Obat Oral Covid-19 Pfizer Jalani Uji Klinis, Ditargetkan Selesai Juli

Rabu, 28 April 2021 08:11 WIB

Logo Pfizer terlihat di pintu masuk pabrik Pfizer di Puurs, Belgia 3 Desember 2020. REUTERS / Yves Herman

TEMPO.CO, Jakarta - Obat oral eksperimental Pfizer yang dirancang untuk menghentikan virus corona baru Covid-19 dikabarkan sedang menjalani uji klinis. Pil itu dibuat untuk mencegah virus menyebar di dalam tubuh dengan memblokir enzim yang perlu disalin oleh virus corona itu sendiri.

Uji klinis yang sedang dilakukan dibagi menjadi tiga fase, berlangsung selama 145 hari, yang berarti akan selesai pada pertengahan Juli. “Fase pertama selesai pada Mei dan, jika uji coba yang lebih besar berjalan lancar, obat itu bisa didistribusikan ke rumah sakit dan dokter pada Oktober 2021,” tulis laporan Daily Mail, Senin, 26 April 2021.

Obat yang dikenal sebagai protease inhibitor dijuluki PF-07321332. Obat itu nantinya akan diresepkan untuk pasien Covid-19.

Mengembangkan obat untuk penyakit pernapasan itu sulit, sebagian karena dosisnya harus cukup tinggi agar obat tersebut dapat menjangkau jauh ke dalam paru-paru, namun tidak terlalu tinggi yang mengakibatkan toksik.

Penelitian tentang pengobatan Covid-19 juga terhambat karena awalnya pemerintah Amerika Serikat memprioritaskan vaksin. Baru pada akhir April 2020 pengobatan Covid-19 pertama menunjukkan manfaat dalam penelitian besar yang disponsori pemerintah.

Advertising
Advertising

Obat itu, remdesivir, dijual sebagai Veklury oleh Gilead Sciences dan tetap menjadi satu-satunya yang disetujui untuk Covid-19 di Amerika. Meskipun beberapa lainnya diizinkan untuk penggunaan darurat (bentuk persetujuan sementara dengan dosis yang lebih rendah untuk keamanan dan kemanjuran).

Mengutip Clinical Trials, uji klinis pil Covid-19 sedang dijalankan di dua lokasi Pfizer, satu di New Haven, Connecticut, dan yang lainnya di Brussel, Belgia. Sebanyak 60 peserta terdaftar antara usia 18-60 tahun dengan beberapa peserta akan diberikan satu dari empat dosis obat dan plasebo lainnya.

Situs web yang dikelola oleh Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika menyatakan bahwa studi tersebut diperkirakan akan selesai pada 25 Mei. Jika hasil menunjukkan pengobatan aman dan efektif, perusahaan akan melanjutkan ke fase kedua dan merekrut kelompok peserta yang lebih besar.

"Jika mereka telah pindah ke tahap ini, mereka akan tetap optimistis," kata Penny Ward, profesor tamu di bidang kedokteran farmasi di King's College London, kepada The Telegraph.

Di Amerika, National Institutes of Health (NIH) meluncurkan Accelerating Covid-19 Therapeutic Interventions and Vaccines (ACTIV) pada 17 April. Program ini difokuskan pada pengembangan terapi melawan virus corona, variannya, dan virus lain yang berpotensi menimbulkan pandemi.

Meskipun Pfizer terdaftar sebagai salah satu perusahaan anggota ACTIV, tidak jelas apakah PF-07321332 adalah salah satu obat yang sedang dipelajari atau apakah NIH membantu mendanai uji coba tersebut.

Baik NIH maupun Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika tidak segera membalas komentar Daily Mail. Seorang juru bicara Pfizer juga menolak menjawab pertanyaan tentang apakah ada lembaga pemerintah yang mendanai uji klinis itu dan apakah Amerika telah memesan obat tersebut.

DAILY MAIL | THE TELEGRAPH

Baca:
Mutasi Virus Baru di Balik Melonjaknya Kasus Covid-19 India

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

7 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

13 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

19 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

21 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya