corona baru, di markas besar WHO di Jenewa Swiss 3 Juli, 2020. [Fabrice Coffrini / Pool melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jenewa - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin, 23 November 2020, mengatakan kini ada harapan nyata bahwa vaksin, digabungkan dengan berbagai kebijakan kesehatan masyarakat lainnya yang sudah diuji coba dan dites, akan membantu mengakhiri pandemi Covid-19.

Pernyataan kepala WHO itu disampaikan usai produsen obat AstraZeneca pada Senin mengatakan vaksin Covid-19 buatannya, yang dikembangkan bersama Universitas Oxford, efektif hingga 90 persen. AstraZeneca pun menjadi perusahaan obat besar ketiga setelah Pfizer dan Moderna yang melaporkan data tahap akhir untuk sebuah kandidat vaksin Covid-19.

"Signifikansi dari pencapaian ilmiah ini tidak dilebih-lebihkan. Dalam sejarah, tidak ada vaksin yang dikembangkan secepat vaksin-vaksin ini. Komunitas ilmiah telah menetapkan standar baru dalam pengembangan vaksin," imbuh Dr. Tedros.

Dia menyebutkan bahwa saat ini masyarakat internasional harus membuat standar baru terkait akses, mengingat "tingkat urgensi dalam pengembangan vaksin-vaksin ini harus diimbangi dengan urgensi yang setara dalam mendistribusikannya secara adil."

Khawatir negara-negara paling miskin dan rentan tergusur dalam antrean untuk memperoleh vaksin, WHO membentuk inisiatif Access to Covid-19 Tools Accelerator untuk mendukung upaya global dalam mengembangkan vaksin, metode diagnostik dan terapeutik.

Selain itu WHO sejauh ini telah mengumpulkan 187 negara di COVAX Facility untuk berkolaborasi dalam hal pengadaan dan distribusi vaksin, guna menjamin keterjangkauan harga, volume, dan penetapan waktu bagi semua negara.

Menurut Dr. Tedros, sekitar US$ 4,3 miliar (Rp 60,9 triliun) dana dibutuhkan segera untuk mendukung pengadaan dan penyaluran vaksin, serta pengujian dan pengobatan secara massal. Sementara itu tambahan 23,8 miliar dolar AS dibutuhkan tahun depan.

"Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa jika solusi medis dapat tersedia lebih cepat dan lebih luas, hal itu dapat menyebabkan peningkatan kumulatif dalam pendapatan global sebesar hampir US$ 9 triliun pada akhir 2025," katanya.

ANTARA | XINHUA

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pakar Sebut Perlunya Kajian Kejadian TTS Akibat Vaksinasi

2 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pakar Sebut Perlunya Kajian Kejadian TTS Akibat Vaksinasi

Pakar menyarankan agar vaksinasi tetap dijalankan namun dengan menggunakan jenis lain jika masyarakat ragu pada vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 karena Surplus

14 jam lalu

AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 karena Surplus

AstraZeneca menyatakan dengan banyaknya varian vaksin Covid-19 yang sudah diproduksi, maka terdapat surplus dari vaksin-vaksin yang tersedia

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

1 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

3 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

4 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

4 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

5 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

5 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya