Ahli UGM Beberkan Efektivitas Alat Deteksi Covid-19 GeNose dan Pantangannya

Minggu, 27 Desember 2020 15:33 WIB

Alat tes Covid-19 lewat napas GeNose yang dikembangkan UGM. Foto: dok.UGM

TEMPO.CO, Yogyakarta - Alat pendeteksi Covid-19 besutan para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose, sudah mengantongi izin edar dan siap dipasarkan.

Kepada Tempo, ketua tim pengembang GeNose, Kuwat Triyana, membeberkan efektivitas, berikut keunggulan dan kekurangan yang masih jadi catatan alat yang diproyeksikan bisa menggeser tes cepat itu.

“Akurasi deteksi alat itu sampai saat ini 93-95 persen,” ujar Kuwat, Ahad, 27 Desember 2020.

Baca: Tes Covid-19 Pakai GeNose Dipatok Mulai Rp 15.000 dan Cuma 2 Menit

Akurasi alat yang mendeteksi gejala awal Covid melalui hembusan napas ini berkaitan dengan banyak hal, mulai dari sensitivitas dan kondisi yang mempengaruhinya.

Advertising
Advertising

Prinsip kerja alat berbasis sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence itu, semakin banyak sampel yang dipakai untuk menguji maka tingkat akurasi alat ini pun akan semakin baik.

Persentase akurasi 93-95 persen alat ini diperoleh dari uji diagnostic dari 2.000 subjek lebih di delapan rumah sakit rujukan Covid-19.

Tingkat pengukuran akurasi itu merujuk pada hasil test PCR dari tiap subjek. Secara sederhana, jika tes alat itu mendapatkan hasil reaktif maka hampir dipastikan subjek itu pasti positif Covid-19. Begitu pula sebaliknya.

Namun Kuwat mengingatkan, saat deteksi alat itu menunjukkan hasil reaktif, masih ada langkah yang bisa ditempuh operator demi memastikan hasil test itu.

Caranya dengan mengambil jeda 30 menit sebelum melakukan tes kembali, atau setelah ada metabolisme baru dalam tubuh pasien.

Sebab, ujar Kuwat, sensor dari pendeteksi hembusan napas alat ini sangat sensitif, sehingga pasien yang menggunakannya pun harus memenuhi kondisi-kondisi tertentu lebih dulu untuk mendapatkan hasil tes optimal.

Ada sejumlah ketentuan bagi pengguna agar alat ini dapat bekerja optimal.

Pertama, pasien satu jam sebelum pengetesan dilarang mengkonsumsi alkohol. Kedua, pasien diizinkan untuk makan satu jam sebelum pengetesan namun disarankan tidak mengkonsumsi makanan dengan aroma sensitif seperti jengkol, durian, juga petai. Ketiga, pasien juga tidak boleh merokok satu jam sebelumnya.

“Untuk hal-hal yang berbau sensitif berpotensi mengganggu sinyal deteksi alat ini, bisa-bisa malah dianggap positif (reaktif),” ujarnya.

Untuk pasien yang sedang memiliki sakit gigi dan membuat bau napasnya menyengat juga menjadi catatan.

Kuwat menuturkan, dalam penelitian atas alat ini timnya memgakui belum sempat memisahkan deteksi bau napas akibat sakit gigi dan lainnya.

Dalam satu bulan ke depan, Kuwat menjanjikan tim akan kembali menganilisa dan memperbaharui lagi software sistem kecerdasan buatan yang menjadi otak alat itu, sehingga orang dalam kondisi sakit gigi pun bisa menggunakan alat itu lebih optimal.

Menurutnya, saat hasil reaktif diperoleh lewat alat itu, tak selalu harus diulang. Apabila hasil pengetesan pertama lewat alat itu sudah memenuhi syarat-syarat prakondisi pengetesan probabilitas pengujiannya mendekati 100 persen.

“Pengujian ulang saat hasil pertama reaktif dibutuhkan hanya jika prakondisi penggunaan alat itu belum terpenuhi, sebab tak semua pasien jujur. Mungkin sebelumnya dia merokok, konsumsi alkohol, atau makan jengkol,” ujarnya.

Kuwat menuturkan, sebelum mulai diproduksi massal Januari 2021 nanti, sebanyak 100 unit alat pertama telah dikirimkan kepada Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) untuk meningkatkan akurasinya.

Alat ini diciptakan khusus untuk menyasar screening cepat, yang selama ini masih mengandalkan metode rapid test. Alat ini, ujar Kuwat, belum memiliki kemampuan untuk level diagnostik kasus seperti halnya tes swab atau PCR.

“Tapi alat ini sangat mungkin menggantikan rapid test,” ujarnya.

Izin edar GeNose dari Kementerian Kesehatan sendiri turun pada Kamis, 24 Desember 2020. Kuwat menegaskan setelah mendapatkan izin edar GeNose C19 akan segera diproduksi massal.

Tim berharap bila ada 1.000 unit GeNose, kemampuan tes diprediksi bisa mencapai 120 ribu orang sehari. Bila ada 10 ribu unit (sesuai target di akhir Februari 2021) maka Indonesia akan menunjukkan jumlah tes Covid-19 per hari terbanyak di dunia yakni 1,2 juta orang per hari.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

45 menit lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

6 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

12 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

15 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya