Arkeolog Temukan Pola Petirtaan Gunung Klotok Kediri Punya 2 Bilik

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Senin, 30 November 2020 05:49 WIB

Warga melihat langsung lokasi ekskavasi petirtaan di kawasan Gunung Klotok, Kota Kediri, Jawa Timur. Kredit: ANTARA Jatim/Ach

TEMPO.CO, Kediri - Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, menemukan struktur sumber air dari lokasi temuan petirtaan kuno di areal Gunung Klotok (536 meter di atas permukaan laut), Kota Kediri, memiliki dua bilik.

"Progresnya masih 50 persen, kami sudah bisa baca pola petirtaan ini. Memiliki dua bilik, ukurannya tidak sama. Sisi utara lebih besar, sisi selatan ini lebih kecil," kata arkeolog dari BPCB Jawa Timur Nugroho Harjo Lukito di Kediri, Minggu, 29 November 2020.

Arkeolog sudah satu pekan melakukan ekskavasi di lokasi petirtaan yang terletak di areal Gunung Klotok Kediri. Namun, untuk saat ini belum diukur karena beberapa sudut dari petirtaan itu belum ditemukan.

Selain itu, arkeolog juga menemukan di bagian tengah sebagai pembagi bilik yang membagi dua struktur tersebut.

Untuk arca pelengkap yang umumnya ditemukan di sebuah petirtaan, Nugroho mengatakan belum ditemukan yang posisinya masih di tempatnya. Pihaknya hanya menemukan satu fragmen bagian belakang jaladwara.

Advertising
Advertising

Jaladwara disebut sebagai binatang bawah yang mirip ikan, mulutnya menganga dan terdapat lubang. Bibir atasnya melingkar ke atas seperti belalai gajah yang diangkat. Pada bagian belakang terdapat ekor panjang yang berfungsi sebagai saluran air dan ditempatkan di sudut-sudut bangunan candi. Jaladwara ini berfungsi untuk menyalurkan air saat hujan.

"Kami temukan satu fragmen bagian belakang jaladwara. Kondisinya pecah. Kami temukan di sisi utara," kata dia.

Jaladwara, kata dia, biasanya berada pada dinding bilik. Posisi biasanya pada tengah dinding bilik. Keempat sisi petirtaan dari berbagai temuan juga selalu terdapat jaladwara, tergantung melihat seberapa luas dimensi bilik tersebut untuk menentukan jumlah jaladwara yang terpasang.

Nugroho mengatakan jaladwara tidak mengacu pada salah satu aliran, seperti Hindu atau Budha pada zaman tersebut, melainkan berkaitan dengan unsur kehidupan, kesuburan atau berkaitan dengan air.

Terkait dengan masa apa, arkeolog masih melakukan identifikasi. Namun, dilihat dari kumpulan kawasan Gunung Klotok yang di dalamnya banyak arkeologi masa Kerajaan Kadiri, petirtaan ini diduga juga dari masa Kadiri.

Masa Kadiri terkenal menghasilkan bangunan yang berkaitan dengan air dan petirtaan. Untuk percandian, jarang menemukan yang berasal dari masa Kadiri.

Arkeolog juga memperkirakan petirtaan ini cukup besar, dimensinya hampir 20 meter. Petirtaan ini juga mempunyai kaitan atau korelasi dengan Gua Selomangleng dan Gunung Klotok.

Candi Klotok merupakan tempat peribadatan dan tidak mengacu pada satu aliran, melainkan pada leluhur yang dianggap bersemayam di atas gunung.

"Artinya kan ada proses, prosedur untuk spiritual, terutama di puncak gunung, Candi Klotok. Jadi, ini fungsinya untuk penyucian diri sebelum melakukan religi peribadatan di Gunung Klotok," kata dia.

Ia menjelaskan, petirtaan kebanyakan tidak jauh dari percandian. Posisinya di bawah percandian dan tidak boleh di bagian atas. Namun, terdapat beberapa petirtaan yang tidak memiliki candi dan hal ini biasanya berkaitan dengan fungsinya yang tidak memiliki konteks petirtaan dalam rangka penyucian diri. Mereka membangun petirtaan itu secara lokus, tidak ada di kanan, kiri atau dekat bangunan.

Di Gunung Klotok, petirtaan dimanfaatkan oleh para resi. Tempat ini disebut wanasrama yang merupakan tempat belajar para resi muda hingga nantinya bisa menjadi resi yang mumpuni, meninggalkan keduniawian. Untuk itu, di Gunung Klotok terlihat lebih sederhana, tidak ada hiasan yang mencolok, indah.

Nugroho menambahkan bahwa air yang keluar dari lokasi petirtaan masih bagus karena bersumber dari sumber mata air langsung, namun debitnya kecil.

"Kalau untuk sekarang masih kecil karena distribusi air dari sumbernya itu terpencar. Banyak yang rusak, jadi air ini mencari jalan sendiri-sendiri. Ini potensi sekali. Intake saluran di dalam terukur dan masih ada yang berfungsi. Ada yang tidak berfungsi karena terpotong," kata dia.

Lokasi petirtaan itu juga cukup dalam tertutup tanah berpasir yang diduga dari material letusan Gunung Kelud (1.731 meter di atas permukaan laut) serta longsor besar yang terjadi sekitar tahun 2004 di Gunung Klotok hingga menutupi struktur tersebut.

Struktur itu tertutup dengan kedalaman hampir 1 meter, sedangkan yang di luar struktur sekitar 30 sentimeter, di atasnya juga ada sedimen batu besar sisa longsor.

Hingga kini, proses ekskavasi masih berlangsung. Rencananya tahun depan juga akan dilakukan ekskavasi lanjutan guna mengetahui dengan pasti struktur petirtaan tersebut.

ANTARA

Berita terkait

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

36 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

38 hari lalu

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.

Baca Selengkapnya

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

39 hari lalu

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

41 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

17 Januari 2024

6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

Dalam drakor ini, sendok emas tak hanya menjadi objek materi, namun juga mengubah hidup para karakter utama, menjadi lebih penting.

Baca Selengkapnya

Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

17 November 2023

Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

Pulau Onrust adalah salah satu pulau bersejarah di kawasan Gugusan Kepulauan Seribu dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

8 November 2023

Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

Di sebuah lokasi, tim arkeologi Israel sedang memilah-milah abu dan puing-puing, berharap menemukan sisa-sisa manusia dan dapat mengidentifikasinya.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Yordania Temukan Gua Ashabul Kahfi seperti dalam Al-Quran

28 Oktober 2023

Arkeolog Yordania Temukan Gua Ashabul Kahfi seperti dalam Al-Quran

Arkeolog Yordania, Rafiq Wafa Ad-Dujaniy temukan Gua Ashabul Kahfi di daerah Ar-Raheib di Yordania pada 1963.

Baca Selengkapnya

Situs Warisan Dunia UNESCO Terbaru Ada Hopewell Ceremonial Earthworks

28 September 2023

Situs Warisan Dunia UNESCO Terbaru Ada Hopewell Ceremonial Earthworks

Hopewell Ceremonial Earthworks sebuah bangunan prasejarah yang ditemukan di tengah Ohio, kini termasuk dalam Situs Warisan Dunia

Baca Selengkapnya

Kisah Sprinkler Tak Sanggup Padamkan Kebakaran Museum Nasional

26 September 2023

Kisah Sprinkler Tak Sanggup Padamkan Kebakaran Museum Nasional

Kebakaran Museum Nasional Indonesia membuat prihatin banyak pihak, termasuk arkeolog.

Baca Selengkapnya