Medan Magnet Bumi di Balik Bencana Cuaca Ekstrem 42 Ribu Tahun Lalu?

Reporter

Terjemahan

Senin, 22 Februari 2021 08:30 WIB

Diagram medan magnet Bumi. Kredit: Vector Stock

TEMPO.CO, Jakarta - Medan magnet Bumi terakhir kali berubah, diduga, 42 ribu tahun lalu. Ini berdasarkan analisis terbaru yang dilakukan terhadap lingkar kambium fosil pohon. Hasil studinya dipublikasikan dalam Jurnal Science 19 Februari 2021.

Perubahan yang hanya 'sekejap' dari kutub-kutub magnet Bumi itu akan bersifat menghancurkan, menciptakan cuaca ekstrem. Bisa jadi pula perubahan itu yang menuntun kepada kepunahan manusia Neanderthal dan para mamalia besar pada masa itu.

Medan magnet Bumi menjangkau hingga ke luar angkasa dan paling kuat di kutub-kutub utara dan selatan. Kedua kutub magnetik itu bergeser dan bisa membalik (reverse) sekitar 200-300 ribu tahun sekali. Sedikit bukti yang ada saat ini untuk mengetahui dampak dari pergerakan dan pembalikan itu untuk Bumi.

Alan Cooper dari South Australian Museum, Adelaide, dan sejumlah koleganya telah memberi beberapa jawabnya. Mereka menyodorkannya dari peristiwa pembalikan medan magnet Bumi yang terakhir kali terjadi--yang dikenal sebagai peristiwa Laschamp Excursion. Mereka menduga itu terjadi antara 41.560 dan 41.050 tahun lalu dan bertahan kurang dari 1000 tahun.

Cooper dan tim menghitungnya menggunakan analisis radiocarbon dari lingkar kambium fosil pohon kauri (Agathis australis). Spesimen fosil pohon itu didapat dari tanah rawa di utara Selandia Baru.

Advertising
Advertising

"Pohon itu hidup tepat saat Laschamps dan kami menggunakan perubahan radiocarbon, yakni Carbon-14, dalam atmosfer untuk mendeteksi secara tepat kapan medan magnetik runtuh," kata Cooper.

Magnetosfer--wilayah yang didominasi medan magnet Bumi--melemah ketika terjadi pembalikan kutub-kutub. Di periode Laschamps, Cooper dan timnya memperkirakan medan magnetik Bumi hanya 6 persen dari kekuatannya sekarang.

Ketika medan magnetik melemah, akan lebih banyak sinar kosmis memasuki atmosfer dan mengubah beberapa atom karbon menjadi Carbon-14 yang radioaktif, dan melambungkan konsentrasi isotop ini. Dengan mengukur level Carbon-14 dalam setiap lingkar kambium pohon kauri, mereka mampu secara akurat menentukan waktu terjadinya peristiwa Laschamp.

Mereka kemudian menggunakan teknik pemodelan iklim untuk menemukan sejumlah perubahan besar yang ternyata berbarengan dengan peristiwa Laschamp tersebut. Medan magnet yang melemah memberi jalan untuk radiasi ionisasi dari lidah api matahari dan sinar kosmis dari luar angkasa mencapai Bumi.

"Itu merusak lapisan ozon dan sinar ultraviolet menjadi menyerbu Bumi," kata Cooper. Ini yang selanjutnya menyebabkan cuaca ekstrem, termasuk petir, suhu tinggi, dan radiasi matahari yang terlalu tinggi--yang membuat kesulitan organisme di Bumi beradaptasi.

"Perubahan lingkungan yang ekstrem ini mungkin yang telah menyebabkan, atau setidaknya berkontribusi kepada kepunahan mamalia besar di Australia dan manusia Neanderthal di wilayah yang sekarang Eropa," kata Paula Reimer dari Queen’s University Belfast, Inggris, yang tidak ikut dalam penelitian.

Sebagai catatan, megafauna di seantero Australia dan Tasmania--mamalia raksasa prasejarah yang hidup di masa Pleistosen Akhir--dan Homo Neanderthal di Eropa punah pada masa yang sama ketika kutub magnetik membalik 42 ribu tahun lalu.

Baca juga:
Medan Magnet Bumi di Kutub Utara Bergeser ke Wilayah Rusia

Menurut Cooper, kutub utara pun telah bergerak sporadis sepanjang abad lalu, bergeser-geser sekitar satu kilometer per tahun. Tapi, dia menambahkan, itu tak berarti pembalikan kutub-kutub medan magnet Bumi akan terjadi lagi. "Tapi, jika itu terjadi, sudah pasti akan melahirkan bencana," katanya.

NEWSCIENTIST | SCIENCE

Berita terkait

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

20 jam lalu

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

Ikuti perjalanan Tempo menyusuri ikon-ikon kota Perth, Australia, dengan peddle

Baca Selengkapnya

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

1 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

5 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

6 hari lalu

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

Thailand mencatat cuaca panas menyebabkan 30 orang tewas sejak awal Januari hingga April 2024.

Baca Selengkapnya

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

6 hari lalu

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

Kendati mulai surut, BNPB mengantisipai banjir susulan.

Baca Selengkapnya

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

6 hari lalu

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

7 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

7 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

8 hari lalu

Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

BMKG mendeteksi faktor-faktor atmosfer pemicu kenaikan curah hujan di berbagai wilayah. Masyarakat harus mewaspadai cuaca ekstrem.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

8 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya